Ninth

108 8 6
                                    

Chapter-chapter sebelumnya bisa dilihat di sini -> http://w.tt/1TNRXna atau buka aja @NovitaMalik :-)

[]

"Edward ... psikopat," kata-kata itu meluncur begitu saja dari mulutku. "Dan kalian dalam bahaya."

BUGH!

Lalu tiba-tiba saja aku tersungkur ke tanah.

Dan tinju Tomoya berada di atasku.

[]

Aku berdiri, bertatapan dengan Tomoya. Aku berusaha meminta maaf lewat tatapanku, tapi Tomoya membalasku dengan tatapan penuh kebencian.

"Uh ... drama."

"Bukan waktunya bercanda, Clee," kata Tomoya.

Aku melihat ke arah si polisi muda.

"Apa?" dia langsung menatapku tajam dan berkata jutek.

"Antar kami." Itu permintaan.

Dia diam.

"Kau sudah janji," tagihku.

"Aku tidak bisa melanggar sumpahku pada kepolisian. Membiarkan musuh menyelamatkan temannya yang sedang ditahan itu melanggar sumpah.

"Bunuh saja aku dengan pistol yang kau rampas dariku itu, atau dengan pisau-pisau yang ada di sakumu kalau kau marah. Maaf, tapi aku benar-benar tidak bisa melanggar sumpahku."

Sepenting itukah sumpahnya?

"Aku tidak akan membunuhmu, tapi jangan halangi kami."

Tidak ada jawaban, itu berarti "iya".

"Dan ... izinkan aku memakai pistolmu."

Aku melihat Clee, memintanya ikut denganku. Tomoya? Terserah dia mau ikut atau tidak.

"Lurus ke arah selatan, kalian akan menemukan penjaranya."

Aku tersenyum dan mengucapkan terimakasih.

[]

Edward's P.O.V

Mataku terbuka.

"Apa saja yang sudah kau lakukan?"

"Cuma beberapa terapi, tenang saja, itu tidak akan merusakmu."

"Terapi apa?"

"Dilihat dari sikapmu yang masih galak, sepertinya terapinya belum berhasil. Kau memang susah untuk dijinakkan."

Dia kira aku bom?

Yah, aku memang seberbahaya bom.

"Lepaskan aku lalu kita duel, kita lihat siapa yang lebih hebat."

DUAGH!

Suara itu berasal dari luar sana.

Taka dan yang lain.

[]

Taka's P.O.V

Aku menendang pagar sekuat mungkin. Sial! Tidak ada jalan masuk!

"Clee, kau bisa melompati pagar ini?"

"Kenapa tidak menyuruhku daritadi?"

Dia memanjat, aku membantunya untuk sampai ke atas. Dia mengulurkan tangan setelah sampai di atas pagar dan aku menyambutnya kemudian naik dengan bantuan tarikannya. Kami melompat turun ke sisi lain pagar.

Kami berlari.

DUAGH!

Aku menendang pintu masuk. Setelah empat kali percobaan pintu itu terbuka dan terlepas dari engselnya.

"Kita pisah di sini!" aku berlari lurus---entah dengan Clee---hingga aku menemukan deretan jeruji besi. Aku berhenti di depan sel yang pertama.

Dia pria berbadan besar, tato naga di lengan kiri dan betis kanannya.

"Apa profesimu sebelum dipenjara?" tanyaku.

"Apa hubungannya denganmu, Cungkring?" balasnya.

Aku mengeluarkan pistol Via dari saku belakang celanaku lalu membidiknya.

"Beritahu aku atau kulubangi kepalamu!"

"A-aku seorang penjudi dan pemabuk!"

Dia bukan orang yang kubutuhkan.

Aku beralih ke sel berikutnya. Dan yang kutemukan seorang pencopet berbadan kecil.

Sel ketiga.

"Apa profesimu sebelum dipenjara?"

Pria di dalam sel ketiga cuma duduk di sudut sel-nya, melihat lantai dengan tatapan kosong.

"Hei!"

Dia melihat ke arahku. "Ada apa?"

Sebenarnya aku malas mengulang kata-kata yang sudah kuucapkan, tapi apa boleh buat.

"Apa profesimu sebelum dipenjara?"

"Aku seorang pembunuh bayaran, memangnya kenapa?"

Ini yang kucari!

Aku merogoh saku celana dan mengeluarkan pisau lipatku, memasukkan mata pisaunya ke lubang kunci lalu mengutak-atiknya.

Trek.

Yak! Terbuka!

Aku mendorong jeruji besi itu pelan-pelan agar tidak menimbulkan suara hingga seperempat terbuka.

Pria itu cuma memandangiku dengan tatapan agak terkejut saat aku memintanya untuk keluar.

"Apa- apa yang kau ..."

Aku memotong kalimatnya, "Aku butuh bantuanmu, temanku di suatu tempat di dalam sana. Aku butuh keahlianmu untuk mengeluarkannya dari sini."

"Apa untungnya bagiku jika aku melakukannya?"

Waktu terus berjalan dan aku tidak tahu apa yang akan terjadi pada Eddie jika aku berlama-lama di sini.

Sebentar, pembunuh bayaran bekerja untuk uang, jadi ...

"Aku akan membayarmu."

"Berapa?"

"Berapa yang kauminta?"

"Tergantung resiko yang akan kuambil."

Aku mengangguk paham. "Kau akan menghadapi polisi-polisi, dan mungkin akan lebih dari itu."

Pria itu mengangkat dua bahunya dengan sikap tidak peduli. Lalu, dia berdiri di detik selanjutnya.

"Alu akan membantumu, tapi jangan kaget jika bayaran yang kuminta terlalu besar bagimu."

Okelah.

"Oke," aku menyetujuinya.

"Taka! Lama amat si, lengan gue kena gores peluru nih!"

Belum sempat aku merespon, pria di depanku tiba-tiba bersuara,

"Clee, is that you?"

Hening selama beberapa saat.

"...Dad?"

Astaga, reuni..

Tell MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang