Onee

22 2 0
                                    

Hujan masih belum juga reda,di sambung dengan gemuruh guntur. Aku masih berdiri di pojok gerbang pasar. Hawa dingin menusuk satu persatu tulang sendiku. Kakiku terasa gatal-gatal, sepertinya semut-semut merah mengusirku.

Tiba-tiba ada seorang lelaki melangkah ke arah ku dengan membawa payung hitamnya. Ternyata dia adalah Raffi tetangga desaku. Dia terus melangkah sampai di hadapanku. Lelaki pesantren yang sangat santun.''Keisya," suara Raffi menyapaku sembari menyodorkan payungnya ke arahku.

''Assalamualaikum,,,"suara Raffi mengucapkan salam untukku.''

''Wa'allaikum salam." Aku menjawab dengan senyuman sembari Raffi memberi tumpangan payungnya.

Hujan masih begitu lebat dan suara guntur menggelegar. Kami tetap terus berjalan menuju jalan rumahku. Raffi berniat mengantarku sampai di rumah. Di tikungan jalan, kami bertemu dengan Syafa. Sepertinya Syafa terlihat marah ketika melihat aku dan Raffi sepayung berdua. Syafa selalu iri kepada ku, karena julukan ku sebagai bunga desa. Sampai-sampai pada suatu hari dia memfitnah ku berhubungan mesum dengan Raffi hanya untuk menjelek-jelekanku.

''Astaghfirullah hal adzim", hanya itu yang bisa saya ucapkan saat itu. Bentakan keras terdengar di telingaku. Suara Bapak membentaku hingga aku merasa kaget.

''Anak gadis tidak punya harga diri." Ucapan itu keluar dari mulut Bapak waktu itu. Mungkin Bapak sangat kecewa kepadaku. Namun aku tidak pernah melakukan hal hina itu. Ketika tangan Bapak berusaha menamparku, Ibu datang menolongku.

"Jangan memukul anak yang aku kandung selama sembilan bulan ini dan yang telah kita besarkan bersama selama delapan belas tahun lamanya. Urungkan emosimu,,,istighfar jalan satu-satunya yang harus kamu lakukan saat ini. Teriakan Ibuku menolongku.''

Lanjut teruss bacanya.😊😊 maaf ya kalo masih kurang jelas😂

Expectations Village GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang