Welcome back pembaca ghaib tercintah :*
---------------
Hari Rabu, hari yang kelam untuk 11 MIPA 4.1. Ada pelajaran matematika ya? Atau kimia, fisika? Jawabannya adalah tidak. Biasanya pelajaran matematika memang pelajaran yang paling tidak digemari di kalangan siswa SMA. Jujur saja deh kalau kalian memang sedikit jengkel dengan matematika (atau mungkin sangat jengkel).Tapi tidak dengan kelas 11 MIPA 4.1 . Pelajaran yang gak disukai anak-anak kelas adalah Prakarya dan Kewirausahaan (perlu digaris bawahi dan di bold). Kenapa? Karena mereka tidak menyukai guru pkwu (singkatan prakarya dan kewirusahaan). Sebut saja namanya Bu Mawar, nah Bu Mawar ini sebenarnya asyik lho. Cuma kalau ulangan harus sama dengan buku, titik koma dan konjungsi aja dipermasalahin. Dan Bu Mawar ini kalau ngomong kemuridnya kecepatan ngomongnya bisa melebihi kecepatannya cahaya. Wassalam deh kalau jadi muridnya Bu Mawar. Seluruh anak 11 emang di ajar si sama guru ini. Jadi mental anak-anak udah pada kuat.
Jam pelajaran ke 3 dimulai. Deg deg ser deh kalau masuk jam nya Bu "yang namanya gak boleh disebut".
Anak kelas pada ribut nyusun portofolio yang rencananya harus dikumpulin hari ini."Eh Nad, portofolio Bu pkwu mu udah lengkap?!" Rara menghampiri Nadia dengan wajah panik dan nafas yang ngos-ngosan.
"Tarik napas, keluarkan. Tarik nafas,keluarkan. Alhamdulillah wasyukurilah ama ba'ad Ra. Hehehe. Bisa mati kalau aku belum jadi. " Ucap Nadia dengan santai.
"Wah rajin amat Nad. Pinjem dong portofolio pkwu mu. Mau ngurutin tanggal nih. Tanggalku masih berantakan. Protol pala berbi."
"Nih, jangan sampai hilang lho lembaran-lembarannya. Bisa tamat riwayatku Ra." Nadia menyerahkan portofolionya kepada Rara dan langsung disabet sama doi.
"Wahhhhh!!!!!anjer." Teriak Revan ketua kelas gak bener sepanjang masa.
"Apaan si Van, ganggu kuping aja." Sewotku.
"Nad, gue pinjem portofolio lo dong. Yayayaya, gue belum buat tugas-tugas nya bu kucing garong itu. Kasihanilah anak manusia satu ini Nad." Revan merajuk kepada Nadia.
Emang kalau ada maunya aja, sok sok pura-pura baik.
"Yahhh sayang banget anda kalah cepat dengan saudari Rara bung." Kata Nadia menirukan suara komentator sepak bola.
"Mampus ae hidup ku mak. Daku kagak kuat bertemu bu kucing. Ra!minjem portofolio nya Nadnad kek. Ini Bu kucing keburu masuk!" Teriak Revan ke Rara.
"Hustt diem ah kamu Van. Ganggu orang aja si. Sini buruan kalau mau nyontek. Tapi kayaknya waktumu sudah habis kakak. Sabarkan hatimu." Ceramah Rara.
"Selalu ada waktu buat seorang Revan kok." Ucap Reva percaya diri.
[Skip]
Di lain tempat, 11 IPS 4 sedang ada pelajaran Matematika. Emang si matematika jurusan IPS lebih mudah dari jurusan IPA, tapi tetap saja gak ada yang suka. Ada yang bilang pelajarannya sulit, ada yang bilang gurunya ghaib. Nah pengen ngakak kan.
Hari ini seperti biasa Arga mengikuti pelajaran dengan tenang. Jangan berprasangka dulu deh kalau Arga Badboy. Gini-gini Arga masih mentingin cita-cita kok tenang aja. Saat pelajaran Matematikanya Pak Rahmat, Ardi yang tak lain teman sebangku sekaligus sahabat Arga menyenggol bahu Arga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Moonlight
Teen FictionNadia, gadis 17 tahun pindahan dari jogja yang penuh dengan keceriaan harus dihadapkan dengan Arga sang kapten futsal. Nadia yang hidupnya selalu bertemu dengan Arga mengubah keceriaan diraut mukanya perlahan-lahan menjadi kesedihan. Rahasia-rahasia...