Bagian 1

2.9K 193 0
                                    

Kim Nana melangkahkan kakinya menyusuri ruang lobby dengan tergesa-gesa. Ketika memasuki lift, ia sempat berpapasan dengan Seokmin, rekan sekantornya sekaligus pengagum setianya. 

"Wow, pagi yang sibuk sekali ya," sapa pemuda tersebut. Nana tersenyum seraya mengangguk.

"Yup, aku harus ada di kantor 30 menit sebelum nenek sihir itu datang," ucapan Nana setengah berbisik hingga membuat Seokmin tergelak. Ya, baru saja ia menyebut bos-nya itu nenek sihir. Karena Siyeon, bosnya yang baru itu memang seperti nenek sihir!

Jangan membayangkan sosok Siyeon sebagai perempuan tua dengan wajah berkerut. Kenyataannya, perempuan itu cantik luar biasa. Usianya hanya lebih tua 3 tahun darinya, dan dia sangat anggun, elegan, dan cantik. Hanya saja, ia orang yang terlalu cerewet dan arogan. Setiap pagi, ia selalu meminta pada Nana untuk menyiapkan seikat mawar putih dalam vas di atas meja kerjanya. Dan juga, menyiapkannya secangkir kopi mocca yang tidak terlalu manis dan tidak terlalu pahit. Tidak terlalu panas, tapi juga tidak terlalu dingin.

Ia bahkan meminta renovasi ulang kantornya agar sesuai dengan keinginannya. Dan ia juga senantiasa menyuruh Nana menaruh wewangian yang sesuai seleranya di setiap sudut ruangannya. Ribet sekali 'kan?

Ini sangat berbeda dengan bu Clara, atasan Nana yang lama. Bu Clara perempuan setengah baya yang begitu penyabar dan penyayang. Ia bahkan sudah menganggap Nana sebagai anak sendiri. Ketika ia dipindahkan ke Singapura beberapa minggu yang lalu, ia pernah meminta secara pribadi pada Nana untuk ikut dengannya. Tapi ia menolak dengan halus karena ia senang tinggal di sini.

"Ngomong-ngomong, apa kau mengganti parfum-mu?" Seokmin menatap Nana dengan penuh selidik. Hidungnya mengendus tak kentara. Pertanyaannya selalu terus terang seperti biasanya. Bukankah tadi sudah dibilang, Seokmin adalah pengagum setia Nana. Ia bahkan mau jungkir balik, jatuh bangun, untuk bisa mendapatkan cinta perempuan tersebut. Tapi, Nana cuma bisa menganggapnya sebagai sahabat. Dan tak bisa lebih.

Perempuan cantik berhidung mancung itu kembali mengangguk dengan cemberut.

"Dia bilang dia tidak menyukai parfumku dan menyuruhku menggantinya," jawabnya setengah menggerutu.

"Astaga, apa dia juga harus ikut mengurusimu sampai hal-hal seperti ini?" Seokmin berujar tak percaya.

"Sayangnya iya," Nana menjawab dengan kesal.

"Dan, ada lagi," ia menambahkan.

"Ia juga melarangku memakai sepatu dengan heel di atas 5 cm. Lihatlah ini," ia menunjukkan sepatu butut ber-heel 3 cm yang tengah ia kenakan. Hanya itu sepatu kerja dengan heel pendek yang ia punya. Selama ini ia senantiasa mengenakan sepatu dengan heel di atas 7 cm karena ia memang menyukai sepatu dengan heel tinggi. Dan tentu saja hampir semua koleksi sepatunya punya heel di atas 7 cm.

Ia sempat berpikir bahwa permintaan Siyeon cenderung tak masuk akal. Atau mungkin, ia tak ingin tinggi badannya tersaingi olehnya?

Sebenarnya tinggi badan mereka tidak terpaut jauh. Siyeon mempunyai tinggi sekitar 168 cm, sementara Nana 170 cm. Jika mereka sama-sama memaki sepatu high heel, tentu saja Nana akan kelihatan lebih menjulang darinya.

"Dia juga menyuruhku untuk selalu menata rambutku dengan rapi. Tak boleh ada yang terurai sedikitpun. Kecuali poni," Nana kembali menunjukkan rambutnya yang ditata dengan gelung sederhana berhiaskan jepit warna putih, senada dengan baju atasannya.

Seokmin menatapnya dengan kecewa. Tentu saja karena selama ini ia selalu menganggap bahwa Nana dengan rambut panjang bergelombang yang terurai dengan indah adalah yang paling cantik. Saaaangat cantik.

Dan sepertinya ia takkan bisa menikmatinya lagi dalam waktu dekat ini.

"Sepertinya bu Siyeon tidak akan pernah mau tersaingi olehmu," ucapnya. Nana mengernyitkan dahinya.

Comeback To Me, Bad Guy!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang