Pagi ini mendung menyapa membuat semuanya terlihat gelap, seperti hariku yang semakin gelap.
Kenyataan yang paling menyakitkan, apalagi kini ditengah rintik hujan aku melihatnya, melihat dia mencumbu adikku sendiri, rasanya aku ingin bumi menelanku saat ini juga.
"Aaaahh sssshh"
Desahan itu membuat telingaku sakit. Dia suamiku, dan sekarang dia sedang menghisap leher adikku seperti vampire yang haus akan darah.
"Kamu memang nikmat sayang"
Aku sudah tidak bisa lagi melihat itu, tapi tubuhku tak mau bergerak dan mataku terus menatap dua orang yang sedang bergumul disofa ruang tengah.
Suamiku begitu menikmati tubuh adikku, mereka tidak tau kalau aku sudah pulang dan aku begitu terkejut saat melihat mereka berdua melakukan sesuatu yang membuat mataku memanas dan dadaku rasanya sesak.
Ya Tuhan rasanya sakit, sangat sakit.
Adikku terus mendesah.
Dan aku dengan bodohnya hanya diam mematung menyaksikan percintaan panas mereka.
Aku termegap menahan segala rasa yang begitu menyakitkan.
Apa mereka tidak tau apa yang mereka lakukan itu sangat menyakitiku. Aku bahkan tidak pernah menyangka mereka bisa setega ini. Tapi sialnya aku terlalu bodoh.
Aku menutup mata dan memutar tubuhku lalu melangkahkan kakiku keluar dari rumah yang didalamnya sedang terjadi pergumulan panas antara suami dan adikku, harusnya aku marah kan? Tapi kenapa aku diam? Itu karena aku bodoh dan terlalu mencintainya, aku takut kehilangannya.
Langkahku begitu gontai menjauh dari rumah. Dan sekarang aku duduk ditaman dengan rintik hujan yang menyapa tubuhku.
"Hei apa yang kamu lakukan? Kamu nggak lihat ya? Sekarang sedang gerimis, kenapa kamu selalu saja bersikap konyol?!"
Pertanyaan itu membuatku mendesis kesal, aku sangat tau siapa pemilik suara itu dan benar saja, pria itu kini sedang tersenyum sambil berjalan mendekat padaku dengan memegang payung bergambar Doraemon dan itu membuatku terkekeh geli.
"Apanya yang lucu?" Tanyanya dengan mata memicing tajam tapi aku hanya mengedikkan bahuku dan kembali menatap kedepan dimana pemandangan didepan sana dipenuhi dengan bunga-bunga yang terlihat semakin indah dengan bulir air hujan yang membasahi kelopaknya.
"Mila..." Dia memanggiku dan akupun menoleh karena itu memang namaku.
"Kenapa?"
Dia tersenyum lalu duduk disampingku berbagi payung denganku. Cih, sepertinya dia ingin melindungiku dari gerimis yang tidak ku undang... Hah aku tertawa dalam hati, ternyata masih ada yang peduli padaku.
"Kenapa kamu malah sibuk disini? Nggak takut dicariin suami?"
Astaga kenapa dia menyebalkan sih? Lagian kenapa juga nyebut-nyebut suami, aku bahkan ingin melupakannya sejenak, tapi aku tidak mungkin bilang kalau saat ini suamiku sedang bercinta dengan adikku sendiri.
Aku menoleh padanya dan tersenyum. "Aku rasa dia nggak akan pernah mencariku" Jawabku datar.
Dia tersenyum kecut.
Pria yang kini ada disampingku memang selalu seperti itu, dan namanya adalah Kevin. Tapi soal siapa nama suamiku, nanti sajalah, lagian itu membuatku kesal, hanya saja entah kenapa kekesalanku sedikit berkurang. Entah kenapa aku sangat senang sekarang Kevin menemaniku, hm... Kevin memang sahabat yang baik bukan?
"Apa dia menyakitimu?"
Sebenarnya aku sangat malas membahasnya, walau bagaimanapun masalah rumah tangga tidak seharusnya dibuka pada orang lain walaupun itu sahabat sendiri.