Satu

67 3 0
                                    

INI bukan hari libur tapi ini hari termalas untuk Fajar, Fajar Widyatama remaja berumur 17 tahun yang duduk di kelas 12. Saat ini Fajar masih tertidur di ranjang dengan selimut yang membalut tubuhnya padahal sekarang sudah jam 7 kurang 10 menit dan untuk remaja normal biasanya jam segini sudah siap-siap untuk pergi sekolah atau mungkin sudah ada di sekolah. Mamanya pun sudah beberapa kali membangunkan Fajar namun dia tetap tidak bangun, malahan gorden sudah di buka dan membuat cahaya matahari mengenai Fajar tapi tetap saja dia tidak bangun. Kayak orang mati tapi masih napas.

Pintu kamar Fajar terbuka dan menampakan seorang gadis berkacamata yang sudah rapi dengan seragam SMAnya. Rambut panjang sebatas punggungnya diurai membuat dia semakin terlihat cantik. Perlahan dia memasuki kamar Fajar lalu duduk tepat di tepi ranjang.

"Fajar, bangun udah siang." Ucap gadis itu seraya mengguncangkan tubuh Fajar, berharap laki-laki ini bangun dari tidurnya.

Gadis itu mendengus kesal karena Fajar tidak bangun-bagun. "Fajar! Bangun!" Gadis itu meninggikan suaranya.

Fajar hanya menggeliat dengan mata yang masih terpejam lalu menarik selimut hingga menutupi seluruh bagian tubuhnya.

Gadis itu berdiri lalu dengan gerakan cepat dia menarik selimut itu dan membuangnya ke lantai. Kali ini usahanya tidak sia-sia. Fajar mengerjapkan matanya beberapa kali untuk menyesuaikan cahaya yang masuk dan yang pertama Fajar lihat adalah Senja, gadis yang sudah membangunkannya.

"Ini masih subuh, Senja." Gumam Fajar dengan suara khas orang bangun tidur dan kembali memejamkan matanya.

Senja Arinda, sahabat Fajar dari kecil yang berumur lebih muda satu tahun darinya. Sejak Fajar berumur 6 tahun sampai sekarang, dia banyak menghabiskan waktunya bersama Senja bahkan mungkin setiap menit dia bersama Senja apalagi mereka satu SMA, meskipun Fajar kelas 12 dan Senja masih kelas 11.

Senja memutar bola matanya. "Ini udah jam 7."

Diam. Fajar hanya diam. Menit selanjutnya dia loncat dari ranjang dan langsung masuk ke kamar mandi tanpa memperdulikan Senja yang sudah geleng-geleng kepala melihat kelakuan sahabat laki-lakinya.

"Dasar aneh."

***

Mama Fajar, Vina, sedari tadi mengoceh sambil memasak di dapur ditemani oleh Senja yang duduk di meja makan sambil menunggu Fajar yang sedang bersiap.

"Aduh, Senja maafin Fajar, ya. Tiap hari dia begini dan bikin kamu telat terus dateng ke sekolah. Kamu juga, sih kenapa gak berangkat bareng sama papanya Fajar aja daripada sama Fajar yang kebo. Kalau bukan kamu yang bangunin mana mau dia bangun. Tante aja udah nyerah kalau soal bangunin dia."

Vina ini sangat curcor sekali tapi itu tidak masalah bagi Senja karena Senja sudah menganggap Vina seperti mamanya sendiri ditambah Vina ini sahabat karib mamanya. Bukan hanya Vina tapi ayahnya Fajar, Hendri, sudah dianggap sebagai papanya sendiri. Keluarga mereka sangat dekat, bahkan keluarga Senja tahu bagaimana seluk-beluk keluarga Fajar begitu pun sebaliknya.

Senja tersenyum. "Harusnya Senja yang minta maaf karena selama ini Senja selalu repotin tante sama Fajar sama om juga. Kalau aja keluarga aku gak kayak gini, mungkin aku gak akan ngerepotin tante. Mungkin aku bakal di anterin sama kak Agung atau sama papa atau sama mama. Tapi.... mungkin itu udah gak bisa lagi."

Senja menunduk karena sesak di dadanya saat mengingat bagaimana keluarganya sekarang.

Vina menghampiri Senja dan berdiri di samping Senja. Vina bisa merasakan ada kepedihan mendalam yang dia simpan sendirian. "Semuanya akan baik-baik saja, Senja. Meskipun keadaan sekarang gak sama kayak dulu. Kamu jangan pernah merasa sendiri, disini ada tante ada om ada Fajar juga."

SENJA FAJAR [Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang