one

458 33 7
                                    

Bangun pagi bukanlah aktifitas yang sangat kuharapkan terjadi di pagi hari. Tapi itu sudah menjadi tuntutan bagi seorang siswa SMA sepertiku. Jika aku terlambat bangun seperti ini, kakakku biasanya akan meninggalkanku dan tidak akan mengantarku ke sekolah. Namun sungguh, aku sangat tidak suka bangun pagi. Dengan terburu-buru, aku bersiap-siap untuk ke sekolah dan berlari ke meja makan di lantai bawah. Dan lagi, tebakanku benar. Aku mendapatkan sebuah kertas kecil bertuliskan sesuatu.

'Oppa duluan ya, Sejeong-ah.'

Aku menepuk jidatku setelah melihat surat kakakku yang lagi-lagi meninggalkanku terlebih dahulu karena pekerjaannya sebagai dokter psikologis. Tanpa berpikir apa-apa lagi, aku langsung meninggalkan rumah. Aku terburu-buru ke halte bus dan beruntunglah sebuah bus langsung mendatangiku di halte. Di dalam bus sudah banyak orang yang membuatku susah untuk mencari tempat duduk kosong. Mataku mencari-cari namun tidak ada bangku kosong yang ku harapkan itu. Yang tertangkap oleh mataku hanyalah sepasang mata seorang pria yang membuatku sedikit kaget. Mata kami bertemu beberapa detik, lalu ia membuang pandangannya dariku. Setelah kejadian itu, aku memilih untuk berdiri memegang tiang bus dan membelakanginya. Tanpa sadar, aku tersenyum, "Jinyoung terlambat juga.. apakah kita jodoh?" gumamku dan tertawa kecil.

Saat tiba di sekolah, aku berlari ke kelas. Tidak memperdulikan seorang Park Jinyoung yang berada di belakangku. Ia tampak santai walaupun ia tahu ia terlambat. Namun aku sudah tidak heran lagi tentang itu. Dia anak terpintar di sekolah ini. Guru tidak akan memarahinya jika terlambat. Toh, ini mungkin kali pertamanya selama satu tahun bersekolah di SMA ini.

"Maaf, aku terlambat."

Suara riuh teman-teman kelasku menyambutku dengan bosan.

"Moodku sedang baik kali ini, Sejeong-ssi. Duduk saja di bangku. Cepat."

Aku pun membungkuk 90 derajat dan sedikit berlari ke bangkuku, baris kedua dari depan. Dan setelahku, Jinyoung hanya membungkuk kepada guru kami dan duduk di bangkunya, belakang paling ujung.

Bicara tentang Jinyoung, aku memang sudah menyukainya sejak pertama kali melihatnya di kelas satu di hari pertama kami memasuki SMA ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bicara tentang Jinyoung, aku memang sudah menyukainya sejak pertama kali melihatnya di kelas satu di hari pertama kami memasuki SMA ini. Dia sangat introvert. Aku tidak pernah bicara sekali pun dengannya. Bahkan aku tidak pernah mendapatkan kesempatan untuk berada di kelompok yang sama dengannya jika ada tugas seperti itu. Tapi yang kudengar dari temanku, ia tidak pernah pergi bersama teman kelompok lainnya ketika mengerjakan tugas. Dia yang akan mengerjakannya, atau ia membayar teman kelompoknya. Hanya satu di antara dua itulah tawaran yang akan ia ajukan, maka masalah selesai.

Banyak temanku yang tahu tentang aku yang menyukainya. Beberapa dari mereka bahkan mengerti kenapa aku menyukainya. Dia tampan, pintar, walaupun sedikit nerd di saat ia memakai kacamatanya jika membaca buku. Tapi menurutku, tidak ada yang menyukainya sebanyak rasa sukaku padanya.

Kenapa?

Dia misterius. anti-social, tidak ada teman yang pernah diajaknya mengobrol, tidak ada satupun dari kami tahu di mana ia tinggal, siapa orang tuanya, bagaimana kehidupannya di luar sekolah, ataupun tanggal lahirnya. Dan satu lagi, tatapannya. Tatapan dingin seorang anti-social yang sangat menakutkan. Entah mengapa kau akan merasa seperti terkena laser es ketika bertatapan dengannya. Walaupun orang-orang takut akan itu, bagiku, itu point plus yang membuatku menyukainya. Entah karena aku terlalu banyak membaca komik conan, tapi aku sangat menyukainya, mysterious Jinyoung.

believe me ; junior got7Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang