***
Derap langkah Iqbaal mengisi kesunyian di koridor rumah sakit. Disampingnya berjalan seorang gadis cantik dengan rambut panjang berwarna coklat tua. Tidak ada yang bersuara. Hanya sesekali pengunjung berjalan dari arah yang berlawanan, itu juga tanpa menunjukkan pertanda untuk menarik kedua sudut bibir mereka. Iqbaal melirik arlojinya, masih pukul 9 malam. Tapi suasananya sudah sesepi ini. Bahkan malam ini dia tidak disambut oleh tatapan roh-roh yang ada di sekitar rumah sakit. Entah dibagian pojok mana lagi mereka berkumpul.
Iqbaal mengalihkan pandangannya kearah Shila yang berjalan tertunduk. Air muka gadis itu terlihat sedih. Pasti dia ingin sekali kembali seperti dulu. Karna setiap roh yang ditemui oleh Iqbaal pasti akan mengeluhkan hal semacam ini. Mereka selalu merasa iri pada roh yang masih memiliki raga.
Iqbaal membuka pintu sebuah ruangan yang bertuliskan VIP B. Terlihat disana seorang gadis cantik terkulai lemas dengan mata yang tertutup rapat, tangan yang masih terpasang infus, selang oksigen yang setia tertancap pada hidungnya dan beberapa kabel pada tubuhnya yang terhubung pada monitor. Bahkan disana juga terlihat seorang wanita paru baya yang sontak terbangun ketika menyadari kedatangan Iqbaal.
"Gimana keadaan Shila tante?" Tanya Iqbaal sambil mendekat kearah tempat perbaringan raga Shila, begitu juga dengan Shila yang menyusul dibelakang Iqbaal.
"Yah gitulah Baal. Detak jantungnya selalu normal. Tapi belum ada tanda-tanda dia bakalan sadar."
Iqbaal mengangguk lalu melirik kearah Shila. Gadis itu menitikan beberapa buliran bening lalu menyekatnya sambil melihat nanar kearah tubuh yang diam kaku.
"Makasih yah nak. Kamu selalu berkunjung ke sini. Sudah sebulan belakangan ini, teman-teman Shila udah jarang datang ngejenguk. Kasian Shila dia pasti sedih." Sambung ibunya.
"Hikss..hikss.."
Iqbaal langsung melihat kearah Shila. Bahu gadis itu bergetar hebat, suara tangisnya terdengar samar. Ingin sekali Iqbaal mendekap Shila agar dia merasa sedikit tenang.
"Tante tinggal dulu yah Baal. Mau beli makanan di supermarket depan. Kamu jaga Shila bentar gak papa yah."
Setelah menerima anggukan dan senyuman dari Iqbaal. Bu Fina segera melangkahkan kakinya keluar dari kamar. Setelah melihat pintu sudah tertutup rapat, Iqbaal melihat kearah Shila, gadis itu sedang menggunakan kedua telapak tangannya untuk menutup mulutnya. Iqbaal mendekat lalu mencoba mendekap roh Shila. Dingin. Tubuh Shila terasa begitu dingin.
"Shil... udah yah. Kita berdoa aja semoga dalam waktu singkat ini raga lo bisa terima roh lo lagi."
Mendengar ucapan dari Iqbaal, Shila mengangguk lalu menepis beberapa bulir air mata beningnya. Sejujurnya Shila merasa sedih ketika ibunya mengungkit masalah teman-temannya. Terlalu miris ketika dia merasakan tidak ada lagi seorang pun dari temannya yang mengingat akan kondisinya. Seringkali Shila ke kelasnya hanya untuk mendengar obrolan heboh sahabatnya tapi ternyata mereka sering tertawa tanpa menyebutkan namanya. Bahkan kekasihnya Aldi, tidak pernah terlihat lagi mengunjungi. Shila merasa begitu kesepian.
"Makasih yah Baal"
***
Regina melangkahkan kakinya menyusuri sebuah gang jalan. Suasana di sekelilingnya sepi. Hanya sesekali sorotan lampu dari kenderaan yang melintas menyilaukan matanya. Regina melirik kearah kanannya di sana ada sebuah Taman Kanak-Kanak. Terlihat ada beberapa anak usia sekitar 5 tahun sedang bermain bersama. Itu manusia? Tentu saja bukan. Itu roh-roh bergentayangan yang sering Regina temui ketika melakukan perjalanan astral seperti ini. Hal itu sudah biasa baginya, berbeda halnya pada saat pertama kali dia melakukan hal ini, dia berlari ketakutan ketika melihat dua orang yang berbadan tegap tinggi menghampirinya. Tapi setelah mempelajari hal ini. Regina mengetahui satu hal, makhluk gaib punya dunia sendiri dan mereka tidak akan menganggu jika tidak di ganggu. Penjabaran dalam film Insidious itu terlalu berlebihan. Buktinya sudah 2 minggu dia seperti ini tapi tidak ada roh yang menculik atau melukainya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Astral Project
RomanceHampir setiap hari semenjak gue ikut gabung di tim cheers sekolah, gue selalu alami hal aneh. Tempat apapun yang terlintas di otak gue pasti tanpa hitungan detik gue ada di tempat itu. Bukan raga gue yang pergi tapi semacam roh gue yang menjelajah...