saya pernah menyukaimu, tanpa saya ucapkan dalam diam termakan waktu.
Walau tidak tumbut tetapi setidaknya pernah ada rasa yang tertanam, saya bersyukur rasa itu padam dengan sendirinya.
Waktu yang menumbuhkan rasa itu, waktu juga yang menghilangkan rasa itu. Sekarang itu kembali, bukan waktu, tapi rasa. Waktu membuat apa yang saya rasa hilang begitu saja, tapi sekarang waktu mengembalikan rasa yang hilang.
waktu memberikan kesempatan untuk menyelesaikan cerita yang menggantung dulu. walaupun entah harus saya percaya atau tidak setiap kata yang tercurah karna kenangan yang lalu yang terlalu sakit, saya pernah jatuh cinta sejatuh jatuhnya, tersipu dengan perbuatan yang belum pernah saya dapatkan, tetapi kamu yang menghancurkan kenangan yang seharusnya indah kehilangan ujung ceritanya, entah sudah selesai atau berlanjut dengan waktu yang lama.
saya takut, takut menceritakan apa yang saya rasa dan saya harapkan tidak seperti nayangannya. memilih bungkam, peduli dalam diam menyukaimu dalam tenang dan melihatmu dalam damai, tak perlu bising untuk mengungkapkan kalau saya menyukaimu karena setiap hati akan merasa saat hati yang lain memperhatikannya, karena hati sensitive, lembut, tidak seperti kata kata yang tercurah begitu saja yang belum tentu dimengrti arti dan maknanya.
kamu datang kebali, mencurahkan rasa yang dulu belum sempat terungkap, menjawab satu demi satu pertanyaan yang dulu ada, berusaha menyambung cerita yang tergantung di masa lalu. entah gimana saya harus menahan rasa yang sekarang sudah hampir padam lalu bermetamorfosis kembali.
kamu terlalu semu untuk disentuh, kamu hanya bisa diajak bicara melalui bayangan yang entah nyata atau ilusi.
