Angin malam melambai-lambai helaian rambut panjang menjuntai si gadis. Mata bening berwarna Lavender menatap lurus seluruh jalanan raya dimalam hari. Duduk termangu sambil sesekali memeluk tubuh mungilnya. Menahan rasa dingin udara malam. Pertengahan musim gugur.
Hanya mengenakan sweeter putih longgar polos dengan hot pants dan juga kaus kaki panjang berwarna hitam. Sesekali bola matanya menatap kosong kearah taman kota yang sudah sepi pengunjung.
Waktu sudah menunjukkan pukul delapan malam. Namun rupanya gadis itu enggan untuk pergi dari tempatnya saat ini.Perasaan sedih dan hampa. Rindu dan takut. Marah dan senang. Bercampur aduk didalam kepala dinginnya. Tidak pernah ia merasakan perasaan ini.
Perasaan rindu yang perih. Kuku jarinya menekuk. Wajah putih merona itu ikut menunduk menatap alas kakinya sendiri.
Kenapa? Kami-sama tidak pernah memberinya keadilan. Kenapa hanya dirinya yang dikutuk? Kenapa dirinya diinginkan mati?
Hinata. Gadis Hyuuga itu semakin menunduk. Masih dengan pandangan dingin dan kaku. Mengingat hal hal mengerikan saat sang ayah mencoba untuk membinasakannya.
Hinata takut api. Ya, api mengingatkan dia akan peristiwa dua belas tahun yang lalu.
Kehidupan penuh penekanan. Hinata menderita harus berpura-pura kuat. Tapi itulah dirinya.
Sudah terbiasa dengan kehidupan kelamnya.Dan kemarin. Hinata masih ingat wajah tegas pria itu. Pria yang sangat menyanyanginya. Meneriaki dirinya, berharap Hinata menampakkan wajah dihadapan pria itu.
Hanya pria itulah yang sangat mengharapkan kehadirannya.'Gommene nii-san'
.BRAKK!!!
Nenek Chiyo membanting semua koran dengan kasar diatas meja kerja diruang pribadi. Hidan, asisten setia si nenek dengan rasa cemas segera menjelaskan semuanya. Namun belum sempat pria paruh baya itu berujar Nenek Chiyo sudah memotong perkataanya.
"CUKUP !! Para tua bangka itu sudah sangat tidak waras. Bagaimana bisa mereka hidup dengan nyaman. Mereka benar-benar keturunan psikopat!"
Nenek Chiyo memijat ubun-ubun keriputnya. Setelah membaca koran yang Hidan laporkan. Ia sangat menjadi murka.
"Saya juga tidak habis pikir nyonya dengan tindakan brutal mereka saat ini." Jawab Hidan, menghampiri madamnya sambil membantu memijit pundak madam yang sudah ia anggap sebagai ibu itu.
"Dimana Hinata?" Tanya Nenek Chiyo. Perasaannya sangat tidak tenang sekarang.
"Nona sedang berada di luar rumah sejak sore tadi."
Jawaban Hidan membuat urat-urat cemas muncul pada dahi Nenek Chiyo."Hidan. Antar aku untuk mencari nya. Aku terus merasa firasat buruk. ". Nenek Chiyo baru saja akan melangkah keluar ruangan namun suara asistennya menghentikan langkahnya.
"Sudah ada yang mencari nona keluar."
Chiyo mengerutkan keningnya. Siapa memangnya yang sudah repot mau mencari cucunya. Nenek Chiyo tahu, Hinata hanya mau pulang dengannya bukan dengan para pengawal.Hidan mengerti dengan keadaan ini. Maka dari itu dengan cepat ia memberi tahu siapa orang yang mencari Hinata.
Bungkam. Nenek Chiyo terdiam. Mencerna semua perkataan Hidan barusan.
"Sasori katamu?" Ulang nya penasaran. Hidan mengangguk membalas pertanyaan madamnya."Kapan dia pulang?" , pertanyaannya terus dilontarkan. Membuat Hidan harus menjawab dengan detail.
"Pagi tadi nyonya."
Mengambil tempat untuk mengistirahatkan kaki nya yang kaku. Nenek Chiyo mengambil duduk di sofa empuk berwarna hitam.
Hatinya terus bertanya-tanya tentang keberadaan Sasori. Cucu yang ia rindukan setelah sepuluh tahun menjauhi dan membencinya. Kini datang kembali. Entah bahagia atau terharu, Nenek Chiyo hanya bisa bungkam dan diam.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Moon Is Shining
FanfictionTidak ada manusia di zaman modern yang mempercayai adanya kutukan. Namun, tahukah kamu jika Kutukan seorang iblis menimpa salah satu manusia suci. Dari kutukan binasa itu. Kehidupannya terusik, tersisih bahkan di buang. Kekejaman menelan terang seh...