The Pain That I Love - Chapter 9

192 17 0
                                    

"Kau hanya boleh sarapan dengan Kimchi dan beberapa buah pisang!"

Seperti itulah pesan yang di terima Soojin dari Woohyun tadi pagi sebelum ia berangkat untuk ke sekolah. Mau tak mau ia harus mengikuti perintah tersebut.

Awas saja kalau itu tak berhasil! Bahkan sekarang perutku rasanya berbunyi lagi, Kimchi dan pisang tidak cukup untuk menganjal perutku yang selalu lapar. Keluh Soojin saat perutnya kembali terasa lapar.

Soojin menerawangkan pandangannya menatap papan tulis yang dipenuhi dengan rumus-rumus matematika.

Perutnya berbunyi semenjak tadi, ia sungguh lapar hanya karena untuk memikirkan makanan yang pas untuk di konsumsi saat diet. Bukannya bersemangat unuk diet tapi, malahan lebih lapar lagi saat berbagai macam makanan itu melintas di otaknya.

Tiba-tiba beberapa bola kertas kecil melantun-lantun di badannya.

Soojin menolehkan kepalanya kebelakang, ternyata sedari tadi Woohyun telah memanggilnya.

"Mwo?" bisik Soojin pelan bercampur kesal ke arah Woohyun.

"Kau tak lagi memikirkan makanan bukan?"

Woohyun melemparkan pandangan mengintimidasinya, membuat Soojin menghela nafas kesal. Ia membalikan badannya kembali, memfokuskan perhatiannya ke arah papan tulis.

Huh! Sejak kapan dia bisa membaca pikiranku? Batin Soojin.

"Time is up! Jangan lupa sehabis pulang sekolah kerjakan tugas yang saya berikan!" ucap Sonsaengnim memperingati semua murid.

"Ne Sonsaengnim," teriak sebagian murid dan sebagian lainnya lagi acuh tak acuh.

Sebuah seringaian terbentuk dari bibir Aeri saat Sonsaengnim sudah beranjak keluar dari kelas, membuat bulu kuduk Soojin merinding seketika. Apa lagi seringaian itu tertuju tepat ke arahnya.

"Kemana saja kau semalaman? Padahal aku telah menelephone mu ratusan kali!"

Si manusia kloset ini lagi. Bullylah aku sesukamu, asal kau tahu saja! aku akan menjadi gadis cantik yang langsing sebentar lagi hehehe .... Ucap Soojin optimis dalam hati walaupun sebenarnya ia ragu.

"Kemaren malam aku sudah tertidur saat kau menelephone, jadi aku tak bisa mengangkat panggilanmu."

"Dasar Babi! Yasudah kalau begitu usahakan malam nanti kau bisa mengangkat panggilan telephoneku! Kalau tidak ... Mati kau!"

Aeri kembali menggeram kesal sementara Nura dan Jooyun mendorong kepala Soojin seperti biasa, lalu mencibir dan ikut melangkah keluar mengikuti Aeri.

Soojin memanyunkan bibirnya sambil mengusap kepalanya.

"Dasar wanita jahat! Terserah apa yang kalian ucapkan, aku sudah tak peduli,"

"eh ... Omong-omong Woohyun kemana ya? Bukankah dia temanku? Kenapa dia keluar tidak mengajakku?"

"Ah ... Perutku lapar sekali. Makan sandwich apakah tidak apa-apa ya? Hanya roti gandum dan sayuran juga daging asap. Itu rendah kalori bukan? Lagian dagingnya tidak digoreng, cuma daging asap. Ya ... Pasti tak akan apa-apa. Tak akan membuatku bertambah gemuk."

Soojin melangkahkan kaki gemuknya ke arah kantin sekolah dan memesan satu sandwich seperti yang ia inginkan. Memakan sandwichnya sepanjang perjalanan menuju kelas. Kalau ia makan di kantin bisa-bisa ia akan bertemu dengan Aeri lagi.

"Yak! Apa yang kau makan itu?" teriak Woohyun dari dalam kelas, membuat Soojin yang baru berada di ambang pintu kelas menjadi terkejut.

"Aku hanya makan sandwich, memangnya kenapa?"

The Pain That I LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang