Jika kalian reader blog saya dulu, mungin kalian nggak bakal ngerasa asing dengan oneshoot kali ini. warning! bagian yang dicetak miring adalah kilasan masa lalu. jangan bingung ya...
***
Seorang gadis berjalan menyusuri trotoar, ia sedikit merapatkan jaketnya, kemudian membenarkan letak headphonenya, sekedar memastikan telinganya nyaman mendengarkan musik yang diputar dari I pod disakunya. Gadis itu duduk di bangku halte, menunggu bus datang. Kepalanya sedikit bergoyang mengikuti alunan music, kakinya bergerak-gerak, matanya memandang kesegala arah, menelisik ke keramaian jalanan. Entahlah, dulu keramaian adalah hal yang paling dibenci gadis itu, namun entah sejak kapan ia menyukai keramaian, sekedar berharap di tengah keramaian itu ia bisa menangkap sosok yang begitu ia inginkan. Gadis itu tersentak sendiri dengan pemikirannya. Ia memukul pelan kepalanya sambil tersenyum.
“Dasar bodoh!” lirihnya, matanya kembali menelisik jalanan, kali ini matanya tertuju pada salah seorang siswi di seberang jalan yang terjatuh saat menaiki sepeda, spontan gadis itu berdiri ingin membantu siswi SMA itu, tapi gadis itu menghentikan langkahnya, kala matanya menangkap sesosok pemuda yang menolong siswi itu. Gadis itu memundurkan langkahnya lagi, duduk dan menikmati pemandangan yang mengingatkannya pada suatu masa. Masa yang tak akan pernah ia lupakan.
Reina mengayuh sepedanya lebih cepat. Ia diam, matanya berkonsentrasi, tapi hatinya sibuk mengutuki dirinya sendiri, bagaimana mungkin ia terlambat di hari pertamanya masuk SMA, huh? Padahal hari ini ada upacara penyambutan murid baru.
Reina melirik jam tangannya. Sudah terlambat. Sial! Reina kembali mengayuh sepedanya lebih cepat. Kini jaraknya sudah dekat. Ia bisa melihat barisan murid-murid berdiri dilapangan, meskipun ada beberapa juga yang terlambat seperti dirinya, setidaknya ia tidak sendirian.
Reina tak terlalu memperhatikan jalannya, saat sepedanya menikung tiba-tiba…
BRAAAAK!!
Reina beserta sepedanya ambruk. Beberapa orang melihatnya, tapi memilih mengabaikannya, mereka sama terlambatnya. Reina meringis kesakitan, merasa nyeri pada bagian lutut dan sikunya.
2 orang pemuda bergegas menolongnya, tanpa bicara apa-apa 2 pemuda itu membantu Reina berdiri dan juga sepedanya. Reina hanya melirik sekilas 2 pemuda yang berseragam sama seperti dirinya. Saat ini otaknya hanya fokus pada keterlambatannya dan rasa sakit yang menimpanya. Hanya sekilas menundukkan kepala sebagai tanda terima kasih, tanpa berkata apa-apa Reina menuntun sepedanya ke arah parkiran kemudian berlari menuju lapangan, sedikit memaksakan lututnya yang sedikit berdarah akibat terjatuh.
Gadis itu mendongak saat menyadari bus yang akan ditumpanginya sudah berhenti dihadapannya, ia tersenyum, kemudian memasukii bus yang tak terlalu penuh penumpang, ia memilih duduk didekat jendela, mengawasi setiap inci jalanan yang ia lewati dari kaca jendela. Gadis itu kembali tersenyum saat melihat segerombolan siswi SMA sedang asyik bercengkrama. Pikirannya jauh menerawang mengingat masa-masa SMAnya, sangat menyenangkan. Tiba-tiba ponsel disakunya bergetar, sebuah pesan.
Rei, maaf sepertinya aku nanti terlambat, ada sedikit urusan yang harus kuselesaikan. Kau bisa menungguku? Aku tak akan lama….