***
Jaman sekarang kecerdasan bukanlah jaminan akan kesejahteraan hidup. Beberapa perusahaan memang mencari karyawan kompeten, tapi mereka juga melihat penampilan. Mereka ingin melihat apakah penampilanmu sesuai dengan posisi yang akan engkau tempati, dan apakah kamu pantas mendapatkan posisi itu.
Mungkin tidak semua perusahaan mencari yang penampilannya harus nomor satu dibanding kemampuan otak, tapi kebanyakan dari mereka memang seperti itu. Seperti yang sedang terjadi pada Shanly sekarang.
"Anda yakin ingin bekerja sebagai sekretaris?" Seorang pria yang berusia kepala tiga menatap Shanly dari ujung rambut sampai ujung kaki. Dia adalah manager HRD diperusahaan itu.
Shanly sedikit risih dipandang seperti itu saat wawancara tapi karena ini adalah perusahaan ketiga yang memanggilnya interview pada hari ini, ia mencoba tetap tersenyum dan berpikir positif.
Semua akan baik-baik saja.
Shanly mengangguk penuh keyakinan, sementara sang manager terlihat menghela nafas. Dari gelagat sang manager, Shanly punya firasat akan mendapat penolakan untuk yang ketiga kalinya dihari yang sama.
"Saya minta maaf karena anda tidak memenuhi kualifikasi yang diinginkan oleh perusahaan kami untuk mengisi posisi sebagai sekretaris."
"Lho, bukankah semua persyaratan sudah saya penuhi pak? Saya lulusan S-2 terbaik dari universitas Ekonomi ternama di ibu kota, lulusan cum laude.Saya menguasai lima bahasa dengan baik, saya mempunyai pengalaman magang selama satu setengah tahun di Almoz Group, saya punya ingatan yang baik dan jadwal saya buat selalu terstruktur. Lantas syarat apa lagi yang belum saya penuhi?"
Sang manager HRD tersenyum palsu sembari menunjukkan iklan online dari ipad miliknya pada Shanly.
"Coba anda baca point ketiga di iklan ini." Tunjuk manager itu.
Shanly menatap sederet tulisan yang tertera dilayar ipad lalu membacakannya dengan wajah masam. "Berpenampilan menarik."
Sang manager tersenyum mendengarnya. "Karena posisi ini adalah mencari sekretaris untuk direktur, maka kami tidak bisa main-main. Mungkin anda berminat dengan posisi lain?"
"Memangnya ada posisi lain yang cocok dengan saya pak?" Shanly terlihat sedikit tertarik.
Manager itu menganguk. "Kebetulan warehouse sedang kekurangan orang. Anda bisa mengisi posisi itu."
Shanly mengangkat sebelah alisnya. "Memangnya jobdesk-nya seperti apa, Pak?"
"Posisi yang akan anda tempati adalah staff gudang. Tugasnya sangat mudah. Hanya menghitung barang yang masuk, menerima barang masuk, melakukan pendataan, sedikit beberes dan menyusun barang di gudang. Saya akan memanggil kepala gudang untuk menjelaskan lebih lanjut jika anda merasa tertarik."
Shanly menghela nafas mendengarnya. Sungguh ironis, ia sampai dialihkan ke posisi yang bertolak sangat jauh dengan yang ia inginkan. Semua itu terjadi semata-mata hanya karena bentuk tubuhnya kurang sesuai dengan yang mereka cari.
"Saya tidak berminat mengisi posisi lain selain sekretaris, pak. Jika bapak tidak mau menerima saya, tidak apa-apa. Saya permisi." Usai berkata demikian, Shanly pun bergegas keluar dari ruangan manager HRD tersebut.
Ketika Shanly baru keluar dari perusahaan itu, sebuah Jaguar perak berhenti tepat didepan kakinya. Shanly menghela nafas, lalu mengetuk jendela mobil itu dengan tidak sabar. Jendela mobil dibuka dari dalam, seorang pria paruh baya menunduk sopan saat melihatnya.
"Tahu darimana bapak kalau aku ada disini?" Tanyanya kesal. Pria berpakaian supir itu adalah supir pribadi keluarga Moz. "Bapak mengikuti saya?"
"Maafkan saya, nona. Saya hanya mengikuti permintaan Tuan Max untuk tidak membiarkan nona pergi kemanapun seorang diri."
KAMU SEDANG MEMBACA
NOT A DRAMA QUEEN [不是戏剧女王]
Lãng mạnKarena kalah taruhan, Shanly terpaksa menyatakan cinta pada pria asing yang dia temui di Mall. Apa yang akan terjadi jika pria asing itu ternyata adalah calon atasannya? Peringkat #11 in Romance at 24.07.16 30.03.2016 -Lawrence's The Series 1-