EXPELLEND

1.3K 84 0
                                    


TAP
...
TAP

TAP

TAP

TAP

TSRAKK.

HIKS.. HIKSS

TAP TAP

Berbondong para warga datang ketengah lapangan. Mereka menatap satu-satunya objek utama mereka datang kesana.
Seluruh warga dari desa itu, menyaksikan sebuah ritual dan bara api yang berkoar.
Dimana di tengah-tengah lapang, seorang gadis kecil berusia lima tahun dikurung dalam kandang besar berjeruji besi kokoh.
Rambut pendek berwarna indigo, dengan bola mata lavender itu sedari tadi tidak bisa berhenti untuk menangis
Wajahnya memerah , tubuh mungil yang bergetar hebat dibawah pijak tanpa alas.
Menatap sekeliling. Menatap bagaimana warga menatapya jijik dan takut.
Ia mengerjapkan beberapa kali matanya yang pedih. Bagai pisau yang membelah isi hatinya yang miris.
Ia memandang sosok yang paling ia kagumi,sayangi berada dihadapannya.
'Tou-tou-tousan' Batinnya terpukul.
Tidak ia temukan tatapan sayang itu dari bola mata sang ayah.
Yang ada hanya tatapan benci dan amarah.
Gadis kecil itu menggigit bibir bawahnya kasar.

Hikss...
Apa daya yang bisa ia lakukan adalah menangis .

Pria paruh baya itu mengambil obor api. Diikuti oleh seluruh anggota Klannya.

Gadis kecil itu semakin pasrah. Jika hidupnya berakhir. Ia tahu,jika mereka ingin membakarnya. Dibakar oleh darah dagingnya sendiri.
Helaan nafas, sambil menutup kedua kelopak mata indah namun tersirat rasa pedih mempilu.

Belum berapa saat, api berkobar dari dalam tubuh si gadis membakar relung dan rusuk tulang.
Namun tiba-tiba bola matanya pedih dan panas. Wajah dan tubuhnya seakan di masukan kedalam neraka . Panas.

"ARGHHHHHH ARGHHH GRTRHHH ARGHHHHH"

Jeritan si gadis membuat seluruh warga bergidik.

"Bakar Hiashi!!"

"Bakar siluman itu sampai mati!!"

"Bakar!!"

ARGHHHH

ARGHHHHHH ARGGGGHHHH

Kelopak lavender itu kini berubah menjadi keemasan. Telinga gadis kecil itu juga melebar seperti gajah. Hidungnya semakin mirip anjing liar juga kuku dan taring tajamnya keluar.

GRRRRR

"Kyaa silumannya lepas.."

"Selamatkan diri kalian"

Warga berhamburan pergi. Setelah menyaksikan kejadian barusan.
Inilah yang ditakutkan warga. Siluman mengerikan itu sudah berubah wujud.

GRENGGG
TRANGGGG
Penjara kurungan di tebas dengan jari kuku nya yang tajam hingga hancur
Siluman itu sangat kepanasan dan terlihat marah.

Hiashi terbelalak kaget melihat monster iblis itu keluar dari kandang.
Mata siluman itu seperti hendak ingin menerkam.
Kondisi lapangan menjadi sepi.

Hiashi berdiri dihadapan siluman sendirian. Ia menodongkan samurai panjang dengan nafas tercekat.
Mungkin ajal akan menanti nya. Hiashi tahu itu. Ia bisa melihat aura dendam dari jelmaan iblis itu.

Selang beberapa detik ajal yang dinantikan tidak juga datang. Ia tidak melihat gerak-gerik yang akan membahayakan.
Hiashi menatap siluman.

TESS

Siluman itu menitikan air mata. Tepat sebelum ia melesat terbang . Meninggalkan Hiashi yang diam beribu bahasa.

TRAngggg

BRUKK

"Hinata.. Hi..hinata... hiks hiks hikss..."

Hiashi jatuh terduduk dengan tubuh yang gemetaran.

Ia sangat menyesal.


Pagi hari.

Seorang nenek tua tersenyum simpul. Makhluk semalaman yang berkeliaran membuat geger warga. Kini tertidur lelap di di atas kasur kingsize miliknya. Ia mengelus puncak rambut bocah lima tahun yang tampak belum sadar juga.

"Hinata-sama. Akhirnya aku menemukanmu."

TO BE CONTINUED

 The Moon Is ShiningTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang