"Dennis, kita perlu ngomong!" Amel menatap Dennis serius. Didalam hatinya, Dennis bertanya-tanya, ada hal sepenting apa yang menyebabkan dua orang ini repot-repot menemuinya."Ji, kita pinjem Dennis nya dulu yaa bentar?" Aji menoleh karena di mintai persetujuan oleh Salsha.
Aji mengangguk, wajahnya mengisyaratkan kebingungan. "Wey dari mana lo tau nama gue?"
"Gak usah baper lo, njing!" entah mengapa nada bicara Salsha menjadi sinis.
Mereka bertiga menjauhi tenda. Setelah menemukan tempat yang tidak terlalu ramai, Amel dan Salsha mendudukan bokongnya di tanah.
"Mau ngomong apa Mel, Sa?" Dennis ikut-ikutan duduk di tanah dan menatap keduanya dengan penuh tanda tanya.
"Jadi, kita kesini itu pengen minta penjelasan lo!" Amel mengutarakan maksud dan tujuannya menemui Dennis.
Dihirupnya oksigen banyak-banyak, "Tentang yang tadi yaa?" Dennis menatap lawan bicaranya. Ia tak tau harus mulai menjelaskannya dari mana. Ia mengambil ranting pohon yang tak jauh dari posisinya duduk dan memainkannya.
"Iyaa." jawab Amel dan Salsha berbarengan.
Suasana berubah menegangkan.
Dennis berdehem untuk menetralkan ketegangan diantara mereka, "Jadi gini..." Dennis menjelaskan semua kejadian pagi tadi tanpa ada satupun yang tertinggal. Ia menceritakan jujur tanpa kebohongan sama sekali.
Amel dan Salsha manggut-manggut tanda paham, "Oh, berarti ini salah faham dong?" tanya mereka bebarengan. Lagi.
Dennis menggedikan bahunya, "Menurut kalian gimana tuh? Salah faham yaa?"
Amel menghela nafasnya. "Dari awal kita bingung sebenernya pas liat Tulifia tiba-tiba lari gitu. Tadi aja pas gak sengaja pas-pas an sama lo dilapangan, dia jadi tambah jutek sama lo. Yaa jadi kita kesini buat minta penjelasan ke elo."
"Tulifa gak mau dengerin omongan gue." senyuman miria terukir dibibir Dennis."Dennis, gue mau nanya sama lo!"
"Mau nanya apa Sa?"
"Lo beneran sayang sama Tulifia kan?"
Dengan mantap, laki-laki itu menjawab, "Iyaa Sa, Mel, gue sayang Tulifia. Jangan anggap gue cowok berengsek yaa karena mencintai sahabat lo secepat ini. Tapi serius, gue sayang dia." jari telunjuk dan tengahnya ditaruh didepan dadanya membentuk huruf 'V'.
"Cinta pada pandangan pertama yaa Den, eh?"
Menggaruk tengkuknya yang tak gatal, Dennis menjawab "Apa salah yaa mencintai seseorang pada pandangan pertama? Rasa ini mengalir begitu aja tanpa bisa gue cegah. Jadi, gue salah yaa sayang sama dia?" dalam sekejap, Dennis berubah menjadi pria melankolis.
Kedua wanita yang tadinya menatap Dennis serius, kini tatapannya berubah menjadi tatapan memahami.
"Lo harus jelasin ini semua ke Lifia, Den! Harus!"
"Iyaa emang harus. Tapi dia gak mau dengerin gue ngomong. Eh, jangankan ngomong, ngeliat gue aja dia langsung ngibrit kayak dikejar bencong."
"Terus lo mau nyerah gitu aja?"
"Yaa engga lah Mel! Gue punya rencana!"
"Apaan tuh?"
"Jadi gini Sa, Mel..." Dennis memberitau apa rencananya untuk membuat Tulifia kembali percaya kepadanya. Salsha dan Amel hanya mengangguk paham dan sesekali memperjelas apa yang Dennis ucapkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sayonara Cinta
Teen FictionAngkasa Dennis Prawira, seorang Pradana Putra Gerakan Pramuka di sekolahnya. Bianca Tulifia Prastika, seorang Pradana Putri Gerakan Pramuka di sekolahnya. Pradana sama artinya seperti Ketua atau Pemimpin. Keduanya dipertemukan dalam kegiatan Perkem...