Bab 1 : Rumah tua

142 8 13
                                    


"Kau yakin akan mengambil setting di rumah tua itu? Ku dengar rumah itu berhantu."

Fathan hanya tersenyum kecil ketika mendengar komentar dari Yandi, sahabatnya.
Dia sama sekali tak menanggapi kekhawatiran Yandi tentang rencana Fathan untuk mengambil setting di sebuah bangunan rumah tua di daerah Bogor.

Minggu depan adalah pameran lomba fotografi dan tema yang di tentukan oleh panitia adalah 'Keheningan'. Fathan sudah memutuskan akan menempuh perjalanan dari Jakarta menuju Bogor agar bisa memperoleh setting paling sesuai untuk lokasi pengambilan gambar.

Fathan tak ingin menyia-nyiakan kesempatan emas kali ini karena seandainya ia menang maka Fathan berkesempatan untuk mendapat beasiswa belajar fotografi di luar negeri. Itu impian setiap fotografer tak terkecuali Fathan Indrawan.

"Tenanglah,sobat. Aku tahu apa yang ku lakukan. Lagipula, Sejak kapan aku begitu peduli pada hantu?" balas Fathan santai. Ia segera mengemasi peralatan memotretnya dan bergegas untuk perlajanan ke Bogor.

"Kau tidak tahu apa yang akan kau hadapi. Rumah yang kau tuju itu berhantu. Semua orang sudah tahu bahkan membuktikannya. Seorang gadis tewas di rumah itu dan aku yakin arwahnya penasaran." Yandi sebisa mungkin meyakinkan Fathan agar membatalkan rencana gila sahabatnya itu untuk memotret di rumah tua yang terkenal angker.

Fathan nampak tak terpengaruh. "Percayalah padaku. Kali ini aku akan dapatkan beasiswa itu." katanya dengan yakin. Fathan tersenyum samar karena membayangkan bisa meraih mimpinya menjadi fotografer terkenal.

"Tapi ..."belum sempat Yandi mencegahnya tiba-tiba Fathan sudah melenggang pergi tanpa mau mendengarkan.

Yandi menghela nafas. sebenarnya percuma saja ia menahan niat Fathan karena sejak dulu Fathan memang terkenal keras kepala. Dan Yandi selalu kewalahan untuk mencegah sahabatnya itu untuk tak melakukan hal hal yang berbahaya.

****

Fathan memarkirkan motor sportnya tepat di samping pohon besar yang ada di halaman rumah tua yang menjadi tujuannya. Fathan mengeratkan jaketnya dan segera menggantungkan tali kamera kesayangannya di leher. Manik matanya memandang sekeliling.

Hening..

Tak ada siapapun bahkan binatangpun tak terlihat. Langit sedikit mendung hingga membuat sore itu suasana terasa semakin mencekam. Angin bertiup dari hulu dan walaupun Fathan telah memakai jaket tapi tetap saja udara terasa dingin menusuk.

"Sudah ku duga aku tak salah memilih lokasi."gumam Fathan seraya tersenyum kearah bangunan tua di hadapannya.

Rumah itu terlihat seperti bangunan tua yang tak terurus. Dua pilar kokoh menyangga atap bagian depan membuat rumah itu menjulang tinggi. Sepasang jendela besar mengapit pintu utama. Dilihat dari arah manapun rumah itu memang lebih mirip bangunan tua untuk lokasi syuting film horor. Suasana yang mencekam dan angin dingin yang entah mengapa sanggup menembus jaket tebal yang di pakai Fathan.

"Rumah ini benar benar seperti mati."batin Fathan seraya menyiapkan kameranya.

Ia mengambil beberapa gambar keseluruhan bangunan tua itu dari depan. Angin kembali bertiup menerbangkan dedaunan kering dan debu yang kelihatannya sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari rumah tua itu.

Bisa di mengerti karena rumah itu sudah tak lagi berpenghuni. Tak ada orang yang mau tinggal di rumah itu karena menurut berita yang beredar. Telah terjadi kebakaran yang menewaskan seorang gadis. semua orang yakin bahwa gadis itu sudah jadi arwah penasaran. Membuat siapapun bahkan enggan untuk berjalan melewati rumah tua itu.

Fathan sudah mencari tahu banyak hal tentang riwayat rumah itu. Kebanyakan dari selentingan kabar dan juga rumor yang beredar. Fathan bahkan tak ragu untuk mencari beritanya di internet. Walaupun Ia yakin tak semua yang di infokan di internet selalu benar karena kebanyakan sudah di campur dengan daya imajenasi si penulis.

SILENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang