BAB I

18 4 0
                                    

Cuaca hari ini tak secerah biasanya. Awan mendung menyelimuti kota Jakarta. Seolah Tuhan sedang melindungi makhlukNya dari teriknya matahari. Gadis muda itu mulai mengangkat kotak-kotak kardus yang tak begitu besar dari mobil ibunya. Hari ini adalah hari pertama ia menapaki rumah baru ini.

"enak kan rumahnya, sayang?" tanya ibu dari gadis itu.

"iya, enak, ma"jawabnya singkat.

Ibunya tersenyum melihat gadis kecilnya kini sudah dewasa dan lebih baik dari sebelumnya. Gadis itu dulunya tidak seperti sekarang.

"hidupnya berubah, entah sejak kapan..." batin sang ibu.

Gadis bernama Rania itu berjalan dengan 2 kotak kardus yang tak begitu besar ditangannya menuju kamar barunya. Ia mulai membereskan barang-barang lamanya saat ia sampai diruangan yang tak begitu besar dan masih kosong yang bernuansa pink-putih itu. Ia mengeluarkan boneka-boneka lamanya sambil sesekali menatap wajah imut boneka-boneka itu untuk sekedar mengingat nama yang pernah ia berikan untuk mereka.

"gimana kamarnya?" suara itu seketika memecahkan lamunan Rania tentang masa lalunya.

"hehe... bagus, ma, aku suka" jawab Rania sambil tersenyum manis kearah ibunya masih dengan boneka lama ditangannya.

"rumah ini lebih dekat dari kampus kamu, lagian rumah kita dulu sering banget kebanjiran, ya, kan?" tanya ibu cantik itu kepada anaknya sambil duduk diatas ranjang tak ber-sprei milik Rania.

"iya, ma" jawab Rania singkat sambil tersenyum.

Ibu dari gadis cantik itu segera berlari keluar kamar putrinya setelah mendengar ponsel nya berdering dari kejauhan. Gadis berwajah manis itu kembali mengeluarkan barang-barang lamanya dari dalam kotak kardus.

"barang-barang ini kayaknya udah gak penting, buang aja deh" batin gadis itu saat tengah memandangi kotak musik pemberian cinta pertamanya disekolah menengah pertama.

Rania segera memasukan kembali boneka-boneka kecil lusuh bersama barang lainnya kedalam kardus dengan cepat. Saat Rania hendak memindahkan kardus itu kebagian yang harus dibuang, sebuah benda tipis jatuh dari bagian bawah kardus yang ada ditangannya. Benda tipis itu pun mencuri perhatiannya. Rania segera meletakan kembali kardus itu, lalu mengambil benda tipis itu dari lantai. Dan betapa terkejutnya ia saat tau bahwa benda itu adalah fotonya dengan seorang cowok dari masa lalu yang benar-benar berperan dalam perubahan hidupnya.

"Mervin..."ucap gadis itu sambil mengingat-ingat semua yang telah terjadi hari itu...

5 tahun yang lalu...

Saat Rania masih duduk dibangku SMA kelas 11. Hidupnya benar-benar hancur saat itu. Ini bukan kiasan tapi memang begitu kenyataannya. Saat anak umur 16 tahun lain sedang asyik bergosip dengan teman-temannya, Rania malah asyik berpesta ria di diskotik sambil minum-minum dan menghisap berbatang-batang tembakau bersama teman lainnya. Disaat anak umur 16 tahun lainnya belajar untuk mempersiapkan ujian, Rania malah sangat menghindari belajar, ia selalu kabur saat jam pelajaran yang tidak ia sukai. Anehnya, Rania dan teman-teman berandalnya itu selalu naik kelas. Tentunya dengan campur tangan kedua orang tua mereka yang hartanya bisa dibuat untuk membeli 2 pulau pribadi. Rania dan teman-temannya memang selalu menjadi sasaran empuk guru-guru BK disekolah. Tapi mereka selalu menjalaninya dengan tanpa dosa.

"Ran, bokap lu dateng tuh, Ran!" seru Aldo yang tengah memperhatikan pak Bian, guru BK yang sedang menuju kearah mereka dengan wajah murka dari kejauhan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 02, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Merv.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang