Bab 2

37.1K 630 53
                                    


Aku menggeliat kesal karena seseorang yang mengganggu tidurku. Rasanya badanku remuk semua, aku butuh tidur yang banyak untuk memulihkan tanagaku. Sesuatu yang lembut dan lembab menyentuh keningku, lalu turun kehidung dan terakhir dibibirku. Perlahan aku membuka mataku dan langsung mendapati wajah tampan suami mesumku yang sedang tersenyum manis.

"Bangun sayang, sudah subuh." Bisiknya saat aku kembali menutup mataku. Kak Azel kembali menggodaku dengan ciuman lembutnya dibibirku, kalo saja aku punya banyak tenaga sudah aku tendang dia.

Beberapa kali Kak Azel mengecup bibirku dan perlahan ciumannya turun hingga leherku. Aku hanya bisa pasrah, terlalu lemas untuk protes. Biarlah dia mendapatkan kesenangan, nanti setelah tenagaku pulih akan aku balas dia.

"Bangun sekarang atau aku telanjangi!" Ancamnya membuatku mau tidak mau kembali membuka mataku.

"Aku masih ngantuk Kak." Protesku kesal. Dia suka sekali mengganggu ketenanganku.

"Sholat subuh dulu Yang, nanti tidurnya dilanjut lagi." Oke, ini adalah kewajiban yang tidak boleh aku lewatkan. Biasanya aku memang tidak pernah terlambat bangun tapi karena terlalu capek jadinya aku sangat mengantuk.

Aku baru sadar ternyata di Imami oleh suami sendiri rasanya sangat menyenangkan. Ada sesuatu yang tidak biasa aku rasakan. Ketampanan Kak Azel bertambah berkali lipat ketika memakai baju kokoh dan peci. Huaaa.. suamiku ini tampannya. Sepertinya karena terlalu lelah aku jadi ngelantur seperti ini. Setelah selesai Sholat aku langsung tertidur, aku tidak mau semakin melantur kemana-mana. Nggak masalah sih kalo ngelanturnya sendirian nah ini si mesum ada disampingku, bisa gawat kan..

"Kamu tidur gih, nanti aku bangunin kalo kita udah mau berangkat." Aku hanya bergumam mengiyakan ucapannya. Usapan lembut Kak Azel dikepalaku membuatku semakin terlena dan akhirnya tertidur.

Flashback

"Ada apa Mi, Pi?" Tanyaku tanpa basa-basi. Aku yakin ada sesuatu yang maha penting sehingga Papi dan Mami memaksaku untuk berbicara serius setelah makan malam. Ini diluar kebaiasaan kedua orang tuaku.

"Papi sama Mami tidak akan basa basi. Kamu akan segera menikah dengan putra sahabat kami, tepatnya setelah lulus." Ucap Papi tenang seolah-olah tidak ada yang istimewa dari ucapannya.

Astaga...astaga...astaga.. demi Jang Woo Young yang doyang makan ayam. Ini benar-benar bukan sekedar candaankan? Dimana letak lucunya jika mereka sedang bercanda? Aku hanya menatap Papi dan Mami bergantian sambil mengerjapkan mataku berkali-kali berharap tiba-tiba mereka tertawa karena telah berhasil mengerjaiku. Tapi mereka benar-benar serius, Papi dan Mami menatapku menunggu reaksiku.

"Bercandannya nggak lucu." Ujarku berusaha tenang. Ya tenang, menghadapi orang tuaku memang harus tenang atau mereka akan bereaksi berlebihan. Dari dulu sampai sekarang kedua orang tua memang mendapat julukan khusus, yaitu 'pasangan alay'.

"Siapa yang lagi bercanda Za? Mami sama Papi serius, kamu suka atau tidak tetap harus menikah dengan putra sahabat kami. Namanya Azel Aldrich." Kali ini Mami yang bersuara. Azel Aldrich? Aldrich? Aku kenal nama itu, iya teman Papi yang keturunan Perancis.

"Dia pengusaha muda yang sukses, dewasa, berwibawa dan bertanggung jawab." Ucap Papi menjelaskan seperti apa orang bernama Azel itu.

"Yang lebih penting dia ganteng, keturunan Perancis." Sahut Mami yang membuatku sedikit bersemangat. Lumayan juga kalo calonku itu ganteng, tapi kenapa harus menikah diusiaku yang baru 18 tahun?

"Umurnya berapa sih? Aku nggak mau nikah diumur delapan belas tahun." Protesku dengan harapan Papi sama Mami mau mengundur pernikahanku. Kan nggak lucu kalo teman-temanku tau aku menikah diusia 18 tahun, nanti disangka MBA lagi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 02, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Cute Baby GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang