"Sorry, ini bangku gue,"
Mendengar sebuah suara yang ia yakini bertuju pada nya, ia pun mengangkat kepala nya. Ia melihat gadis yang tadi pagi menabrak nya tengah menatap nya datar.
"Bangku lo?" Tanya nya seraya menaikkan sebelah alis nya.
"Iya, itu tas gue dikolong meja. Liat tuh pake mata, bukan jalan pake mata."
"Tapi, gue mau nya duduk disini,"
"Alevin, ada apa?" Tanya seorang cewek yang baru datang menghampiri mereka, Nadila hanya melirik nya sekilas.
"Yang cowok ini dudukin bangku gue, dan yang lo dudukin bangku temen gue,"
"Gue udah bilang kalo gue mau duduk disini, salah siapa lo ngga ada tadi?"
"Ale, udah kita pindah aja. Tadi kan juga udah dikasih tau kalo bangku ini ada yang punya," ujar gadis itu seraya menarik lengan seragam Alevin.
"Wesss, ada apa nih?" Tanya Danniel seraya merangkul Nadila, Nadila pun dengan cepat menyikut Danniel dengan siku nya.
"Cowok lo?" Tanya Alevin menatap Nadila.
"Bu--"
"Iya, kenapa?" Nadila menatap Alevin balik seraya melipat tangan nya dibawah dada.
"Tuh, ada cowok nya. Udah ayuk," ajak gadis tadi seraya merapikan beberapa buku nya kedalam tas.
"Kali ini gue ngalah, tapi lain kali ngga akan," Alevin menatap Nadila tajam lalu pergi membawa tas nya menuju bangku yang berada di depan.
"Ada apa sih?" Danniel bingung, apa yang terjadi dengan mereka bertiga? Nadila pun enggan untuk memberi tahu nya.
Nadila duduk di bangku nya dan menaruh kepala nya diatas lipatan tangan nya, ia memejamkan mata nya pelan. Awal hari yang buruk, pikir nya. Pertama, ia harus bertengkar dengan Elsa, yang membuat nya menurunkan adik nya itu dipinggir jalan. Kedua, mengapa ia harus bertemu orang seperti Alevin? Wajah sok ganteng nya itu membuat Nadila ingin sekali menelan nya hidup-hidup.
As long as you love me
As long as you love me
As long as you love mePonsel Nadila pun berbunyi, pertanda ada panggilan masuk. Ia memang sengaja memasang lagu As Long As You Love Me dari Justin Bieber untuk nada dering ponsel nya. Ia melihat layar ponsel nya untuk mengetahui siapa yang menelpon.
"Ck, anak kecil itu pasti ngadu," Nadila berdecak sebal lalu men-slide layar ponsel nya untuk mengangkat telpon.
"Hallo?"
"Kenapa?" Tanya Nadila malas. Ia sudah tahu apa yang akan dibicarakan oleh Poppy sang ibu.
"Kenapa kamu turunin Elsa dipinggir jalan?"
"Dia bilang kalo dia males bareng sama aku, yaudah aku turunin aja."
"Tapi, ngga usah sampai di turunin seperti itu, kasihan dia telat masuk sekolah."
"Kasihan?" Tanya nya tersenyum miring.
"Iya, kamu jangan gitu dong, Nadila. Masalah kecil selalu kamu besar-besarkan, selalu Elsa yang kamu marahi, selalu Elsa yang kamu salahi. Kapan kamu ingin berhenti membenci adikmu itu? Kasihan dia."
"Mommy selalu kasihanin sama Elsa, kapan Mommy kasihanin aku? Aku sampe lupa kapan terakhir kali Mommy perduli sama aku," ujar nya tersenyum miris.
"Bukan Mommy ngga perduli sama kamu, tapi kamu yang ngga mau Mommy perduliin,"
"Terserah," Nadila mematikan sambungan telpon nya secara sepihak, ia sangat malas jika harus membicarakan ini. Karena pasti ia yang akan salah dimata ibu nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unbelieveble
FanfictionEpilog. Semenjak kematian ayah nya Nadila menjadi gadis yang rapuh, tetapi ia tidak pernah menunjukkan itu kepada siapapun kecuali Danniel. Cowok yang bersahabat dengan Nadila tepat sejak kematian ayah nya, hanya Danniel yang dapat mengerti Nadila...