01-ichi

217 27 7
                                    

"Len ada yang nyari tuh didepan," teriak temannya yang duduk dekat pintu.

Lena beranjak dari kursinya menghampiri orang yang memanggilnya di depan kelas.

Sesampainya di depan kelas Lena langsung hafal siapa yang memanggilnya. Dari postur tubuhnya saja Lena tau kalo pria itu Zio.

Nicco Zio. Semua orang ketika melihat pria itu pasti langsung jatuh hati.Kenapa? Pria yang mempunyai senyum manis nan tulus membuat para gadis salah tingkah. Pandangan mata yang teduh dan tidak lupa dengan rambut yang berjambul. Kacamata yang selalu bertengger di wajahnya juga tidak mengurangi ketampanan pria ini. Malah membuat pria ini semakin tampan dengan lesung pipi yang selalu ia tunjukan.

"Kenapa Zi?" tanya Lena angkat suara.Hanya Lena yang memanggil Nicco Zio dengan sebutan Zio bahkan teman-teman yang lain tetap memanggilnya Nicco.

Yang ditanyain pun membalikkan tubuhnya menghadap Lena dengan senyum yang tak pernah pudar.

"Nih buku lo ketinggalan kemarin," ucap Zio mengembalikan buku catatan Lena yang tertinggal.

"Thanks ya Zi."

"Iya sama-sama Len. Kalo gitu gue balik dulu ya ke kelas," ucap Nicco menunjukkan lesung pipinya yang nampak jelas.

Lena hanya menganggukan kepalanya.Punggung Nicco lama kelamaan menjadi jauh dan hilang. Ketika Lena ingin masuk ke dalam kelasnya tiba-tiba Gemma sudah bersandar di pintu kelas.

"Gila! Makin hari Nicco makin ganteng aja. Mirip sama Lay," teriak Gemma histeris.

Lena yang terlonjak kaget pun menggeram kesal. "Kebiasaan tingkah laku lo ngagetin orang terus. Dasar kurker! Dan siapa lagi tuh Lay nggak ngerti gue sama yang begituan."

"Ituloh salah satu personil Exo. Btw ngapain si ganteng kesini?" tanya Gemma yang notabennya ngefans sama Nicco.

"Balikin buku catetan."

Lena tidak mau ikut campur jika itu sudah berurusan dengan fanboy.Gemma memang pecinta korea. Semua yang berbau korea Gemma pasti tahu.

Lena akhirnya memutuskan ke kamar mandi untuk cuci muka. Mungkin karena bosan juga. Seperti yang kita lihat kelas Lena sedang free class, baik Lena maupun teman-temannya, hanya melakukan kegiatan seperti bermain handphone, bergosip ataupun anak-anak yang pintar yang tidak pernah bosan untuk belajar.

"Mau kemana lo?" tanya Lunetta yang langsung menghambur keluar kelas.

"Mau ke kamar mandi."

Mereka berdua berjalan menyusuri koridor. Lengan Lena ditarik secara paksa oleh Lunetta.

"Apaan sih Lun? Ngga jelas lo."

"Bentaran kenapa! Doi lagi olahraga itu. Gantengnya ngga nahan. Ya Tuhan keringetnya bercucuran gue elapin nih lama-lama." oceh Lunetta yang gemas sendiri melihat gebetannya.

Lena yang tau tentang hal itu hanya memutarkan bola matanya.

Nggak Gemma, nggak Lunetta sama aja kalo liat cowok nggak bisa kedip.Batinnya bosan.

"Udah yuk. Mau sampe kapan lo liatin dia olahraga terus? Bosen gue, kaya nggak ada pemandangan lain tau nggak?!"

Satu hal yang bisa kita tangkap bahwa seorang Alena Felicia ternyata mempunyai sifat bosanan. Dia tidak suka berlama-lama dengan situasi yang menurut dia tidak ada tantangannya. Begitu juga dengan kisah percintaannya.

Lunetta yang tidak mau beranjak akhirnya ditarik secara paksa oleh Lena. Lunetta dengan berat hati mengikuti arah jalan Lena. Dan sempat-sempatnya Lunetta memberi kecupan jarak jauh walaupun itu tidak akan terlihat oleh Devon—gebetan Lunetta— juga.

***

Sekolah sudah sepi. Beberapa murid juga sudah ingin cepat-cepat meninggalkan sekolah. Menghilangkan semua beban tentang pelajaran. Tapi, Lena belum beranjak dari sekolah. Ia masih ada kegiatan eskul yang tandanya ia akan pulang lebih lama.Lena mengikuti eskul volly. Ntah apa yang ada dibenak Lena untuk mengikuti eskul itu. Biasanya para gadis malas jika harus berpanas-panasan.

Dengan sabar Lena mendengarkan pelatih eskul berbicara jika dalam waktu dekat sekolah Lena akan tanding dengan SMA Taruna Nusantara.Yang artinya sekolah Lena harus sering-sering untuk berlatih.

Langit pun sudah berubah warna.Matahari makin lama pun ikut menghilang dan malam sebentar lagi tiba.

Lena berjalan tergesa-gesa. Lena ingin cepat sampai rumah dan menjatuhkan tubuhnya dikasur yang empuk. Tapi, apa daya yang terjadi, ban mobil Lena tiba-tiba kempes. Lena mengumpat, ia harus pulang naik apa jika sudah seperti ini. Angkot? Taxi? Sudah jelas Lena akan memilih opsi kedua karna naik angkot disaat langit sudah gelap ini bukan pilihan yang tepat.

Lena berjalan gontai menuju gerbang sekolah untuk menunggu taxi lewat.

Lena melihat pergelangan tangannya waktu menujukkan jam 6 kurang 15 menit.

Entah ini keberuntungan atau bukan.Motor Nicco berhenti di depan gerbang sekolah.

"Mau pulang Len? Yuk gue anter aja," ajak Nicco dengan senyum yang selalu ia tunjukkan.

"Nggak usah, nanti ngerepotin. Lagi pula rumah kita juga beda arah," tolak Lena secara halus.

"Gapapa, gue juga sekalian mau main kerumah temen gue yang deket sama rumah lo. Lagian ini udah mau maghrib. Pasti jarang kendaraan yang lewat juga."

Lena seperti menimbang-nimbang. Jika Lena tidak ikut dengan Nicco mau sampai kapan ia pulang kerumah. Tapi,jika ikut dengan Nicco Lena sudah banyak berhutang budi dengannya.Akhirnya Lena menyerah.

"Yaudah deh gue ikut lo."

Nicco langsung memberikan helmnya untuk Lena. Motor Nicco melaju dengan kecepatan sedang. Jalanan yang macet membuat mereka berdua berhenti setiap saat.

Sampai dirumahnya Lena melepas helmnya dan mengembalikan kepada pemiliknya.

"Makasih Zi atas tebengannya." bibir Lena melengkung dengan sempurna keatas.

"Iya sama-sama. Kalo gitu gue duluan ya Len."

Chapter 1. Gimana pendapat kalian? Semoga kalian merasa terhibur. Jika kalian punya pendapat bilang aja aku bakalan senang hati untuk menerimannya. Jangan lupa untuk voment.

Amelhelfi♥



















Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 15, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BrokenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang