[2]

8 2 0
                                    

Tentang : Pembelaan Rifa

Hari berikutnya sama seperti biasanya. Sampai pada suatu hari...

"Gue beneran dibuat stress sama si Alisa!" Dinda memulai pengaduannya kepada Siska saat keluar dari Lab Komputer.

"Manusia kuno itu lagi?" Siska tertawa dan mengikat tali sepatunya, "kebodohan apa lagi yang dia buat?"

"Materi yang Bu Susi ajarin tadi, you know 'kan mudah banget buat kita pahamin?" Dinda mengerutkan dahinya kesal.

"Manusia kuno itu ngga bisa?" Siska memandangi kedua sepatunya apakah talinya sudah benar atau belum.

"Selama Bu Susi berbicara di depan, dia bukannya dengerin malah main game. Gue udah bilang, nanti dia bakalan ketinggalan dan bener aja dia ketinggalan. Akhirnya nyontek dan nyalin punya gue seperti minggu kemarin." Jelas Dinda yang sudah selesai memakai sepatu tanpa perlu mengikat.

"Dia aneh." Siska berdiri dan bergegas menuju kelas bersama Dinda. "Udah pasif, jadi manusia kuno, tulalit, dan sekarang malah mau belajar jadi anak nakal?"

"Gue juga bingung sama Alisa, selalu aja jadi beban buat orang lain." Jawab Dinda.

Suasana kelas sangat berisik karena mereka baru saja masuk ke dalam kelas lagi. Terlihat di kursi bagian tengah, Alisa sedang asyik bermain handphone jadul miliknya dan menyalakan radio.

"Teman-teman, gue mau nanya nih, materi yang Bu Susi sampaikan tadi udah pada paham semua, 'kan?" tiba-tiba Siska berdiri di depan papan tulis yang menghadap kearah teman-temannya.

"Paham, Sis." Ucap sebagian siswa dan sisanya hanya mengangguk tanda paham.

Salah satu siswa di bagian tengah hanya diam tidak berkata maupun mengangguk.

"Eh, manusia kuno!" Siska berteriak bermaksud memanggil Alisa.

"Lo denger ngga sih?" Siska memanggilnya sekali lagi.

Rifa yang duduk di samping Alisa tahu siapa yang dimaksud Siska. Rifa pun mendekatkan bahunya dengan bahu Alisa pelan dan membangunkannya dari alunan alam radio.

"Eh, iya kenapa?" Alisa menoleh kearah Rifa.

"Lo dipanggil sama Siska." Rifa mengarahkan pandangannya kearah depan sebagai perintah agar Alisa mengikuti pandangannya.

"Manusia k-u-n-o." Panggilnya sekali lagi.

"Maaf, gue punya nama." Alisa hanya tersenyum melihat Siska.

"Dia nih, satu-satunya siswa di kelas yang ngga paham sama materi Bu Susi!"

"Meneliti tentang kehidupannya, udah jadi hobi lo, ya?" -Rifa berdiri dari tempat duduknya- "atau udah jadi cita-cita lo?"

"Ngomong apa lo barusan? Gue meneliti hidup manusia kuno?" Siska bergidik.

"Iya, lagian lo ngapain sih ngurusin hidup dia banget?" -Rifa berjalan dan memindahkan diri ke meja paling depan yang terlihat kosong- "Apa ngurusin hidup dia, buat nilai lo jadi nambah?"

Siska mencerna ucapan Rifa, menghela napas dan menelan ludah.

Rifa bener juga, ngga ada untungnya juga gue ngurusin semua kegiatan manusia kuno, apalagi tentang keburukannya, gue jadi ngerasa hatersnya dia banget, batin Siska.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 01, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RecencyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang