"Iya, disuruh Abah." jawab Rasyid lalu tersenyum simpul sekilas pada Maryam, lalu dihamburkan lagi pandangannya pada langit pagi.
Sama, Maryam pun kembali menundukan pandangannya melihat tanah yang subur ditumbuhi rumput nan hijau.
"Assalamualaikum," salam itu terdengar dengan jelas di telinga mereka. Suara itu bukanlah suara yang asing bagi Maryam.
"Waalaikumsalam," jawab Rasyid dan Maryam bersamaan.
"Maryam, mau ke kelas bareng ndak?" tanyanya, yang ternyta benar Nurul, sahabat Maryam.
"Boleh deh, oh ya Rasyid, aku duluan ya ke kelas," ucap Maryam lalu bergegas meninggalkan Rasyid lalu berjalan menjauhinya bersama Nurul.
"Itu siapa Yam?" tanya Nurul di tengah perjalanan.
"Rasyid,"
Nurul membulatkan bibirnya saat Maryam sudah menjawab pertanyaannya, Dan memfokuskan lagi matanya pada jalan.
"Siapa?"
"Rasyid"
"Bukan itu maksudku, dia itu siapa kamu?" Nurul mengangkat kedua jari telunjuk dan jari tengahnya seraya menekan kata siapa dalam pertanyaanya.
"Bukan siapa-siapa"
"Oohh" Nurul mengangguk-angguk bersikap percaya pada ucapan Maryam, iya iya, bukan siapa-siapa.
"Yam" panggil Nurul, ia ingin Maryam melihat wajahnya.
"Hm?" Maryam tetap saja menatap lurus kedepan.
"Maryam!"
"Apa?" Nurul kegirangan saat Maryam akhirnya menolehkan wajahnya untuk melihat Nurul.
"Itu, ada Khafi." Ucap Nurul seraya menunjuk ke arah laki laki bertubuh jangkung itu, malu malu.
"Ya salam, cuma mau bilang itu doang?" tanya Maryam.
Nurul tertawa kecil menyadari ulahnya pada Maryam. Menurut Nurul, memang hanya Khafi lah laki laki yang cocok untuk menjadi kekasih halal Maryam. Diam diam seluruh teman temanya pun berfikiran sama seperti Nurul, namun hanya Nurul lah yang berani mengungkapkanya.
"Enggak sih, sebenarnya aku juga mau bilang kalo Khafi kayaknya naksir sama kamu." Maryam tak melanjutkan jalannya lagi setelah mendengar ucapan Nurul tadi.
"Hush, kamu tuh kalo ngomong." Nurul kini mendapat tatapan tajam dari Maryam, persis seperti singa kelaparan yang ingin memangsa kancil yang ada di hadapannya.
"Rak popo toh Yam, Khafi tuh ya orangnya baik, sholeh, sopan, ramah," jelas Nurul.
"Jodoh ya sudah jadi urusan gusti Allah Rul," Maryam menghela nafasnya pelan, lalu melanjutkan langkahnya menuju kelas.
"Tapi, kalo kamu sama Khafi tuh kayak sudah keliatan gitu jalannya." Maryam mengerutkan dahinya, jalan apa?
"Coba deh kamu buka Quran, abis Al-Khafi surat apa?" lanjut Nurul.
"Gak tau aku,"
"Surat Maryam." jawab Nurul menghapus rasa penasaran Maryam
"Halaah, itu cuma kebetulan."
"Gak ada yang namanya kebetulan di dunia ini." Nurul terkekeh mengucapkannya.
----------------✂
Tepat pukul sebelas, jam pelajaran ke dua di kampus telah usai. Maryam memilih pergi ke kantin untuk mengisi perutnya yang lapar, kali ini tidak bersama Nurul ataupun Nabila. Nurul pergi ke perpus untuk mencari bahan tugas yang ia belum selesaikan, sedangkan Nabila memilih untuk pulang ke rumah karena mengantuk, katanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Maryam
EspiritualTak ada yang sempurna kecuali sang pencipta. Innaa a'thaynakal kaustar. Aku mampu mencintaimu tanpa dunia, asal Allah slalu bersama kita. aku mampu mencintaimu tanpa Tahta. karena ketaqwaan lebih dari segalanya. aku mampu mencintaimu tanpa harta. ka...