nine

131 7 0
                                    

louis pov

"Zayn, Dill" kata gue setelah menyalakan mesin motor gue. Dia tetep diem dan nggak ngerespon omongan gue barusan, wajahnya....bengong, kayak apa ya? kebanyakan pikiran? ah masa, biasanya juga lama mikir. 

Gue memang udah menebak sih kalau hubungan Zayn sama Dilla---Anca deng, pada akhirnya bakal berakhir kayak gini. Cuma gue bingung, kenapa mereka nggak bisa mempertahankan lebih lama lagi? Baik Zayn ataupun Dilla menurut gue sama-sama belum saling mengenal satu sama lain, sih. 

Buat gue, Anca yang Zayn kenal sama Dilla yang gue kenal itu beda. Anca yang Zayn kenal terkesan jaim dan gengsi, sementara Dilla yang gue kenal bisa diajak kanak-kanakan bareng--atau lebih tepatnya dia emang kayak bocah.

Emang sih, Dilla kadang suka batu alias keras kepala, tapi kalau udah waktunya, dia bakal sadar dan ngaku sendiri kesalahannya. Ah, tau lah pusing gue ngurusin percintaan orang. Percintaan sendiri aja nggak jelas.

Akhirnya gue sama Dilla sampe di kedai es krim langganan kami, atau lebih tepatnya langganan Dilla yang akhirnya jadi tempat langganan gue karna gue sering kalah taruhan sama dia dan akhirnya harus traktir dia es krim disini. Nggak masalah sih ya, murah. Coba mintanya kayak cewek-cewek lain, iiissh nggak kuat bayanginnya. Bisa-bisa nggak punya dompet gua.

"Woi bengong aja daritadi!" kata Dilla mengagetkan gue. "Buru ah, Lou. Mau pesen nih" lanjutnya sambil sedikit berlari kecil menuju tempat pemesanan. Liat sendirikan? Kayak bocah.

Setelah menunggu sekitar 5 menitan, Dilla kembali bersama nampan berisi 2 cup waffle ice cream vanila dengan topping strawberry dan vanila dengan topping coklat

"Gue belum bayar, loh. Lupa nggak bawa dompet" katanya sambil cengengesan.

Gue mendecak lemah, "Kan gue yang traktir emang" balas gue sambil menyuap waffle vanila bertopping coklat

Gue bisa liat ekspresi kegirangannya Dilla setelahnya, dan pun dia juga menyuap waffle vanila bertopping strawberry ke mulutnya. Nah ini nih yang gue suka sahabatan sama Dilla, dia jadi cewek kalau lagi makan nggak ada jaim-jaimnya.

Gue langsung meraih tissue untuk mengelap pinggiran mulut Dilla yang belepotan selai strawberry itu.

"Dasar anak kecil. Makan ice cream aja belepotan" kata gue yang disambut sekilas wajah kagetnya yang diganti senyuman, gue pun membalas senyuman dia.

Gue bener-bener sadar, sebenernya untuk bikin Dilla bahagia itu nggak perlu muluk-muluk,

dan gue selalu harapin yang terbaik untuk lo kok, Ca:)

~~~~

been a long time gue nggak urusin ff2 laknat gue ini.

fyuh ajarkan aku untuk mengerjakan sesuatu sampe tuntas dong,

karna sejujurnya, gue itu orangnya gampang bosennya huh :')

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Aug 01, 2016 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

One Hand 》Z.J.MWhere stories live. Discover now