Ruangan Merintih

22 3 0
                                    

yang terjadi ialah pahlawan sejatiku tiada.  aku seperti orang bodoh, aku terkejut. lalu terduduklah hingga aku meneteskan air mata. 
detik demi detik, orang-orangpun berdatangan. mereka memanggil namaku. menyuruhku mendekati ibu. namun, aku menghiraukannya dan aku tetap terduduk di tengah pintu itu.
aku terus berfikir-berfikir hingga aku memutuskan untuk kembali masuk ke kamar. terus ......
air mataku berjatuhan. duduk dibelakang pintu menahan kekesalan yang terus berjalan.
Hingga, datanglah seorang orang tua yang mengetuk-ngetukan pintu kamarku. aku tetap tidak mau membukanya. tapi, orang tua itu pun berkata "jika kau tak keluar dari kamarmu, maka kau akan menyesali hidupmu". mendengar kata itu, aku terdiam. memikirkan kembalii... hingga aku membuka pintu itu dengan muka kekesalan yang mendalam

Orang tua itupun langsung mengajakkan ku untuk menghampiri ibuku yang terbaring lelap itu.
duduklah aku disamping ibuku, langsung derasnya air mata ini berjatuhan.
ku bukakan kain yang menutupkan wajah ibuku, aku melihat wajah cantik ibuku kembali. terasa hati ini tenang hingga luluh ingin berbicara kembali. hingga aku berkata "aku mencintaimu ibu"
lalu, aku berfikir rencana Allah yang terbaik. aku tersenyum dan berfikir bagaiman caranya mengatasi ini semua.

dan kemudian, dimandikanlah ibuku. aku tersenyum bahagia. ternyata tangan inipun bisa memandikan ibuku, hingga wajah ibuku berseri-seri.
akhirnya, ibuku yang selesai dimandikan langsung diselimuti menggunakan kain putih. aku turut menyelimuti ibuku. tersenyumm, dan aku berkata dalam hati "aku harus tegar menghadapi semua"

Gulungan KenanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang