Prolog

63 3 0
                                    

Aldo mengajakku ke atap perusahaan milik kekasihku ini, gedung pencakar langit yang memiliki sekitar 150 lantai didesign sangat amat elegannya membuat siapapun yang bisa bekerja disini menjadi bangga.

Tibalah aku di atas gedung pencakar langit ini, aku merasakan deraian angin yang menerpa tubuh mungilku.

Aldo mengajakku berdiri di sisi depan bagian gedung ini sambil menggenggam tangan ku, dan reflek aku langsung melepaskan genggamannya takut Devan melihatnya.

"Kenapa kamu mengajakku kesini Aldo?" Ujarku merasa jengah atas sikap kurang ajarnya menyeretku dari kantin perusahaan hingga sampai di atas gedung ini. Gila saja.. aku masih sangat lapar.

"Ada yang ingin aku katakan sama kamu" ucapnya merasa bersalah menyadari wajah kesalku.

"Yasudah katakan saja sekarang" Tukas ku malas.

"Aku..." Ucapnya terbata bata.

"Hmmmm..."

"I love you Kyra, will you be my Girlfriend?" Ucapnya yang membuat aku terkejut setengah hidup. Aku langsung saja melepas tangannya dan membekap mulutku terkejut akan pengakuannya yang sangat tiba-tiba ini, Tidak mungkin! Bayangkan aku baru seminggu bekerja disini dan sudah ada orang yang menyatakan cintanya padaku? Oh.. sungguh tidak bisa dipercaya!

Kali ini aku hanya berharap Devan tidak melihat kejadian ini. Aku tidak bisa membayangkan jika Devan melihat kekasihnya sedang dinyatakan cinta oleh orang lain akan jadi apa dia nanti. Aku takut dia murka. Nanti pasti akan berimbas pada karyawan-karyawannya yang lain yang tidak tahu apa-apa malah di bentak-bentak tidak jelas.

Semoga saja Devan tidak tahu.

Aldo masih bersimpuh didepanku memandangku dengan penuh harapan. Aku sebenarnya tidak tega padanya. Dia pasti sudah lama merencanakan ini. Menyatakan cintanya padaku. Tapi aku tidak bisa. Aku tidak akan bisa membalas cintanya. Sampai kapanpun aku akan selalu mencintai Devan. Sahabat masa kecilku.

"Maaf Do, aku tidak bisa membalas cintamu ini" ucapku memandangnya dengan rasa menyesalku dan seketika aku bisa melihat raut kecewa yang kentara di wajahnya.

Apa boleh dibuat, aku harus bicara begini sama dia. Aku tidak mencintainnya. Dan aku tidak ingin membuatnya berharap labih padaku.

"Kenapa?"
"Apa sudah ada yang lain Ra?"
"Aku sudah terlambat ya?"
"Aku mencintaimu dengan tulus Kyra"
"Apa sudah tidak ada celah lagi untukku masuk ke hatimu?" Ucapnya bertubi- tubi membuatku kasihan melihatnya.

"Maaf Do aku tidak bisa. Sekali lagi maaf. Tapi kita masih bisa berteman. Apa itu baik untukmu?"

"Yah.. mungkin kita masih bisa berteman" ucapnya sambil bangkit dan menghadapku. "Tapi bolehkah untuk sekali ini saja aku memelukmu? Anggap saja pelukan pertemanan?" Ucapnya sambil memperlihatkan senyuman manisnya walaupun aku tau dia melakukan itu sengat terpaksa. Jelas- jelas raut kecewanya masih sangat jelas tergambar di wajahnya.

"Oke.. pelukan pertemanan." Dia langsung memelukku erat sekali sampai rasanya aku tidak bisa bernafas. Dan aku membalas pelukannya.
Aldo memang orang yang baik, aku harap dia kelak menemukan cinta sejatinya dan bahagia, karna dia pantas mendapatkannya dan siapakah wanita beruntung itu? Hanya Tuhan yang tahu.

