"Tolong...Tolong.. aku tersesat"
Teriakkan minta tolongku tidak terdengar oleh siapapun, mencari jalan keluar dengan berlari dan berteriak tidak membuahkan hasil. Usahaku yang terlihat sungguh -sungguh itupun berakhir sia-sia saat salah satu kaki ku menyentuh lantai, dan semakin lama memberontak aku semakin terjatuh. Menyebabkan semua badanku berada dibawah, akupun terbangun dari mimpi yang membingungkan itu. Semua ketakutan yang membelenggu itu, ternyata hanyalah mimpi yang tak berujung. Aku sangat berharap tidak akan pernah bermimpi seperti itu lagi, dan aku juga berharap mimpi itu tidak akan terjadi padaku didunia nyata.
Malam itu angin mulai berhembus berhamburan, menyisiri seluruh pelosok diperumahan kecilku yang tak seberapa luasnya. Beberapa kali atap rumahku berdencit akibat dentumannya yang keras, mataku yang terbuka lebar tak dapat aku pungkiri bahwa saat itu aku benar-benar tidak ingin tertidur. Hanya ruangan gelap yang terlihat dan kesunyian yang melanda saat aku terjaga, anginpun seakan tahu permasalahanku.
Aku putuskan untuk keluar sejenak menemani malam dengan pesonanya yang begitu sempurna, entah aku terlalu memujinya atau tidak lebih baik aku segera membuktikannya .
"grrrhhteek ,,,"
Itu adalah suara pintu rumahku yang sudah usang, ditambah dengan engselnya yang hampir terlepas dari badannya. Begitulah kondisi rumahku yang sudah lapuk, anginpun tak dapat ia hentikan sehingga terkadang membuat kami sakit perut di setiap paginya.
Ketika semua anggota keluargaku telah tertidur pulas, diatas sebuah kasur yang tidak memiliki cukup bantal dan selimut yang tebal. Mereka seakan lenyap ditelan malam, ditemani oleh angin yang berjaga disekitar rumahku. Aku mulai merenung berdiam diri, memandangi langit dan membayangkan kehidupanku yang terlihat gelap.
Begitu luasnya jagat raya ini, namun tak sedikitpun yang dapat membantu permasalahanku. Terlintas sejenak dalam pikiranku, yang seakan telah melupakan semua permasalahan dalam hidupku. Pikiran akupun mulai bertanya-tanya dan berputar 180 º berbeda dari topic awal yang kupikirkan, bagaimana semua ini dapat terjadi? bagaimana bisa aku berada disini? Merasakan angin dan menghirup udara ini? Bagaimana dunia ini terbentuk bagaimana semua yang bercahaya diatas sana bisa disebut bintang atau bagaimana matahari dapat muncul dipagi hari dan menghilang saat menjelang sore? dan kemanakah ia pergi???.
Rasa penasaran itupun semakin menjadi-jadi yang pada akhirnya hanya membuat kepalaku pusing untuk memikirkan semua yang terjadi, tak satupun yang dapat menjelaskan.
"grrrhhteek ,,,"
Pintu rumahku yang ribut itu mulai berbunyi kembali untuk kedua kalinya, menandakan ada seseorang yang masuk atau mungkin keluar. Aku tersentak saat sebuah tangan menepuk pundakku, ibuku yang terakhir kali kulihat sedang tertidur pulas di atas kasur kecilpun ternyata telah terbangun dan menghampiriku diluar.
"Apa yang kau lakukan disini Bintang?? Apa kau tidak mengantuk. Bukankah esok kau masih sekolah??..."
Tidak ingin membuat ibuku kedinginan dan membeku berada diluar, tanpa menjawab pertanyaanya. Aku segera menarik tangan ibuku dan mengantarkannya ke kasur, agar ia dapat kembali melanjutkan mimpinya. Dan tepat di sebelah ibu aku ikut tertidur menemaninya, agar menghilangkan kecemasan ibuku yang sudah tua ini.Handphoneku yang ukurannya dapat aku genggampun mulai berbunyi , menandakan bahwa alarm yang selalu aku setel itu telah aktif pada waktunya . Membuatku tidak nyaman untuk melanjutkan tidur, akupun terbangun dan segera membereskan tempat tidurku yang kusut ini.
Namun aku tidak melihat ibuku, yang terakhir kali masih berada disampingku . Mungkin ia sedang mengambil wudhu untuk melaksanakan shalat shubuh , aktivitas yang selalu ia lakukan. Sebelum melakukan hal yang sama aku terlebih dahulu membangunkan adik perempuanku nayla yang sedang sekarat di tempat tidur, iyah aku menyebutnya begitu karena ia sama sekali tidak terbangun saat alarmnya juga ikut berbunyi. Lalu aku membangunkan ayahku, yang kebetulan ia sedang tidur bersama adik laki-lakiku.
Di saat semua sudah tebangun dari mimpi indahnya masing-masing, akupun meninggalkan mereka untuk segera menyusul ibuku yang tengah berpapasan didepan kamar mandi .
Kemudian aku melakukan hal yang sama dengan ibuku untuk melakukan shalat shubuh. Kami adalah keluarga yang terbilang cukup bahagia dengan kondisi kami yang terlihat apa adanya. Rasa syukur kepada Allah SWT yang selalu kami tanamkan dalam diri sendirilah yang membuat kami selalu bahagia, meskipun sebenarnya kami ini keluarga yang serba kekurangan.
Setelah aku membantu ibuku untuk membersihkan rumah dan memasak makanan untuk sarapan, akupun pergi mandi dan bersiap-siap untuk berangkat sekolah. Berniat untuk pamit kepada ibuku, yang dari tadi pagi usai shalat tak pernah kembali dari dapur.
Dan setibanya didapur aku pun melihat sebuah kotak bekal yang tersusun rapi dihadapanku, iyah !! ibuku telah menyiapkan bekal untukku agar aku dapat menghemat uang jajan untuk hal yang lebih bermanfaat. Begitulah seorang ibu yang selalu berusaha untuk tidak memberikan anaknya kesempatan untuk lapar sedikitpun, tak perlu aku diungkapkan bahwa aku sangat menyayanginya.
. Tanpa perlu pikir panjang dan dengan sigap aku segera mengambil kotak bekal berwarna biru muda itu dan meraih tangan ibuku untuk berpamitan.
Menyusuri setiap ruangan di rumahku, yang tidak lain lagi sedang mencari ayahku. Untuk mengingatkannya agar jangan lupa meminum obat, dan ternyata ia sedang asik mengurusi ayamnya di belakang rumah. Setelah menemukannya akupun menyalami tangan ayahku yang terkesan bau ayam itu, lalu memberitahu ia agar minum obat dan pamit padanya.
"Hati-hati dijalan, dan berdoalah sebelum belajar ya nak!"
Itulah kalimat yang selalu ia ucapkan sebelum aku berangkat ke sekolah, mengingat mereka dan kedua adikku adalah alasan yang membuatku masih bertahan untuk hidup didunia ini.Lonceng sekolah seakan tak ingin diacuhkan, iapun berbunyi setelah aku melangkahkan kakiku didepan kelas X ipa 2 tepatnya didepan kelasku. Beberapa anak yang terlihat berleha-leha tepat di belakangku sebelumnya, dengan seketika menambah kecepatannya dan berlari untuk dapat melewati gerbang sekolah yang beberapa detik lagi tidak akan terbuka hingga sore nanti.
Tidak ingin melihat kejadian itu aku segera masuk untuk melupakannya dan meletakkan tas kesayanganku satu-satunya ini, disebuah kursi kosong yang tidak lain adalah kursiku. Sama seperti anak lainnya tidak hanya duduk diam saat sampai dikelas, aku dan anak yang lain segera mengeluarkan beberapa buku dari ransel untuk melanjutkan pr yang sudah diberikan seminggu lamanya.
Tidak biasanya guru kami yang terkesan killer melebihi militer ini datang terlambat untuk masuk ke kelasku, yang dekat dengan kantor maksudku 2 kelas setelah kantor. Beberapa pertanyaan mulai dilontarkan oleh anak-anak lainnya. Misalkan saja sahabatku yang satu ini, aku tak percaya ternyata ia sangat ingin menanyakan hal itu.
''Bintang apa kamu melihat ibu rose tadi di kantor? Bukankah kamu yang datang paling terkakhir?.''
''Aku tidak melihatnya sama sekali Tik, aku hanya mendengar suara kebisingan dari ruangan itu!.''
Sahabatku Tika yang sekaligus teman sebangkuku ini selalu risau jika guru tidak datang ke kelas, iapun bertanya kepadaku seakan tidak mengingat dan memperdulikan kesibukanku yang sedang mengerjakan pr. Keheningan yang tak kami harapkan datang menyertai pembicaraan aku dan sahabatku ini, dan dengan sekejap kami mengarahkan pandangan lurus kedepan.
Keadaan yang tak kami inginkan ini pun terjadi, tidak dapat aku sangka ternyata guru killer itu telah kembali. Dengan sigap aku melenyapkan semua buku diatas meja dan meletakkannya kembali ke dalam tas, takut nantinya guru ini akan memarahiku jika ia melihat aku sedang mengerjakan pr disekolah. Keningku yang berkerut;alis mataku sebelah kanan naik dan meninggalkan alis kiri dibawah , dengan tatapan yang tajam;aku mengedipkan mata dan menggeleng .
Bagaimana bisa guru killer ini tidak melupakan cara memberikan senyuman yang ramah sekali, semua murid di kelasku pasti sudah bertanya-tanya. Apa yang sedang ia lakukan? Apa yang ia inginkan dari kami yang selalu tunduk takut padanya?. Bagaimana ia berubah menjadi sosok yang sok imut?. Yah disaat aku mulai risau memikirkannya, iapun segera melontarkan beberapa perkataan.
"Kita kedatangan murid yang special anak-anak"
Murid yang special? Kalimat itu kembali terngiang dalam otakku seperti sedang mengartikan perkataan dari ibu itu.
Apa yang ia maksud? Apa yang salah dengan kehidupannya dihari ini? ia sama sekali tidak mengeluarkan jurusnya untuk membuat kami semua tunduk dan takut padanya. Dan sekarang ia mengucapkan kalimat aneh di sekolah kami yang biasa seperti ini.
Bukannya kaget tapi kami semua memasang wajah bingung saat ibu itu keluar dan membawa masuk seorang anak laki-laki, yang terkesan agak sedikit aneh jika dipasangkan dengan kalimat ibuk itu sebelumnya.
Yah special! Special yang terlintas dalam benak kami mungkin seorang

KAMU SEDANG MEMBACA
Take It (Astronomi )
Ciencia FicciónBAB 1 (Awal dari Sebuah Impian) "Tolong...Tolong.. aku tersesat" Teriakkan minta tolongku tidak terdengar oleh siapapun, mencari jalan keluar dengan berlari dan berteriak tidak membuahkan hasil. Usahaku yang terlihat sungguh -sungguh itupun berakhir...