Be-DoubleYou

prolog

Satu persatu mereka meninggalkan gundukan tanah yang penuh dengan taburan bunga itu. Dari kejauhan, di balik pohon kamboja berdiri seorang wanita. Dengan hoodie hitam yang sedikit kebesaran di tubuhnya tampak tak sabar menunggu semua orang itu pergi. Langit mulai gelap, padahal panas matahari masih terasa menempel di kulit. Belakangan ini cuaca memang sulit ditebak.
Perlahan sang wanita menghampiri gundukan tanah penuh bunga itu setelah memastikan bahwa memang tidak ada lagi orang yang tersisa di sana. Dipandangi nisan yang ada di atas gundukan tanah itu. Perlahan ia berlutut. Tertunduk. Menahan air matanya agar tak jatuh.
"Ini beneran kamu? Ini beneran terjadi?" gumamnya, "please bilang kalo ini cuma mimpi. Please bangunin aku sekarang juga. Please bangunin aku gimana pun caranya"
Ia meremas taburan bunga yang terhampar menutupi gundukan tanah itu. Sesaat ia tersenyum bodoh. Seolah hendak menertawakan dirinya sendiri.
"Maaf" gumamnya lagi, "maafin aku." Dengan tatapan memohon, matanya tak lepas dari nisan itu. "Kalo aja aku dengerin kamu. Kalo aja aku ngikutin omongan kamu. Kalo aja...."
Satu dua tetesan air mulai jatuh dari langit. Wanita itu menghela nafasnya.

"Ayolah Bell, dengerin aku. Kali ini aja please. Jangan ada di tempat itu malam ini." Sahel memutar tubuh Bella yang membelakanginya. Digenggamnya erat bahu Bella. Tatapan memohon dari sorot matanya seolah memberitahu tak ada lagi jalan lain. Tak ada lagi skenario lain.
"Gak bisa Hel." Bella menampik tangan Sahel dari bahunya, "aku gak bisa jadi pengecut gitu. Dan aku gak akan mungkin jadi pengkhianat"
"Aku gak minta kamu jadi pengecut. Aku gak minta kamu jadi pengkhianat. Aku cuma minta kamu gak ada di markas nanti malam." Suara Sahel mulai meninggi.

"Seharusnya kamu gak perlu dateng. Liat, kamu dateng cuma buat pergi. Cuma buat bikin aku kehilangan kamu." Tatapan memohon itu mulai berganti menjadi penuh kekecewaan.
Ia menghela nafasnya lagi. Kali ini sedikit lebih keras.