"Dia bisa mati kalau kau memeluknya begitu"
Seakan ada petir yang menyambar tiba-tiba di tubuhku begitu mendengar suara berat nan dingin itu. Dan aku begitu tahu itu suara milik siapa. Dan langsung saja aku melepaskan pelukan Aldo. Melotot kaget sambil melihat pemilik suara itu. 'Yatuhan Itu Devan' jeritku dalam hati. Dengan muka dinginnya yang tetap terlihat tampan dalam keadaan apapun menatapku dan Aldo bergantian. Aldo pun tidak kalah kagetnya denganku. Dia langsung menjaga jarak padaku. "dan aku rasa ini sudah bukan lagi jam istirahat. Kenapa kalian masih disini dan tidak melanjutkan pekerjaan kalian? Atau mau kalian saya pecat?" Ucap Devan murka. Dan dengan tololnya aku sama Aldo menggeleng gelengkan kepala tanda tidak mau dipecat. "Sekarang cepat kembali bekerja!"
Mendengat geraman Devan yang sudah pasti membuat orang yang mendengarnya takut, Aldo langsung saja menunduk dan mulai berjalan terbirit-birit meninggalkanku yang masih diam terpaku di tempatku berdiri.

Mengenyahkan pikiran sendiri, kembali ke kenyataan aku langsung mengerjap-ngerjapkan mataku menoleh kearah Devan yang masih berdiri di tempatnya memandangku dengan penuh arti, menatapku dingin sembari menyipitkan matanya heran.

Kalau sudah begini pasti dia marah padaku. Tadak boleh. Aku harus berusaha agar membuatnya tidak lagi marah padaku. Aku harus menjelaskan padanya kalau apa yang dia lihat tadi itu tidaklah benar. Iya.. aku harus menjelaskan padanya agar Devan tidak salah paham terhadapku dan tidak mengataiku berselingkuh di belakangnya apa lagi tadi dia melihatku berpelukan dengan laki-laki lain.
Aku panik, berlari kearahnya dan langsung memeluknya erat.

"Devan jangan marah, itu tidak seperti yang kamu bayangkan. Aku sama Aldo tidak ada hubungan apapun. Tolong percaya padaku. Maafkan aku Devan. Jangan marah padaku. Jangan diamkan aku. Aku hanya mencintaimu. Tolong bicara padaku. Devan ak--"

ucapan bertubi-tubiku terpotong karena Devan dengan tiba-tiba melepaskan pelukanku dan menatap wajah nelangsang nyaris menangisku dingin. Devan menatapku tepat dimata. Terus begitu dan aku paling tidak kuat dipandang begitu oleh Devan. Pertahananku runtuh. Devan masih diam sepertinya berusaha untuk meredam emosinya. Dan setetes air mata jatuh bergulir di pipiku. Aku takut Devan marah. Takut di pandang seperti itu. Dan dengam mengejutkan Devan mengangkat sebelah tangannya mengusap air mataku. Mengusap-usap pipiku lembut, mendekatkan wajahnya padaku. Aku menutup mataku dan otomatis air mata yang masih berada di pelupuk mataku jatuh bergulir di pipiku. Devan langsung mengusapnya. Aku merasa hembusan napasnya di wajahku. Aku masih menutup mataku. Berbagai pikiran berkecamuk di kepalaku. Devan masih belum bicara padaku. Apa dia marah?. Dewi batinku bertanya.

"Aku tidak marah" ucap Devan pertama kali seakan mampu mendengar pertanyaan dewi batinku.

"--hanya sedikit kesal" lanjutnya.
Aku membuka mataku menatapnya. "Dia memelukmu tadi? Menyatakan
cinta? Oh Tuhan.. sungguh gila!"

"Tapi aku kan tidak menerimannya" ucapku sembari memegang salah satu lengannya.

"Aku tau" ucap Devan tersenyum manis kearahku. Dan memelukku lagi.

Aku suka pelukannya karena pelukannya membuatku merasa nyaman, pelukan favoritku. Setidaknya sampe saat ini.

To be Continued---

----

Gimana guys?
Beri vote & vomment kalo mau dilanjut ya..

Terimakasih💜

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 04, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang