PART 5

68 12 4
                                    

Hari ini tanggal 20 desember bertepatan empat hari lagi aku menikah, aku sudah tidak sabar melihat fatimah keluar dari pingitan dan melihatnya menggunakai pakaian pernikahan, pasti fatimah sangat cantik pada hari itu.

Tok... tok.... tok.... ali... ali...

Aku segera membuka pintu kamarku dan melihat ibuku membawa sebuah kotak berukuran cukup besar dan sebuah bingkai foto yang tertutup kain, aku langsung membantu ibuku membawanya ke tempat tidurku lalu ibu duduk dan aku menutup pintu ku.

"Ini apa bu?" Tanyaku

"Ini mahar mu nak, ibu telah berjanji untuk membuatkan nya kan jadi ini ambil." Sambil memberikan bingkai foto.

Saat aku membuka kain yang menutupi bingkai foto itu aku benar benar terkejut melihat hasil karya ibuku yang menyulap maharku menjadi hiasan di dalam bingkai foto seperti itu.

"Bu.. ini bagus sekali terimakasih bu." Sambil aku memeluk erat ibuku.

"Ah... ini biasa saja nak."

Ibuku seperti menahan air mata yang mau jatuh di matanya, aku tau ibu sedang memikirkan sesuatu.

"Bu.." sambil menatap ibuku.

"Iya ali.." coba memalingkan wajahnya.

"Ibu.. kenapa ibu menahan air mata ibu untuk terjatuh?" Tanyaku.

"Hah.. air mata apa tidak ada ali." Sambil tersenyum.

Tapi sesaat sehabis aku lihat mulut ibu tersenyum air mata terjatuh di sisi kanan matanya dan aku tak kuasa lagi melihat ibuku seperti itu.

"Ibu jujur saja kepada ali bu?" Tanyaku sambil mendesak ibu.

"Iya ali, ibu hanya berfikir kamu pasti nanti akan sibuk dengan keluarga kecilmu yang bahagia, kamu akan bekerja seperti saat ayah pertamakali memiliki anak dan di saat itu kamu akan melupakan ibu untuk sementara karna untuk keluarga seorang ayah pasti akan melakukan apa saja untuk keluarganya." Air mata turun deras membasahi pipinya.

"Bu.. itu tidak mungkin terjadi ali akan terus datang ke sini bersama fatimah bahkan bersama cucu ibu, ali janji bu." Sambil tanganku menghapus air mata ibuku.

"Sudah tidak perlu membahas ini lagi, lihat ini!" Sambil memberikan kotak besar itu kepadaku.

"Apa ini bu?" Tanyaku.

"Buka saja!" Pintanya.

Saat ku buka ternyata isinya adalah sebuah baju koko putih, jam dinding, sajadah, tasbih, mukena, Al quran dan sebuah kopiah. Aku terdiam dan tak bisa memalingkan pandanganku dari kotak itu.

"Ali.. ali.. " ibu mencoba menyadarkan ku.

"Eh.. iya bu, ini untuk apa bu kan aku..." ibu langsung memotong perkataan ku.

"Ibu tau kamu mau bilang kamu pasti bisa membelinya jadi untuk apa ibu memberi barang seperti ini. Jadi begini ali ibu tau kamu bisa membelinya tapi apakah salah jika ibu membelikan nya untuk anak ibu? Ibu membelikan mu baju itu agar kamu tidak merasa malu datang untuk shalat berjamaah di lingkungan barumu nanti. Ibu membelikan mu jam dinding agar kamu nanti ingat jam berapa kamu harus fokus ke dunia dan jam berapa kamu menyembah, mendekatkan diri dan mengadukan keluh kesahmu kepada penciptamu. Ibu membelikanmu sajadah agar saat kamu bisa melakukam shalat sunnah di rumah atau shalat bersama keluargamu nanti menggunakan sajadah pemberian ibu. Ibu membelikan mu tasbih agar kamu bisa terus berzikir dan bertasbih mengingat tuhan mu. Ibu membelikanmu mukena itu untuk fatimah agar saat berjamaah dia menggunakan mukena pemberian ibumu. Ibu membelikan mu al quran agar di manapun kamu kamu ingat untuk membacanya. Ibu membelikanmu kopiah agar kamu bisa menjalankan sunnah nabi nak. Itu yang ibu mau walau tak ada ibu kamu harus tetap menjalankan kewajibanmu sebagai muslim."

ANNA SILENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang