Dua gadis belia sedang melangkah di disebuah supermarket yang terletak cukup dekat dari rumah mereka. Berkeliling dengan langkah kecil, mencari dan terus mencari. Mereka berkeluh kesah tentang apa yang harus mereka beli itu adalah beberapa camilan untuk kegiatan movie marathon.
Tampak disekeliling banyak orang sekitar yang memperhatikan penampilan mereka. Rambut terurai sehabis dari salon, dress lengkap dengan make up yang natural serta heels hitam membaluri kaki mereka. Terlalu cantik. Elegan. Untuk ke sebuah supermarket, bukan?
Pearl berulang kali mengeluh. Ia kesal dengan pilihan sahabatnya ini untuk batal datang ke party teman yang baru saja diceritakan sahabatnya ini bahwa tak perlu datang ke acara 'musuh' mereka.
"Maksudnya apa sih Sash?" Pearl akhirnya berhenti fokus terhadap snack dan beralih pada Sasha yang sedari tadi tak hentinya sumpah serapah.
"Gue gak abis pikir aja, itu cowok baru ngedate sm gue kemarin. Kok sekarang malah jadi ceweknya Devita"
Sasha mengerutkan dahinya saat melihat ekspresi sahabatnya. "Please Pearl, gue emang lagi kesel tapi ekspresi lo berlebihan"
"Gue nggak abis pikir aja sash lo kan baru aja ngedate bukan pacaran sm itu kutu beras"
Pearl dan Sasha terus berbicara, tertawa seraya mendorong trolley belanjaan. Hingga saat Pearl memutuskan untuk mencari beberapa barang keperluan dan mereka berpisah.
●●●●
"Iya mam, aku beli 2 ini buat mama sama si tante. Iya mami ini Elvan bawa cokelatnya berat loh mam 2kg mam sambil angkat tlp. Engga mam Elvan gak bawa keranjang belanjaan udah deh......"
Brukk!!!
Sesuatu ponsel Elvan terlepas dari tangannya serta cokelat bawaannya. Ia menabrak sesuatu. Bukan sesuatu, lebih tepatnya seseorang.
Seorang gadis yang sedang berdiri diantara barang-barang kosmetik dekat kasir tiba-tiba terjatuh karena terdorong oleh tubuh besar yang menghantamnya. Sang penabrak tidak jatuh. Melainkan si gadis mungil beserta bawaan si penabrak yang jatuh tepat di kaki si gadis.
"Aw!" Si gadis ini mengaduh saat merasakan kakinya berdenyut karena menahan sesuatu yang tiba-tiba berada di kakinya.
Elvan spontan menolong gadis itu untuk berdiri. Entah ia tidak melihat siapapun saat berjalan tadi.
"Eh sorry banget, gue gak ngeh ada orang didepan gue"
Gadis itu hanya berusaha berdiri dan menolak uluran tangan Elvan. Ia tak memedulikan Elvan yang meminta maaf padanya.
"Pearl! Lo ngapain tiduran di lantai? Kotor neng!" Sasha menghampiri si gadis ini dan membantu gadis tersebut berdiri.
"Lo masih bisa jalan kan?" Tanya Elvan dan masih tidak dihiraukan.
"Gue tadi ketindihan apaansih berat banget" Pearl akhirnya berdiri dan berjalan kecil menahan sakit.
"Hehe itu lo gak liat cokelat 2kg"
Sontak mata Pearl membulat. Ia semakin menatap sinis lelaki didepannya.
"Heh udah Pearl ayo ke kasir aja. Lo udh kelar kan? Gue udh nih"
Sasha menarik lengan Pearl dan ia menyadari bahwa Pearl tidak bisa berjalan normal. Tentu saja tidak. Ia datang kesini menggunakan heels dan ia baru saja terjatuh serta tertiban cokelat 2kg. Bagaimana kondisinya sekarang?
Elvan meraih ponselnya yang terjatuh dan menahan lengan Pearl.
"Gue minta maaf, okey? Gue tau lo gak segampang itu maafin. Setelah dari kasir ikut gue ke rumah sakit ya kita cek kaki lo"
"Gak. Gue gak butuh"
Elvan menahan geram mendengar jawaban gadis didepannya ini. Cantik tapi jutek sekali. Elvan tipikal lelaki yang bertanggung jawab. Dia berusaha menawarkan untuk mengantar Pearl ke rumah sakit tapi Pearl terus menolak hingga keluar dari supermarket.
"Please" Elvan memohon dengan wajah yang membuat gadis manapun tidak akan menolaknya.
"Oke. Gendong gue sekarang sampe mobil"
Elvan tersenyum menang. Dia memang tidak akan pernah ditolak dan ia sangat yakin akan hal itu.
Okeyyyyy. Ini baru awal ya. Untuk nextnya mungkin akan dibuat POV untuk castnya. Gimana gimana? Ditunggu ya pembaca comment also votenya!
KAMU SEDANG MEMBACA
One Chance
RomanceKamu gak akan selalu menang. Kamu juga manusia. Kamu bisa aja kalah. Hidup ini sebuah perjalanan. Sebuah tantangan. Kalo kamu gak bisa menjalani hidup ini. Bagaimana dengan cinta? Kamu butuh cinta bukan? Dan bagaimana cinta itu hadir? Bukankah kamu...