Aku Menemukanmu Jeff

178 8 2
                                    

Malam ini jeff terlihat lebih ceria dari biasanya, mungkin karena korban yang baru ia bunuh dan cabik isi perutnya membuatnya bergairah.kini dia kembali ke tempat kumuh yang ia sebut dengan rumah, bukan karena tidak layak tapi tempat itu tak terawat sedikitpun, apa sosok psikopat selalu seperti itu jorok dan melakukan apa yang ia suka, memuakan. Dia kembali berbaring di sofa ruang tengah dengan tv menyala dan dan badan telungkup menghapa lantai,"satu aksi singkat, apa aku harus keluar lagi mencari senyuman sebelum tidur?" dia bicara seolah ada yang mendengarnya,dia memang sinting. "hahaha bukankah ini terlalu awal untuk tidur, nyiahahaha" tawanya seperti menghina lawakan garing, "jangan tidur dulu biarkan jeff menidurkanmu" dia berjingkrak sembari menendang seluruh sampah yang berserakan di rumah bobroknya.

Dia berjalan menyelinap di dalam gelap meski tetap santai tapi ia hati hati, "rumah mana yang cocok untuk aksi kali ini" sambil memainkan pisaunya dan bersandar ke pohon dia terlihat mengerikan, sesekali ia memandangi rumah sambil mengusap pipinya yang terdapat luka gores seperti senyuman,dia akan selalu bahagia.

Satu rumah sudah menjadi incarannya dengan lampu yang masih menyala dan gordeng berwarna pink bermotif bunga, "gadis yang manis, mengingatkan aku akan seseorang" dia menyelinap masuk dan bersembunyi di bawah tempat tidur, kamarnya berwarna putih sangat cocok untuk gadis remaja, "huaaahhh ngantuknyaa" sepasang kaki terlihat jelas di depan mata jeff dia menebak nebak apa yang akan di lakukannya sambil menahan tawa, "pasti kau akan menutup jendela dan menguncikannya" pikir jeff, benar saja cewek tadi menutup jendela dan menguncinya lalu mematikan lampu, kini dia berbaring di atas jeff. Masih menunggu memastikan gadia itu cukup lelap, "show time" jeff merangkak ke luar membuka jendela seakan dia baru masuk lalu berjalan ke arah pintu yg ada di seberang jendela, "hmmm.. Siapa sih" gadis itu terbangun dan mendapati jendelanya terbuka lebar, "perasaan udah dikunci deh" gadis itu bangun dari tidurnya dan kembali menutup jendela, di kala itu jeff menyelinap di sudut ruangan yang tak terkena cahaya memperhatikan gadis itu, matanya biru terkena cahaya bulan, saat gadis itu kembali keranjangnya jeff mendekat dan berdiri di atas gadis itu kini dia bisa melihat wajah gadis itu, terlihat cantik dengan hidung mancung dan rambut pirang seperti mie sangat lucu, "hahh!?" anak itu kaget mendapati jeff tepat di depan wajahnya dengan mata nyaris habis tak berkelopak dan senyuman terbuat dari gores pisau di pipi, "siapa.." blm selesai gadis itu bicara jeff membungkam mulutnya dengan tangan kiri, "sshhtt... Tidurlah.." dia tersenyum lebar matanya membelalak seperti orang sinting, tidak, dia memang sinting, tangan kanan yang memegang pisau mulai bergerak menggoreskan luka senyum di pipinya lalu merobek isi perutnya dan menyebarkannya di tempat tidur, sebelum pergi jeff meninggalkan pesan di dinding dengan darah si gadis bertuliskan "anakmu akan bahagia selamanya, dan dia terlihat secantik diriku" diapun berbalik untuk pergi ingin menyaksikan berita macam apa yang akan dia lihat nanti pagi, "kau terlihat seburuk yang kau kira brengsek" suara itu tak terdengar asing bagi jeff, mata jeff melotot senang "well well well akhirnya penolongku bisa menemukanku juga, tapi terlambat gadis itu sudah tak bernyawa" dia memasang ekspresi sedih yang di lebih lebihkan, "persetan dengan gadis itu yang aku ingin adalah kau" dia menerjang ke arah jeff dwngan cepat, gaun hitamnya melesat cepat, "kau terlalu lamban jane uahahha";"tawa gila itu, mati kau" jane kembali menerjang jeff, "maaf jane tapi disini terlalu sempit aku tak suka tempat sempit" dia melompati jendela dan berlari ke arah taman, jane masih mengikuti mengingat ambisinya untuk membunuh jeff sangat kuat, "jangan lari kau bajingan" jane berteriak ke arah jeff, "tenang saja teman aku tak akan kemana mana" keduanya mengacungkan pisau terlihat garang dan mengerikan, tatapan jane penuh dengan ambisinya sedangkan tatapan jeff seperti biasa terlihat senang namun membunuh, angin menerpa keduanya, tanpa basa basi jane berlari ke arah jeff dan menebas lenganya, ups meleset "hahahah kemana arah pisau mu kawan" gelak tawanya memecahkan suasana malam yang sunyi, "lihat ini" jeff mengenai lengan jane sarung tangan hitam yang ia kenakan sobek bercucuran darah, "sial!" teriak jeff membalas hujaman pisau jeff dan mengenai kaki sang psikopat, "rasakan itu!" kemenangan terlihat di mata jane tapi terlalu awal untuk bersantai, jeff melompat di kala jane memalingkan pandangannya,
Jeff menendang keras kaki jane hingga ia terjatuh,"bagaimana bisa!?" jane di buat kaget oleh jeff, "pertanyaannya adalah bagimana pembunuh bisa mati dengan luka kecil seperti itu anak bodoh hahaaha" jeff menjambak rambutnya sambil memonyongkan bibir jane dengan tangan kanannya tanpa melepas pisau, terlihat jane sedikit terseyum penuh kelicikan, "mati kau" jane menusukan pisau kecil yang ia ambil dari kakinya tepat ke betis jeff, "aaarrkk sial!" pekik jeff tersungkur kesakitan pisau itu masih menempel, "dasar bodoh, kau sangat ceroboh jeff" dia tertawa congkak, jeff mencabit pisau yang merobek betisnya itu lalu melempar pisau tersebut, meleasat membelah separuh telinga dan rambut jane "uaaaaa" kini dia memegangi telinganya berteriak seperti orang kesetanan, "aku akan akhiri omong kosong ini" jeff berjalan gontai ke arah jane dengan pisau mengacung, tak mau kalah jane pun mengambil pisau melupakan darah yang mengucur di pipinya mulai berjalan "mati kau!" kata mereka hampir berbarengan namun sayanh sirine polosi terdengar tak jauh dari tempat itu keduanya berhenti, "sial keberuntungan masih memihak kepadamu kawan hahahhah" jeff berjalan mundur berusaha mencari tempat gelap, "cih kaulah yang beruntung kalau bukan karena sirine ini aku sudah memenggal kepala busukmu itu" jane berlari pincang ke arah pepohonan, akhirnya pertarungan itu berakhir tanpa penyelesaian.

"huahaha rasa sakit ini begitu menggelitik" jeff tertawa sendiri di rumahnya sambil memandangi betisnya yang mengeluarkan darah

 Jeff The KillerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang