Tentang : Awal Penderitaan
Hampir saja ia ingin menghabisi hidupnya, siang itu. Karena ia merasa berbeda.
Ia sudah cukup lelah dengan hidupnya. Cacian, makian, hinaan yang menyakiti batinnya membuat semua semangatnya menurun.
Alisa adalah perempuan aneh menurut penilaian teman-teman sekelasnya. Dia tidak terlalu tinggi, tubuhnya normal, berambut sebahu dan tidak terlihat seperti orang aneh pada umumnya, dan simbol yang ada pada dirinya adalah senyum ikhlasnya. Senyum yang ia lukis saat hatinya melukiskan goresan tak berdarah.
¤¤¤
Hari itu tepat tahun 2010.
"Lo ngga pernah punya hak buat ngelarang dia sekolah disini!" perempuan itu menunjukkan telunjuknya kearah Siska yang berdiri di hadapannya.
"Lo siapanya dia? Kakak? Adik? Ngga usah sok ngebelain cewek lemot ini, deh!" Siska menjawab.
Alisa tersenyum ikhlas untuk yang kesekian kalinya dalam seminggu ini. Lagi-lagi, Siska selalu meremehkan bahkan menjudgenya habis-habisan.
Saat itu, Siska melihatnya sedang mendengarkan radio yang ada di handphone milik Alisa.
"Kuno! Dasar manusia kuno! Modern dikit, dong! Malu-maluin sekolah!" Siska menatapnya dengan penuh kebencian.
Alisa merespon dengan kekehan, "iya nih, hehe."
"Susah ya, kalau ngomong sama manusia yang ngga pernah tau zaman m-o-d-e-r-n," Siska menekankan kata terakhir lalu beranjak pergi keluar kelas.
Lagi-lagi, Alisa hanya tersenyum menanggapinya dan kembali mendengarkan radionya lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Recency
Short StoryHampir saja ia ingin menghabisi hidupnya, siang itu. Karena ia merasa berbeda. Ia sudah cukup lelah dengan hidupnya. Cacian, makian, hinaan yang menyakiti batinnya membuat semua semangatnya menurun. Alisa adalah perempuan aneh menurut penilaian tema...