Chapter 10 : Nightmare

55.7K 748 86
                                    

*Still Keanu POV*

Aku keluar dari kamar dan mendapatkan Kesya yang tertidur melipat tangan dikursi tunggu. Ya ampun, pasti ini karena aku berada di dalam kamar UGD Ibu. Aku menghampirinya dan duduk disampingnya. Sangat nyenyak. Wajah tenang. Garis manis dibibirnya. 2 hari aku tidak melihat wajah ini. Dengkuran kecil membuatnya tampak sangat kelelahan. Aku menidurkan kepalanya dipundakku. Sya, jika aku punya kesempatan untuk bisa membuktikan kalau aku sudah mulai mencintaimu. Bahkan, aku sampai memutuskan kekasihku. Dimana hubungan kami sudah terjalin 7 bulan. Sementara, aku denganmu? 1 bulan pun belum kita lewati.

'Cerai' kata-kata itu muncul lagi difikiranku. Aku mengeratkan mataku sejenak. Ku genggam tangan halusnya. 2 hari tidak menyentuhnya. Aku tidak tahu ,mengapa. Setiap yang ada pada dirinya adalah Narkoba bagiku. Aku kecanduan dengan semua yang ada pada diri Isteriku ini. Kau membuatku gila Kesya. Kau harus tahu itu.

Aku menatap wajahnya. Bibir kecil merah muda itu... "cepat cium! Keadaan sedang sepi!" setan kecil disamping kepalaku bebisik. Setan sialan! Aku membuang bisikkan itu jauh-jauh. Aku tidak akan menyentuhnya sebelum Kesya yang menginginkannya juga. Aku melihat keadaan Kesya. Bukan keadaan sekitar.

Ku pejamkan mataku dan aku mulai terlelap.

*****

"Aku ingin kita cerai. Aku sudah mengurus semua surat itu dan kau harus menanda tangani surat ini" ucap Kesya datar yang membuatku melotot.

"Aku tidak akan mengotori surat haram ini dengan tanda tanganku yang membuat hidupku akan hancur. Isteriku, kita baru saja menikah. Aku mencintaimu" ujarku memelas seraya meraih tangannya. Kesya membuang wajahnya ke lain arah. Terlihat dari sudut mata Kesya. Bulir air mata itu jatuh bebas mengalir dipipi halusnya.

Dia menghapusnya dengan cepat, "aku tidak peduli. Kalau kau tidak menanda tangani ini. Jangan salahkan aku, kalau aku akan mencampakkanmu" ancam Kesya. Kesya berlari keluar dari kamar dan aku mengejarnya.

Ketika Kesya membuka pintu rumah kami dan... *jeder!* *jeder!* jeder*

Suara tembakan senjata itu berhasil membuatku kaget luar biasa dan... Kesya.. Kesya jatuh dengan lututnya lalu...

"Kesya!" teriakku membahana melihat Isteri mungilku terkapar dihadapanku. Aku berlutut dan memapahnya dipahaku. Matanya sudah tertutup. Ku periksa denyut nadinya. Tidak. Jangan! Sya, sayang bangun!

"Hahaha! Hei sayang, bagaimana dengan cara ini? Kembali lah padaku" suara itu. Aku mencari asal suara itu dan Patris?! Bangsat!

"Wanita gila. Apa yang telah kau perbuat?! Aku tidak akan kembali denganmu wanita pembunuh!" geramku dan menatapnya dengan marah. Patris sangat santai dan membuatku ingin mengambil pistolnya lalu menembaknya ribuan kali.

*jeder!* dia mengarahkan pistol itu kearah Kesya dan menembak Kesya lagi! Membuat tubuh Kesya terhentak dan bertambah menjadi 4 tembakan. Aku berteriak emosi pada Patris dan menjabak rambutnya.

"Jalang sialan. Kau akan merasakan dunia bui yang akan menyiksamu! Kau akan mati perlahan-lahan dan membusuk disana!" cercahku dan melepaskan jabakan yang sudah membuatnya mengeluarkan air mata dan mendorongnya hingga tersungkur dirumput Jepang rumahku yang rapih. Aku melirik ke Kesya. Aku menelfon Polisi dan meminta membawa amblunce. Aku menghampirinya lagi dan... matanya terbuka, "Nu" desisnya. Aku terkejut, dia tersadar dan aku menangis dan berharap Kesya masih bisa tertolong.

"Bertahanlah sayang. Ambulance akan segera datang. Aku mohon bertahan, Sya!" ucapku dengan lembut dan bergetar. Aku melumat bibirnya dengan cepat. Dia tersenyum. Jangan... aku memeluknya erat. Tubuhku, wajahku, semuanya berlumuran darah. Ku lumat kembali bibirnya dengan lembut. Dia tersenyum kembali, dan lebih lebar.

Just Love Your BodyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang