Wait..what?

16.9K 268 4
                                    

Third POV

"Tania sayang, bangun"
Seorang perempuan cantik yang sekarang sudah memiliki sepasang putra dan putri tersebut berusaha membangunkan putrinya yang masih tertidur pulas.

"5 menit lagi ma.." Jawab perempuan lain yang masih berumur 16 tahun. Ia kemudian menggeliat di atas kasur untuk mencari posisi nyaman agar bisa tertidur kembali.
Tiba tiba, perempuan yang Ia panggil Mama itu mengatakan sesuatu yang langsung membuatnya bangkit dari tempat tidur.

"Tania, kalau kamu ga bangun sekarang, Mama pastikan ga ada uang jajan dan kamu masak sarapan sendiri sampai minggu depan" Ancam Mamanya,perempuan yang tadi di panggil Tania mendengus kemudian segera masuk ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya yang bisa ia pastikan sangat berantakan sekarang.

Perkenalkan, dia Tania Aurelita Patijaya. Dia anak bungsu dari dua bersaudara. Wajahnya sangat manis, dengan hidung mancung, mata yang lebar, dan bibir tipis yang membuat wanita lain iri.

Tania segera turun dari kamarnya setelah mandi, menuju ke dapur untuk makan.

"Pagi Ma, Pa" sapanya seraya duduk di meja makan,
"Pagi, Tan" sahut papa Tania sambil tersenyum melihat putrinya.
"Lah, guanya ga disapa nih?" Gaga, kakak laki laki Tania menoyor bahu adiknya.

Hal tersebut sukses membuat Gaga dihadiahi tatapan tajam oleh Tania,
"Paan sih, gk" Jawab Tania.

Belum sempat Gaga melanjutkan protes yang ingin dia beri ke Tania, Mamanya meletakkan nasi goreng di meja makan,
"Gaga, Tania, nanti kita bakal makan malem sama keluarga temen mama, jam setengah tujuh kita berangkat, oke? Pakai bajunya yang rapi" ucapnya.

"Temen Mama yang mana?" Tanya Gaga, sedangkan Tania hanya mengangguk kecil dan meletakkan nasi goreng di piringnya.

"Tante Tika, dia mau ngenalin anak anaknya ke kalian" Mamanya menyerahkan piring yang telah diisi nasi goreng ke depan suaminya.

Gaga menganggukkan kepalanya, "Oh Oke".
Kemudian mereka makan diselingi pembicaraan dan juga perkelahian kecil antara Tania dan Gaga.

--------------------------------

Tania sudah menyiapkan dirinya untuk makan malam bersama keluarga Tante Tika, teman Mamanya.
Ia terlihat cantik dengan rambut sepinggang yang digerai rapi, tubuhnya dibalut rok hitam selutut dan kemeja panjang polos bewarna biru tua, Tania juga mengenakan sepatu Converse yang bewarna senada dengan kemejanya. Sangat simpel dan elegan.

"Anak Mama cantik banget" Ucap Mama Tania saat Ia turun dari tangga menuju pintu depan,
"Maka-" Omongan Tania terpotong karena timpalan Kak Gaga,
"Darimana cantiknya, yang ada kayak kutu anoa gini",
"Lah elunya kayak iler kebo" kata Tania. Mereka berdua tertawa, Gaga merangkul pundak Tania. Labil emang.

Mereka pun masuk ke mobil dan berangkat menuju restoran tempat mereka akan makan malam bersama.

.............................
Di restoran.

Tania beserta Mama, Papa, dan Kakaknya memasuki restoran, di restoran tersebut sudah menunggu teman Mama dan keluarganya.

Tania mengenali Tante Tika dan suaminya karena sudah beberapa kali mereka datang mengunjungi rumah Tania.

"Ahhh Rosa" Ibu ibu cantik yang bernama Tika tersebut langsung berdiri dan cipika cipiki dengan Mama Tania, typical emak emak.

Papa Tania bersalaman dengan Om Wijaya, suami dari teman Mama Tania.
Mereka berempat kemudian bertukar kabar dan tertawa tanpa memperdulikan anak anak mereka yang berdiri disana dengan canggung.

Tiba tiba, tatapan Tante Tika langsung menuju ke arah Tania,
"Kamu cantik banget ya, sama kayak mama kamu, pasti kamu cocok" Ujarnya sambil tersenyum.

COCOK BUAT APAAN, batin Tania. Namun karena mengutamakan sopan santun, ia mengembangkan senyum ke arah teman Mamanya itu, "Makasih Tan" katanya.

Tante Tika kemudian menyuruh kedua anaknya mengenalkan diri mereka, perempuan cantik yang sepertinya berumur 20an yang duduk di seberang Tania pun berdiri dan memperkenalkan diri,
"Selamat malam, nama saya Moza Putri Wijaya", senyum manis tidak pernah hilang dari wajahnya.

Kemudian seorang laki laki seumuran Tania berdiri, ia tersenyum kepada mereka, "Nama Saya Fijar Cahaya Wijaya" ujarnya dengan tegas.

Ia termasuk tampan. Dengan rambut yang terkesan acak acakan, hidung mancung, kulit putih, mata yang tajam, dan bibir tipis untuk ukuran lelaki. Ditambah gaya berpakaiannya yang sangat simpel, jeans hitam dan kemeja biru tua yang lengannya digulungkan. Warna pakaian mereka yang sama membuat Tania cengo, leh uga.

Saat Mama Tania dan temannya itu pun 'ngerumpi' bersama suami suami mereka, Tania mengobrol dengan Kak Moza dan Kak Gaga berbicara dengan Fijar, makanan mereka pun datang.

Tania yang ingin menyuapkan makanannya ke mulut, dihentikan oleh Mamanya yang berdehem untuk menarik perhatian 4 pemuda yang saat ini tengah bersiap untuk makan karena perut mereka yang ingin diisi,
"Ekhem, jadi anak anak, kami mengumpulkan kalian disini bukan tanpa alasan" ia melirik teman yang duduk disampingnya itu,
Yang dilirikpun tertawa kecil dan melanjutkan perkataan "Ya..., jadi, kami sudah sepakat untuk menjodohkan putra dan putri kami, dengan alasan alasan tertentu.."

Gaga, Tania, Moza, dan Fijar menatap kedua orang tua mereka tidak percaya. Jantung mereka berempat berpacu lebih cepat daripada 2 menit yang lalu.

Tenang Tan, pasti kak Gaga, bukan elo, batin Tania.

Jangan gua, jangan gua, jangan gua, batin Fijar.

Namun, sepertinya orang tua mereka tidak memihak anak bungsunya masing masing.

"Kami ingin Tania dan Fijar untuk dapat menikah, bulan depan. Kami tidak mengharapkan pertentangan dari kalian berdua" ujar Mama Tania, ia tersenyum, diikuti oleh helaan nafas lega semua orang, kecuali Tania dan Fijar.

Otak Tania masih belum bisa memproses ucapan Mamanya dengan baik, wait what..
"Lah.." Ia menoleh ke arah Fijar yang menampakkan ekspresi kaget, sama seperti dia.

Setelah beberapa detik bertatapan, akhirnya Fijar membuka suara "Kenapa harus?" Dia menatap mata Bundanya, berharap sang Bunda hanya bercanda,
"Kami ingin hal yang terbaik untuk kalian dan kami yakin pernikahan inilah hal tersebut" jawab Bundanya.

Gaga dan Moza hanya tersenyum karena lega bukan mereka yang dijodohkan, walaupun sedikit kasian kepada kedua adik mereka.

Fijar kemudian menghela nafas sebentar, "Kalau aku gamau, gimana?" tanyanya.

"Kalau kamu gamau, ayah bakal ngeluarin kamu dari kartu keluarga" jawaban ayahnya membuat Fijar tidak jadi menolak perjodohan ini.

Bunda Fijar, Tika, menahan tawanya, karena dia tau apa yang diucapkan suaminya hanya ancaman, mana mungkin mereka tega mencoret nama Fijar dari kartu keluarga.

Papa Tania pun ikut menimpali,
"Tania, Nak Fijar, memangnya kalian mau jadi anak durhaka? Menolak perintah orang tua?"

Tania terdiam, yailah si papa pake bawa bawa durhaka, kalau gini bisa apa.

Akhirnya mereka berdua pasrah, daripada dikutuk jadi batu.
"Yaudah, Fijar pikir dulu"
"Yaudah, Tania pikir dulu"
Jawab mereka serentak.

-------------------
Wehh, sekali kali gue nyoba ginian.
Ps. Karakternya based on true story, karakternya doang tapi.

Love, fay.

Get MarriedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang