New 02

196 14 6
                                    

Prayoga

Yoga -yang tak lain adalah Prayoga itu sendiri.- bangun dari tidurnya. Dia melihat ke arah kasur, sedikit kaget karena dia tidak menemukan anaknya Rui. Dengan panik, Yoga keluar dari kamar dan dia menemukan Rui sedang terkantuk-kantuk menahan kantuknya. Yoga tersenyum lembut.

Ketika Yoga akan menghampiri Rui, tiba-tiba ada seorang pemuda yang membawa nampan berjalan ke arah Rui. Yoga menghentikan langkahnya, melihat situasi. Saat pemuda itu melihat Rui, dia tersenyum lembut ke arah Rui.

Yoga memperhatikan.

Pemuda itu meletakkan nampan di atas meja, menggendong Rui dan menina bobo-kan Rui sampai Rui benar-benar tertidur.

Melihat Rui yang tertidur dengan nyaman. Yoga yakin pemuda itu tidak berbahaya. Apalagi, pemuda itu mempunyai sentuhan seorang ibu.

Kenapa Yoga menyimpulkan begitu? Karena sudah lama, dia tidak melihat anaknya begitu tenang, damai, dan nyaman dipangkuan seseorang selain dirinya dan almarhum istrinya.

Pemuda itu berbalik dan pandangan mereka bertemu.

"Ah maaf. Aku bukan orang yang mencurigakan." Ucapnya pelan. "Aku akan jelaskan semuanya. Tapi setelah aku menidurkan Rui. Apa boleh?" Tanyanya ragu.

Yoga tersenyum kecil dan mengangguk.

Saat dia akan beranjak, dia berkata. "Ah, tapi aku tidak tau kamar Rui dimana." Ucap pemuda itu polos.

Rasanya Yoga ingin tertawa terbahak-bahak. Tapi dia tahan. Pemuda ini sangat lucu di mata Yoga. "Kamarnya di sebelah sana." Ucap Yoga sambil menunjuk ke arah pintu kamar berwarna putih di sudut ruangan.

"Oh. Permisi." Ucap pemuda itu sopan.

Pemuda itu berjalan ke arah kamar yang ditunjukkan dan selang beberapa saat dia muncul dihadapan Yoga.

"Maaf, nama saya Bagas. Saya anak tetangga depan rumah. Tadi mengantarkan sayur hangat buat Rui. Maaf aku masuk tanpa izin." Ucapnya sedikit gugup.

Yoga tersenyum. "Oh, anaknya Bu Inna ya? Anak yang pertama?" Tanya Yoga ramah.

"Ah, iya." Jawab Bagas canggung.

Yoga mengangguk paham. "Kita baru benar-benar ketemu hari ini ya? Tidak apa-apa. Malah aku sepertinya yang merepotkan kamu Bagas." Ucap Yoga tulus.

"Ah, tidak. Tidak merepotkan sama sekali kok." Ucap Bagas tersenyum malu.

"Terima kasih Bagas."

"Hmm, sama-sama."

Keduanya terdiam. Canggung.

Bagas membuka suara dengan canggung. "Ng.. sepertinya aku pulang du..."

"Eh, sebentar. Jangan pulang dulu." Potong Yoga cepat. "Buru-buru amat. Apa Bagas sibuk hari ini?" Tanya Yoga santai.

Bagas menggeleng.

Yoga tersenyum lega. "Hmm, sebaiknya kita duduk dulu di sebelah sana." Ucap Yoga sambil menunjuk ke arah kursi santai di depan TV.

Bagas mengangguk dan mengikuti Yoga duduk di kursi.

"Ah gimana ya mulainya?" Ucap Yoga sedikit bingung.

"..."

"Hmm, nama aku Prayoga. Panggil saja Yoga atau kak Yoga. Jangan 'bapak Yoga.' Oke? Aku belum setua itu. Haha." Ucap Yoga mencairkan suasana.

Bagas tersenyum dan mengangguk paham.

"Sebenarnya aku mau minta tolong sama kamu Bagas, boleh?" Tanya Yoga sedikit tidak enak.

New Love (On Hold)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang