bab 5. Ending

39 5 0
                                    

Cekreek..

Terdengar suara pintu kamar Alina yang di buka secara perlahan. Fathan tercekat saat melihat siluet Tuan Harry yang tak lain adalah Ayah Alina sendiri memasuki kamar dengan membawa seutas tali. Seringai muncul di wajah ayah Alina menandakan ada niat buruk yang akan ia lakukan terhadap puterinya itu.

”Tuan Hendarto?” Fathan bangkit dan mencoba menghalangi langkah Tuan Harry Hendarto namun dengan mudahnya Ayah Alina itu menembus tubuh Fathan yang transparan.

Fathan lupa bahwa dirinya tak terlihat dan tak dapat di sentuh. Hatinya mendadak kacau namun ia segera mendekat kearah ranjang tempat Alina tertidur pulas. Ada perasaan janggal yang menyelimuti hati Fathan kala itu. Sebuah firasat yang tak mengenakan.

”Apa menurutmu,Ayah akan memaafkan orang yang berniat mengotori nama keluarga Hendarto?”gumam Ayah Alina penuh seringai picik menghias wajahnya.

”Apa yang akan Anda lakukan?”

Fathan membelalakan mata manakala melihat Ayah Alina membentangkan tali yang sedari tadi ia bawa. Fathan mencoba mencegat tangan Ayah Alina namun lagi-lagi tangan pemuda itu tak sanggup temukan apapun kecuali kehampaan.

”JANGAN!!”jerit Fathan sambil mendorong tubuh Tuan Hendartonitu namun tak bisa. Ia hanya merasa telah mendorong angin. Tangannya tak mampu menyentuh Ayah Alina sama sekali.

”Sampaikan salamku pada Tuhan..”bisik Ayah Alina seraya menjerat kuat leher Alina dengan tali.

Alina sontak terbangun dan terkejut saat ia merasa lehernya sakit karena di jerat dengan teramat kuat. Gadis itu mencoba menjerit meminta agar Ayahnya menghentikan. Tangan gadis itu mencoba melepaskan jeratan di lehernya namun kekuatan Tuan Harry jauh lebih kuat. Dan semakin lama nafas gadis itu semakin tipis. Alina memekik mencoba meminta belas kasihan tapi rupanya Ayahnya tak mau berbelas kasihan.

”Ku mohon.. Hentikan! Hentikan!” Fathan mencoba menyingkirkan sosok Ayah Alina agar melepaskan tali yang menjerat gadis itu namun tak bisa. Dirinya tak bisa meraih apapun. Fathan hanyalah bayangan kosong yang bahkan tak bisa mencegah percobaan pembunuhan yang terjadi tepat dihadapannya.

”Tuan Hendarto.. Ingat lah dia puterimu.. Ku mohon.. Jangan lakukan itu.. Ku mohon..” Fathan tak hentinya mencoba menarik tangan Ayah Alina namun tak bisa merasakan apapun. Ayah Alina seperti kesetanan ingin menghabisi nyawa puterinya.

”Ku mohon.. ku mohon.. ” Fathan bersimpuh di samping ranjang dan air matanya meleleh membasahi kedua pipinya. Dadanya sesak dan sakit. Melihat sosok Alina yang sekarat di detik-detik terakhir.

Fathan tak kuasa lagi menahan gejolak yang ada dalam hatinya. Di saat dia bisa merasakan kebahagian karena mengetahui Alina tengah mengandung anaknya. Namun di saat yang sama, Ia juga harus menyaksikan gadis yang akan menjadi calon ibu bagi anaknya justru mati di bunuh oleh ayah Alina sendiri.

”TOLONG HENTIKAN.. Ku mohon..” Air mata Fathan semakin deras. Ia tak tahu lagi bagaimana cara menolong Alina. Tubuhnya kosong dan tak bisa menghentikan Tuan Hendarto. Alina semakin kesakitan dan nafasnya perlahan mulai menghilang.

”Maaf..”

Alina menghembuskan nafas terakhir dan tubuh gadis itu tak lagi bernyawa. Ayah Alina tersentak saat menyadari anak perempuannya kini sudah mati. Mati karena perbuatannya. Dan seolah baru saja tersadar, genggaman tangan Ayah Alina gemetar dan segera melepaskan tali yang ia gunakan untuk menjerat leher Alina hingga anak perempuannya itu kehilangan nyawa.

Fathan masih membeku. Ia merasa kehilangan segalanya. Dunianya seolah runtuh. Melihat sosok Alina yang tergeletak tak bernyawa di hadapannya, Air mata masih mengalir deras seolah tak mau berhenti. Tubuh Fathan gemetaran dan pucat pasi.

SILENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang