"Aku gak meragukanmu sayang, aku hanya takut kehilanganmu itu saja" Bisik Kevin.
Aku tersenyum dan semakin merangsek masuk kedalam pelukan eratnya.
"Aku tau, tapi kamu gak akan pernah kehilanganku"
"Ya... Semoga" Timpal Kevin.
Aku mendongak menatap tajam Kevin, semoga dia bilang? Apa dia memang tidak yakin?!
"Kenapa menatapku seperti itu? Kamu membuatku takut sayang"
"Benarkah? Kalau begitu takutlah, saat ini aku benar-benar marah" Ucapku kesal lalu membenamkan wajahku didada bidangnya dan aku yakin ini membuat Kevin senang, harusnya aku memunggunginya.
Astaga... Aku memang tidak bisa menjauh dari Kevin. Tubuh Kevin seperti magnet untukku, sejauh apapun aku menjauh ataupun pergi aku pasti akan kembali kedalam pelukannya, itu kenapa aku tidak memunggunginya karena ujung-ujungnya aku pasti kembali memeluk Kevin.
"Apa kamu marah? Tapi kenapa?" Kevin mengusap lenganku dan aku mengabaikannya. "Sayang" Panggilnya lembut, tapi aku masih diam, hingga akhirnya dia mengecup puncak kepalaku. "Maaf aku gak bermaksud membuatmu marah. Tapi kalau kamu diam, bagaimana mungkin aku tau letak kesalahanku dimana" Kevin masih berusaha mengajakku bicara.
Aku menghela nafas, Kevin benar, lagian masalahnya sepele dan lebih baik aku tidur ketimbang marah-marah, karena sebenarnya aku sangat lelah dan ngantuk.
"Tidurlah, aku sungguh gak marah, aku hanya lelah dan ingin tidur" ucapku lalu mencium sekilas bibir Kevin.
"Baiklah kali ini aku melepaskanmu, tapi bukan berarti aku gak ingin tau apa yang membuatmu marah"
"Aku tau" Kami saling berpelukan dan tak lama kamipun tertidur, aku tidak tau siapa yang tertidur duluan, tapi sepertinya akulah yang tidur duluan dan membiarkan Kevin terus mengelus punggungku hingga diapun tertidur.
☆☆☆
Demi kebaikan bersama, aku memutuskan untuk tinggal di apartemenku dan tentu saja itu atas seijin Kevin, tapi sebelum pindah kesana, sekarang disinilah aku berada, di cafe retro bersama Audi.
Audi tersenyum manis padaku bahkan sangat manis, membuatku sangat muak!
"Kenapa kak Mila terlihat marah?"
Astaga... Ni orang lupa atau pura-pura lupa?! Bikin kesal saja.
"Sudahlah jangan berpura-pura lagi, hubungan kita memang baik, bahkan sangat baik tapi itu dulu!" Ucapku tajam.
Audi terlihat meringis, mungkin dia belum terbiasa menerima tatapan tidak bersahabat dariku.
"Lalu apa yang kak Mila pikirkan tentangku?"
"Itu gak penting, kamu tau tujuanku menemuimu bukan untuk mengatakan pemikiranku tentangmu!"
"Baiklah aku mengerti, lantas apa mau kak Mila?"
"Mauku?" Aku membeo dan menatap tajam Audi.
"Aku ingin kamu meyakinkan Billy untuk menyetujui gugatan ceraiku yang hari ini sudah didaftarkan untuk diproses, aku gak mau Billy memperlambat apalagi mempersulit proses perceraian kami. Aku sungguh ingin cepat berpisah dengan Billy" Jawabku penuh dengan ketegasan dan tanpa keraguan sedikitpun.
"Jujur aku juga sangat ingin, tapi apa keuntungan yang kudapat?"
Sialan!! Ternyata dibalik sikap manismu, kamu sedang mengincar sesuatu!
"Tentu saja Billy, bukankah kamu sangat mencintai Billy dan kalian saling mencintai jadi... Mari kita selesaikan semuanya dengan baik-baik"
"Nggak semudah itu kakakku sayang, apa cinta saja cukup? Oh ayolah aku juga ingin tawaran yang bagus!" Ucap Audi lengkap dengan senyum sinisnya dan aku benar-benar semakin muak, sebenarnya apa yang Audi inginkan?!