Kedua

19 2 0
                                    

Hal pertama yang kudengar adalah hening. Aku tidak mendengar apapun. Aku hanya mencium aroma maskulin yang masuk hingga menembus hidungku. Sedetik kemudian, pandanganku mulai terbuka. Awalnya hanya bayangan buram saja. Tapi, setelah sekitar 4 kali aku mengerjapkan mata ada bayangan sosok laki laki dengan kacamata.

"HWAAA!!" Aku berteriak histeris.
"Sssttt.." desis seseorang.
"Gue dimana?" Tanyaku seraya melihat sekitarku. Ruangan putih dengan bau alkohol. Ruangan ini cukup dingin. "Lu di UKS. Baru hari pertama udah pingsan." Orang itu bergumam. "Mas Tyo ya?" Tanyaku. "Bukan, gue Alan. Yaiyalah, gue Tyo, bego." Mas Tyo berdecak kesal melihatku. "Ya nggak gitu. Gue kan cuman mastiin. Barangkali kembarannya." Ujarku. "Gak lucu." Balas Mas Tyo. "Emang! Siapa kata gue ngelawak." Ujarku. Mas tyo hanya berdecak kesal lagi menanggapi gumamanku. "Eh, sekarang udah jam pulang nih. Mau gue anterin pulang aja?" Tanyanya. Aku mengangguk. "Tolong ya anterin gue pulang." Jawabku. Dia hanya mengacungkan jempolnya dan tersenyum lebar hingga memperlihatkan deretan giginya. "Makasih." Kataku. Mas Tyo mengangguk.

Aku dan Mas Tyo berjalan menyusuri lorong yang panjang. Lorong yang mulai menyepi. "Yas, lu gak papa kan?" Tanya seseorang yang tiba tiba menepuk punggungku. "Eh," kagetku. Aku menengok. Kudapati Rara berada dibelakangku. "Gue gakpapa kok." Jawabku seraya tersenyum menanggapi Rara. "Oke, gue balik dulu ya!" Aku berlari seraya memegang tangan Mas Tyo. Hingga, ia berlari dengan terseok seok. "Pelanan dikit lah, Yas." Kata Mas Tyo. Aku memelankan lariku.

Sampai.
Kita telah sampai diparkiran. Mas Tyo berjalan gontai menuju sebuah sepeda motor. Kemudian, ia menyodorkan sebuah helm kepadaku. Aku menerima helm yang sidorkan Mas Tyo. 5 detik kemudian, kami telah duduk manis diatas sepeda motor Mas Tyo. Setelah itu, kami segera melaju menuju rumahku.

Setelah hampir 15 menitan. Kami sampai didepan rumah minimalis berwarna biru muda dengan pagar berwarna putih. Mas Tyo melambaikan tangannya kearahku. Dan pergi setelah itu.

Aku menghampiri pagar rumahku. Pagar putih yang kusam dan sedikit tidak terawat. Aku menggeser pagar itu dengan pelan seraya tersenyum miris melihatnya. Setelah kututup pagar rumahku. Aku menghela nafas panjang.

"Huftt.."
Aku mengumpulkan keberanianku dan berjalan menuju pintu depan rumahku. Kubuka pelan.

"Aku pulang." Ujarku dengan pelan.

Prak.

Bunyi itu lagi. Bunyi yang sangat keras mendengung menuju gendang telingaku. Bunyi yang disertai rintihan mengiris dan menyayat hatiku.

Aku berdiri didepan sini. Melihat semua kejadian ini dengan tangisan tanpa suara. 'Gue harus kuat.' Batinku terus berdengung. Aku berlari kedepanku,

Bunda.

1 kata yang selalu membuat hatiku teriris. Aku memeluk bundaku dengan erat. "Bunda, baik baik saja nak." Suaranya terdengar kaku dan pilu.

"Ayaah, tolong hentikan." Ujarku dengan suara parau seraya masih tetap memeluk bundaku.

Ayahku berdiri mematung sembari melihatku.

Bruk.

Ia menjatuhkan tongkat sepanjang 50cm yang sebelumnya dipegang.

Aku menuntun bundaku ke dalam kamarku. Aku mengambil kapas, alkohol, dan tissue. Ku obati setiap luka ditubuhnya seraya menangis tanpa suara.

"Bun, aku benci ayah." Ujarku dengan parau.

Bunda mengusap ngusapkan tangannya diatas kepalaku. "Ini salah bunda, nak. Bukan salah ayahmu. Ayahmu orang yang baik. Kamu salah." Ia berkata seraya tersenyum.

Kenapa? Kenapa senyum itu selalu membuatku tenang? Kenapa masih terukir senyum hangat diwajahnya saat ia disakiti? Kenapa senyum itu selalu ada saat cobaan datang?

"Bunda tidak bisa memutuskan hubungan ayah dan bunda begitu saja. Kamu punya adik, nak." Bunda memelukku erat. "Mia, anak sepolos itu. Bunda bersyukur dia tidak pernah tau pertengkaran ini." Ujar Bunda.

Mia, adikku. Gadis berumur 11 tahun itu sedang belajar kelompok dirumah temannya.

Setelah selesai memelukku. Bunda terbaring diatas kasurku dan tertidur. Aku hanya terdiam disampingnya seraya menggenggam tangannya.

Hangat.

Kehangatannya selalu mencairkan dinginnya hatiku. Setelah itu, aku tertidur pulas disampingnya.

~to be continue~
Maaf ya minna, update nya lama. Kemaren ts harus persiapan buat lomba walau akhirnya kalah*huft.

Vomment plis😊
Makasih yang udah berkenan baca. Luv yu all😚

Arigatou gozaimasu~

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 26, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

At First SightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang