DUA : SE-CHILDISH-NYA ALEX DAN SESABARNYA CITRA

213K 12K 211
                                    

Aku menurut saja saat Alex membawaku menuju pinggir lapangan basket, membawaku dengan sangat posesifnya seperti takut aku bakal tergores saat itu juga. Dia benar-benar cowok psycho yang pernah kutemui. Ketika aku harus menerima secara paksa kehadirannya, saat itu pula aku tau hidupku bakal nggak normal.

Dia memintaku menunggu selesai berlatih dengan timnya. Harus kuakui, aku memang seorang pengecut yang seminggu kemarin Alex memerintahkanku menjadi kekasihnya tapi aku malah tidak memiliki keberanian untuk tetap menegaskan kalau aku menolaknya.

Aku duduk sambil membalas pertanyaan dari Ask.Fm-ku yang mungkin bakal kugunakan saat aku bosan menunggu Alex seperti sekarang ini. Dia sibuk dengan dirinya sendiri, dan aku malah dipaksakan sibuk untuknya. Setelah Alex memerintahkanku untuk menjadi pacarnya, di malam itulah aku sibuk mengurung diri dikamar dengan air mata yang membanjiri wajahku.

"Kamu tunggu disini, jangan kemana-mana. Aku suka sama cewek penurut, aku kesana dulu, aku sayang kamu" Lalu dia mengecup puncak kepalaku saat aku sudah benar-benar duduk di bangku.

Aku hanya terdiam. Semenjak menjadi pacarnya aku lebih banyak menurut, sekali saja aku memberontak maka habislah aku ditangan Alex. Dia paling benci melihatku menjadi tidak terkontrol, dia benci saat aku tidak mendengarkannya, dia benci saat aku melanggar peraturannya, dia benci saat aku mengabaikannya, dia benci saat aku melawannya saat dia sedang memarahiku, dia benci saat tau kalau aku belum mencintainya.

"Iya" jawabku seadanya, lalu dia pergi dari hadapanku dan berkumpul bersama temannya.

pandanganku fokus pada hp yang tengah kugenggam, aku lebih suka membaca cerita lewat aplikasi, sudah lama aku tidak memiliki waktu untuk diriku sendiri. Lalu kutegakkan kembali kepalaku saat leherku mulai pegal, kuedarkan pandanganku pada area kampus. Biasanya sabtu sore seperti ini beberapa kegiatan seperti club bahasa inggris, club bela diri, atau club sains bakal datang.

Aku menyipitkan mataku saat melihat Karin melambaikan tangannya padaku. Aku hanya tersenyum menyapanya dan dia malah mendekat kearahku dan duduk disampingku. Aku merebut makanan ringan dari tangannya.

"Ngapain lo disini ?" Aku bertanya sambil mengunyah makananku.

"Tadi gue nonton debat dari jurusan Sastra inggris sama Komunikasi"

"Oh ya ? Debatin apa ?"

"Gue nggak terlalu perhatiin, tapi kalau nggak salah debatin 'Bahasa Internasional"

Aku hanya mengangguk lagi. Cukup deh aku menonton debat seperti itu. Yang ada otakku malah semakin bingung melihat saat dua kelompok saling berdebat hanya untuk mempertahankan pendapat mereka yang dikira benar. Banyak setelah mereka berdebat lalu menjaga jarak antar jurusan.

"Si Alex mana ?"

Aku mengarakan kepalaku pada sekumpulan anak dari tim basket berbaju merah yang bergerak berpencar sambil mengarahkan pandangan pada bola yang bakal masuk ke ring basket. Aku melihat Karin mengangguk mengerti, dia sudah jelas tau kalau aku tidak bisa kemana-mana sendiri tanpa seizin Alex. Ya bisa dibilang kalau kemana-mana aku selalu meminta izin pada cowok itu. Kalau tidak, siap-siap saja mendengar omelan beserta beberapa ancamannya itu.

"Cit, gue cuma mau berpendapat aja ya tapi jangan marah," katanya, "sebenernya gue kasian sama lo yang jadi pacarnya Alex. Gue nggak pernah liat lo lagi punya waktu buat diri sendiri. Gue bisa ngerti kok kalau kita udah jarang jalan bareng karena lo pacaran sama Alex, tapi yang gue khawatirin, lo-nya malah jadi tertekan gini"

Karin menggenggam tanganku erat, sudah kesekian kalinya dia berkata seperti ini. Tapi semakin dia mengatakan ini, semakin membuatku sedih sendiri. "Maaf, gue bukannya nggak mau main bareng lo, bahkan gue kangen pas kita jalan bareng lagi" kataku sedih, langsung saja kupeluk Karin. "Lain kali gue bakal diem-diem kalau kita jalan bareng"

"Jangaaaan!"

Loh.

"Kenapa ?"

"Ntar lo kenapa-kenapa lagi, gue kan takut tiba-tiba lo ada dikoran sambil meringkuk dalam karung"

"Kariiiiiiiin!" Kataku kesal sambil memukul paha kuat.


🌹🌹🌹


BRAKK!!

Aku melongo saat Alex dengan santainya membanting hpnya sendiri dilantai rumahku. Aku menatapnya terkejut saat dia menatapku juga. Maksudku aku tidak tau loh dia kenapa bisa sampai begitu, yang kutau adalah dia sudah sinting membanting hpnya sendiri tanpa alasan.
Benar-benar psycho.

Aku meletakkan makanan yang baru saja diantarkan oleh kurir restoran yang Alex pesan tadi. Aku memungut hpnya yang sudah berubah menjadi potongan puzzle yang sepertinya tidak bisa dipakai lagi.

Aku menghela nafas lelah. Benar-benar lelah dengan sikapnya

"Kenapa lagi ?" Kataku malas. Aku sudah cukup bosan dengan tingkah Alex yang kurasa tidak jelas.

Dia menatapku tajam, "Siapa cowok itu ?" Alex masih duduk dengan sikap tenangnya di sofa bed depan ruang Tv. Aku meletakkan potongan ponselnya diatas meja bersebelahan dengan makanan tadi.

Aku mengerutkan dahiku bingung. "Siapa ? Kurir tadi ?"

"Bukan! Cowok disebelah rumah kamu"

Oh. Seketika mataku membulat. Tidak mungkin cowok itu sudah balik dari luar kota. Benarkah dia sudah kembali ?. Aku saja sampai tidak terlalu memperhatikan sekitarku, dan anehnya lagi Alex malah melihatnya. Gio.

"Kenapa ? Seneng kamu disenyumin tadi ?" Tuduhannya benar-benar nggak masuk akal. Dia itu childish banget kan,

Sumpah aku nggak sadar kalau ada Gio saat itu

"Loh kok kamu mikir gitu ?"

"Habisnya wajah kamu nunjukin begitu"

Kupejamkan mataku sejenak, beruntung dirumah tidak ada orang tuaku jadi mereka tidak tau kalau Alex sedang kumat. "Aku nggak ada apa-apa sama Gio"

"Aku bisa liat dari mata cowok yang kamu maksud itu" dia melipat kedua tangannya sambil menyipitkan mata seperti berusaha menyelidikiku.

"Dia temen aku! Gimana bisa kamu mikir aku ada apa-apanya sama dia"

"Kamu pikir temen nggak bisa jadi pacar ?!" Dia mendengus kesal.

Lah ini anak kenapa sih.

"Aku nggak mau tau, pokoknya kamu jauhin dia"

Dasar kekanak-kanakan. dia selalu ingin dituruti, tapi dia nggak mikir perasaan aku juga.

"Kamu dengerin aku nggak sih ?!" Mulai lagi deh perintahnya.

"Iya iya aku denger"

MY POSSESSIVE BOYFRIENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang