1/2

4.2K 384 28
                                    

|APRIL MOP, APRIL.|

|short story|

|written by yas|



"APRIL?"

"I – iya, Kak?" April, perempuan berambut cokelat gelap sebahu dengan kacamata kuda yang membingkai wajahnya itu sama sekali tidak berani menatap lelaki tinggi blasteran yang super tampan di hadapannya. Maksudnya, siapa yang berani menatap seorang Arjuna Bayangkhara? Cowok most wanted di SMA Bina Bangsa itu memiliki aura mengintimidasi yang luar biasa. Tidak melebih-lebihkan, bahkan ada beberapa guru yang tidak berani bertatapan langsung dengannya. Apalagi April, cewek yang kalau kata orang nerd dengan segala ke-nerdy-annya. April bukan tipe cewek aktif yang ikut organisasi atau ekstrakulikuler, karena itu, bahkan setelah hampir dua tahun belajar di SMA Bina Bangsa, masih tetap ada guru yang tidak mengenalinya. Jadi, bayangkan betapa bingungnya dia ketika cowok paling dikenal di sekolahnya, bisa mengenalnya dan bahkan mengajaknya bicara? Ditambah, hanya berdua saja. Sekali lagi, berdua saja.

"Lo mau nggak jadi pacar gue?"

Kalau April sedang minum, dia yakin dia akan tersedak saat itu juga. Sepertinya dia harus langsung ke dokter THT setelah ini telinganya mungkin mulai bermasalah, "A – apa, Kak?"

"Lo nggak salah denger, Pril. Jangan bikin gue ngulang."

Dua kelopak mata April mengerjap di balik kacamatanya, darahnya terasa mengalir lebih cepat dari biasanya, telapak tangannya bahkan mendingin seketika, dan kakinya bahkan mulai berubah menjadi jeli sementara degupan di dadanya terus saja semakin cepat setiap detiknya, "Ka – Kakak serius?"

Arjuna berdeham pelan sebelum mengangguk, "Sebenernya, gue udah lama merhatiin lo. Jadi, lo mau k –"

"Aku juga udah lama suka sama Kak Juna. Dari SMP, aku bahkan belajar keras supaya bisa masuk SMA yang sama kayak Kakak!" April menjawab antusias.

Kali ini, Arjuna yang mengerjap, dia menatap perempuan yang lumayan tinggi dan kurus di hadapannya tak percaya, "Pril, sebenernya, gue –"

"Iya, Kak. Aku mau jadi pacar Kakak!"

***

"Ini semua salah lo lo pada, tau nggak?" Arjuna mengacak rambutnya frustasi. Menatap teman-temannya yang tengah menunduk satu persatu dengan tatapan mematikan.

Tyo, lelaki yang memiliki tubuh paling kekar diantara mereka, mengangkat kepalanya, "Come on, Jun. Jangan lebay, ah. Lo kan tau ini ritual tahunan kita. Gue juga kena kok tahun lalu."

"Tapi sekarang semuanya malah jadi kacau, nyet." Arjuna menatap Tyo sengit.

Kali ini giliran Dimas, si kacamata dan terkenal paling pintar di antara mereka, "Calm down, Jun. Pertama, kita harus adil. Karena di antara kita berempat cuma lo yang belum ngejalanin ritual ini. Dan dari awal, lo juga udah setuju."

"Kalian yang maksa."

"Oke, kita yang maksa. Tapi lo tetep setuju, oke? Jadi, nggak semuanya salah kita bertiga, oke?"

Fero, yang dikenal dengan sebutan si tangan dewa karena kepiawannya dalam melukis, mengangguk, "Lagian lo kenapa nggak langsung bilang kalo itu cuma april mop, sih? Kan kesepakatannya juga ketika dia bilang iya, lo langsung bilang kalo semuanya cuma arpil fools. And, that's all. Seharusnya sampe situ aja."

Tyo dan Dimas mengangguk, "He's right."

Arjuna menggeram kesal sebelum memijat pangkal hidungnya pelan, "Gue nggak tega. Sumpah, kalo kalian liat mukanya tadi, gue yakin kalian juga nggak akan sanggup bilang kalo yang gue omongin cuma bohongan."

April Mop, April.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang