Ashilla jenneta

6 3 2
                                    

Ashilla POV

Namaku Ashilla, kalian bisa panggil aku shilla, kalian tau aku anak dari orang besar, perusahaan besar banyak dimiliki ayahku, hidup dengan kasih sayang, banyak teman-teman, popularitas juga harta melimpah, benar-benar hidup yang sempurna, bahkan aku berharap tidak akan ada secuil rasa sulit sedikitpun.

Itu aku dan selamanya jangan berubah, semua milikku dan takkan pernah berubah, yang aku miliki takkan aku berikan dengan menukar takdir. Kebahagiaan yang aku miliki hanya untukku sendiri, dan jangan lupakan kakak lelaki yang pintar dan berwajah tampan bagai dewa yunani, semua kubanggakan kecuali kemampuan berfikir yang kumiliki, aku tidak pintar, juga tidak cantik.

aku hanya mampu bergaya dan membawa Diri, semua kulakukan untuk menjadi yang pertama dan utama.

Dan saat ini aku berdiri didepan cermin besar, dengan pakaian modern dance asal sekolah.

Hari ini lomba dance antar sekolah akan diadakan dan sekolahku menang, aku dan teman satu club dance akan merayakan dance cafe dekat sekolah.

Setelah kurasa sempurna aku berjalan kearah kunci mobil diatas meja dan berbalik kearah pintu kamar dan menguncinya.

Dilantai bawah tepatnya ruang keluarga, ada bunda juga rama, kakak lelakiku. Rama sedang tidur Dan menonton tv dengan kepala diatas paha bunda, aku menghampiri bunda dan mencium pipi kanannya, aku dapat merasakan bunda tersenyum dan mengelus kepalaku, aku berjalan lalu berdiri didepan bunda, bunda memperhatikanku," kamu mau pake baju begitu keluar shil," bunda memegang tanganku.

"Lo kayak cabe-cabean dek," rama menyahut sambil tetap fokus pada TV, aku mendengus dan melemparnya dengan bantal sofa disamping bunda, Dan rama tertawa...menyebalkan.

"Kamu ganti baju yang Lain gih, yang itu kurang sopan shil," aku mendengus.

"Inikan mode bun, lagian ini cocok buat dance bun," aku menjawab.

"Kayak paha lo bagus aja, ganti sono, malu gue punya adek kayak cabe-cabean, lagian lo kan jual gerakan bukan badan," rama mencibir sinis, aku menunduk dan mengambil remote TV dan mengetukannya ke kepala rama.

"Sorry lah yaw, ini nih mode , anak Gaul, gak kayak lo ketua osis jadul," aku balas mencibir saat dia meringis dan mengelus dahinya yang terkena ketukan remote TV.

"Itukan bagus shil, lebih bermanfaat, kamu tuh harus ikutan kayak gitu tuh, lagian kamu kan baru masuk sma, udah harus ikutan perkumpulan kayak gitu, jangan ngabisin waktu cuma buat hangout dan shopping, bunda kurang suka," bunda berbicara serius, aku hanya memutar bola mata malas, aku gak tertarik.

"Aku gak minat bun, masa muda kan gak boleh disia-siakan, harus happy," aku menjawab senang," yaudah aku pergi!", aku berlari kecil kepintu utama, aku dapat melihat raut bunda yang hendak berbicara, tapi aku tidak menghiraukannya.

"Hati-hati dek, kalo ban Mobil lo Kempes, gue kagak mau ngejemput lo," rama sedikit berteriak saat aku melewati pintu utama, aku hanya mengacungkan jempol dan tetap berlalu.

--
Dengan semangat aku melangkah memasuki cafe itu, teman-temanku sudah berkumpul.

Tapi baru saja 5 langkah, seseorang berdiri dari bangku tempatnya duduk dan menyenggolku, aku menatapnya sinis.

Tapi dia tersenyum dan bahkan meninggalkanku, aku berjalan cepat kearah temanku dan mulai berbicara sampai waktu menunjuk 30 menit.

Aku pamit, aku harus pulang. Ini sudah petang beranjak malam. Aku tak boleh berlama-lama jadi aku pamit ingin pulang duluan," guys gue pulang ya, udah mau malem nih?" aku memakai tas tangan dan mulai beranjak.

" ga asik lo shil, kan baru dateng masak mau pulang," vina, salah satu sahabatku menyahut sofa ujung dekat jendela.

"Gak bisa, entar bunda bisa marah vin, lo tau sendirikan," aku berdiri dan menatapnya meminta pengertian,"gue duluan ya semuanya," aku berbalik dan melangkahkan kakiku keluar cafe.

Ditengah jalan aku dapat melihat seorang wanita dengan seragam sekolahku berjalan disamping trotoar, dari punggungnya pun aku tahu wanita itu yang menabrakku tadi, entah setan mana yang membisikanku hingga aku mempercepat laju mobilku kearah kubangan didekatnya.

Yess...

Aku dapat nelihat dari spion, seragamnya kotor sekali, aku benar-benar senang sekali, entah kenapa.

Aku menoleh lagi kedepan dan memperlambat laju mobil, sampai sesuatu terjadi...

Ada mobil lain didepanku dan, BUMMM..., aku menabraknya.

Sial sekali.

Baru saja senang sedikit eh malah dapat masalah baru, aku menggerutu dan keluar dari mobil dan melihat bagian depan mobilku mengenai bagian belakang mobil si korban.

Oh My God...
Ini kacau banget.

"Lo apain mobil gue?," seorang lelaki dengan pakaian basket tim sekolah berdiri didepan wajahku dengan wajah tidak bersahabat, aku mati kutu, sumpah demi apapun.

"Gue... Gak sengaja, sumpah... Eh tapi salah lo juga kenapa parkir dijalan, jadi kesalahan bukan cuma di gue," aku bersidekap dan menantangnya, enak saja dia menyalahkan aku, diakan yang parkir sembarangan.

"Eh bego, gue tuh parkir dipinggir, mata lo kemana?," dia menjawab ketus, dia maju selangkah, jaraknya mungkin hanya 30 senti didepanku, aku menatapnya aneh.

"Bego kata lo?, lo tuh yang bego, udah kita damai aja, gue ganti dehh," aku baru saja akan mengeluarkan beberapa lembar uang dalam dompetku saat dia berbicara yang membuatku makin canggung dan tidak enak hati.

"Maaf sekali nona besar, tapi gue punya uang untuk benerin ini mobil, cuma gue minta cara lo yang bener-bener baik buat ngakuin kesalahan lo, uang itu bisa dicari tapi sopan santun itu yang gue mau," dia menatapku tajam, aku benar-benar bingung mau jawab apa.

"Yasudahh, gue minta maaf, gue gak sengaja, lagian lo juga salah kenapa parkir dijalan umum, kecelakaan bisa terjadikan?," aku masih mengerutu sambil menunduk takut melihat wajahnya yang selalu menatap tajam.

"Masih mau nyalahin gue, dan ow..ow..ow lo tuh anak baru disekolah gue kan, lo masih junior gue, jadi sikap lo harus sopan, dan gue terima maaf lo nona sok benar," lelaki itu berbalik dan masuk ke dalam mobilnya, lalu melesat pergi meninggalkanku dengan wajah lesu, gue bener-bener salah cari musuh nihh...

Aku berbalik dan masuk, aku hempaskan tubuhku ke jok kemudi, lalu mengusap wajah dengan kedua tanganku, kena karmakan gue... Sial.

Aku putuskan menelfon kakak reseku," halo, kak gue nabrak mobil orang?".

--
Keesokan harinya, aku berangkat sekolah diantar kakakku, kemarin semua sudah diurus dan dia bilang aku tak perlu khawatir, aku diam saja saat dimobil.

"Dek lo gak papa?" kakakku mulai bersuara, mobil berhenti saat lampu merah, aku berbalik memandangnya.

" kemarin gue nyipratin air dari kubangan dijalan ke orang yang bersalah, gue rasa gue kena karma deh?, dan anehnya itu cewek tau gue yang nyipratin dan dia gak marah sama sekali, gue ngerasa buruk banget kak",aku menutup kedua tangan diwajahku.

Iya, kemarin itu cewek lewat disebelah kanan trotoar tempat mobilku berhenti dan nyatanya dia malah lewat dan tersenyum kearahku, dia gak punya emosi apa yak?.

Aku dapat merasakan kakakku menahan tawa, aku membuka wajahku dan menatapnya garang,"kenapa malah ketawa?".

"Lo gak pernah kayak gini dek, gue rasa otak lo geser deh, lo gak pernah ngerasa sebersalah ini sebelumnya, bahkan saat lo nabrak mobil orang sekalipun?" aku mengerucutkan bibir, apa yang kakakku katakan ada benarnya, kenapa harus ngerasa bersalah, toh gue sering ngelakuin hal yang sama ke orang lain yang gue gak suka.

"Entahlah gue gak tau, ada hal aneh aja gitu kak, sesuatu banget pokoknya," aku berbalim menatap lampu jalan yang sudah berubah hijau dan mobil kembali berjalan, dan kemudian suasana hening.




The Rain Knew YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang