Setiap kali mengingat peristiwa ciuman di rumah Seungcheol beberapa hari yang lalu, Nana selalu merasakan wajahnya memerah. Ia benar-benar tak habis pikir, kegilaan macam apa yang tengah melanda mereka saat itu? Nana merasa tak waras. Itu memang bukan yang pertama kalinya ia berciuman dengan lelaki tersebut. Tapi itu terjadi dulu sekali ketika mereka masih berpacaran.
Dan sekarang, bagaimana mungkin ia membiarkan mantan pacarnya sekaligus suami dari atasannya, menciuminya? Memeluknya? Dan yang lebih gila, ia bahkan menikmati dan membalas ciuman tersebut?!
Itu terjadi begitu saja. Dorongan biologis dan keinginannya untuk kembali bersama-sama Seungcheol benar-benar membuat pikirannya tak sehat. Dia benar-benar menginginkan lelaki tersebut, seutuhnya!
Untung ia segera bisa kembali mendapatkan akal sehatnya. Jika tidak, entah apa yang akan terjadi pada mereka selanjutnya. Ah, Nana pasti sudah gila!
Dan sejak kejadian itu, Nana belum bertemu kembali dengan Seungcheol.
Ia memang sudah beberapa kali ke rumah Siyeon. Tapi ia tak bertemu dengan lelaki itu. Mereka seolah saling menghindari satu sama lain. Dan Nana memang belum siap untuk bertemu kembali dengannya.
"Ada apa denganmu, Nana? Beberapa hari ini kau tampak tak bersemangat. Kau sakit?" Seokmin menyentuh kening Nana dengan lembut. Siang itu mereka bertemu di kantin untuk makan siang. Tapi Nana juga tak makan banyak. Hanya beberapa sendok saja, dan setelah itu ia hanya mengaduk-aduk makanannya.
"Tidak apa-apa. Aku hanya merasa lelah saja," jawab perempuan itu malas-malasan.
"Kau ingin pulang lebih awal? Biar aku ijinkan pada bu Siyeon,"
Nana menggeleng.
"Dia bisa mencekikku bila aku ijin pulang dengan alasan kelelahan," jawabnya setengah berbisik.
Seokmin tertawa mendengar jawaban perempuan cantik di depannya. Ia menyodorkan sesendok nasi ke arah mulut Nana, dan tanpa ragu-ragu perempuan itu menerima suapan itu. Dan itu terjadi selama berulang-ulang. Tak ada ekspresi canggung sama sekali di antara mereka karena toh mereka sering melakukan itu.
"Terima kasih karena kau mau menyuapiku. Tapi aku harus kembali ke kantor. Bu Siyeon pasti sudah selesai meeting dan aku harus segera berada di sana. Jika tidak, perempuan itu akan memanggilku lewat speaker," ucap Nana. Seokmin mengangguk.
"Oke, dan jangan ragu minta pertolonganku jika kau malas makan. Aku akan senang hati menyuapimu," jawab Seokmin dengan kekehan kecil. Nana kembali tersenyum seraya beranjak meninggalkan Seokmin menuju kantornya yang berada di lantai 10.
Ketika hendak memasuki lift, Nana merasakan dadanya berdebar keras. Tampak olehnya Seungcheol sudah berada di sana, sendirian!
Selama sekian detik Nana hanya mematung. Ingin ia masuk ke dalam lift, tapi ia merasa canggung. Tapi jika ia memutar langkah, bukankah akan kelihatan lebih aneh?
"Ke lantai 10 'kan? Masuklah. Aku datang untuk menjemput Siyeon," Seungcheol membuka suara. Akhirnya, dengan sedikit enggan, Nana melangkahkan kakinya memasuki lift. Ketika lift mulai bergerak, tak ada sedikitpun pembicaraan di antara mereka. Hingga akhirnya, Nana memberanikan diri untuk membuka suara.
"Saya ingin meminta maaf. Waktu itu, sepulang dari pulau Jeju, saya telah lancang mengatakan hal-hal yang buruk tentang istri anda. Saya salah, maafkan saya," ucapnya. Seungcheol mengernyitkan dahinya dan menatap perempuan cantik yang berdiri tak jauh darinya dengan keheranan.
"Kenapa kau jadi formal begini, Nana?" tanyanya.
"Ini di kantor 'kan? Akan kelihatan sangat tidak sopan, jika aku berbicara seperti biasanya," jawab Nana tanpa melihat balik ke arah lelaki di sampingnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Comeback To Me, Bad Guy!
FanfictionSudah jatuh tertimpa tangga pula. Sepertinya itulah pepatah yang paling pas untuk menggambarkan keadaan Kim Nana. Bagaimana tidak? Atasan barunya, Lee Siyeon, tak ubahnya seperti nenek sihir yang membuat hidupnya bak di neraka. Perempuan itu membu...