5 - The Party

59.8K 3.5K 42
                                    

***

Dia itu diibaratkan seperti kuman. Bertebaran di mana-mana.

- Shanly Dromicia Moz-

***


Setelah Maxim memperkenalkan putrinya, beberapa petinggi perusahaan lain menghampiri Maxim dan membahas mengenai proyek yang sedang mereka jalankan. Merasa menjadi obat nyamuk di tengah-tengah empat orang pria paruh baya itu, Shanly pun memutuskan untuk menjauh saja, lagi pula bahasa mereka terlalu berat dan untuk saat ini Shanly sedang malas memikirkan masalah pekerjaan.

Sudah setahun ini dia bekerja sebagai pada ayahnya sebagai asisten, namun sampai saat ini Shanly merasa bahwa dia belum pantas mendapatkan posisi yang tinggi. Ilmunya belum cukup, dan dia belum terlalu percaya diri bisa menjadi pemimpin sehebat ayahnya.

Terlalu banyak tersenyum dan berbicara dengan rekan ayahnya, membuat tenggorokan Shanly terasa kering. Dia menoleh ke arah kiri, tempat puluhan gelas berisi air putih terhidang di atas meja. Shanly menghampiri meja itu dan mengambil segelas air dingin. Saking hausnya Shanly, wanita itu sampai menghabiskan dua gelas air dingin, tapi dia masih merasa kurang. Dia ingin minum yang manis-manis, dan beruntung seorang pelayan lewat di depannya dengan tangan kiri membawa nampan berisi sirup dingin.

"Ah, tunggu!" Panggilnya pada pelayan itu. "Aku minta sirupnya satu," ucap Shanly sambil mengambil segelas sirup dingin berwarna merah wine. Pelayan itu pun berlalu, sementara Shanly meneguk sirupnya dengan senyum sumringah.

"Segarnya," gumamnya girang sambil menatap gelas sirup yang masih tersisa setengah.

Shanly berbalik, hendak meletakkan gelas sirup itu di atas meja, tapi karena kurang hati-hati, dia menabrak seseorang dan menumpahkan cairan sirup itu tepat di kemeja putih dan tuxedo hitam seorang pria.

Pria yang tadinya hendak mengambil segelas air putih dari meja yang ada dibelakang Shanly pun terkesiap dan menatap kemeja putihnya yang basah dengan wajah yang sulit di artikan.

"Ah, maafkan aku." Shanly menatap noda merah sirup yang membekas dikemeja putih pria itu. Tanpa melihat wajah pria itu lagi, Shanly berbalik mengambil beberapa lembar tissue di atas meja dan mulai menyeka kemeja pria itu dengan tissue.

"Kemana matamu?" Dumel pria itu dengan nada jengkel. Dia merebut tissue dari tangan Shanly dan menyeka kemejanya sendiri.

"Aku tidak sengaja. Maa-ff," Kata maaf Shanly yang untuk kedua kalinya terhenti saat dia mengangkat kepalanya menatap wajah sang pemilik kemeja. Matanya kontan membesar saat menatap siapa pria yang dia tabrak.

Pria itu, Wilson. Wilson Lawrence.

Kenapa pria dari Lawrence Group itu bisa ada disini?

Saat Shanly sedang menatap Wilson dengan tatapan horrornya, pria itu justru tak berhenti mengomel. "Aku harus menemui rekan bisnisku, tapi pakaianku basah seperti ini." Wilson menatap Shanly dengan wajah kesal sambil menunjuk kemejanya.

Shanly makin pusing mendengar omelan Wilson. Pria ini dari dulu memang tak pandang bulu, selalu memaki setiap ada cela. Sudah begitu, pria ini bagaikan angkutan umum yang bertebaran dimana-mana. Dulu di Jakarta, sekarang Singapore, kesannya Wilson seolah bertebaran di mana-mana. Dan parahnya, pertemuan mereka selalu diawali dengan kecerobohan dan kebodohan Shanly.

Dulu Shanly bertemu dengannya karena menyatakan cinta, menabrak tempat sampah, dan sekarang bertemu lagi dengannya karena menumpahkan minuman. Tamat sudah riwayat Shanly. Wilson pasti akan mempermalukannya dengan sebutan 'gadis sampah' terkutuk itu lagi di hadapan banyak orang.

NOT A DRAMA QUEEN [不是戏剧女王]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang