Chapter 1 "Picked"

18 3 0
                                    

Aneh memang ketika engkau tahu semua tentang dia namun tidak bisa bersama. Terkadang,aku berfikir untuk apa dua orang saling bertemu namun pada akhirnya mereka tidak bisa bersama? Bahagia, sakit hati. Tawa dan tangisan, semuanya sudah kurasakan. Dia pergi lalu datang kembali. Dia menyakiti, lalu memperbaiki.

Aku teringat saat itu. Senyumnya, tawa lepasnya, kerutan dahinya, semua tentangnya.Aku ingat dia, seperti setiap momen dengan dia membekas dalam otak dan hatiku.Bukan, dia bukan pacarku. Dia berarti bagiku namun takdir belum membiarkan kita bersatu.

Aku ingat saat pertama kami bertemu,suatu kebetulan yang tak pernah ku ketahui akan begitu membekas dan berarti. Awalnya, hanya sebuah perkenalan singkat,lalu kami berkirim pesan dan kami menjadi cukup dekat. Satu bulan,dua bulan, tiga bulan berlalu tiba-tiba perasaan itu muncul. Perasaan yang berlalu tak bisa aku hindari. Lucu ketika mengingat semuanya terjadi secara tidak sengaja. Sesuatu yang awalnya biasa menjadi begitu berarti. Empat bulan,lima bulan, enam bulan,aku menyadari bahwa aku benar-benar menyayanginya. Namun segala sesuatu tentu berubah bukan? People change, feelings change. Sometimes when people grow, they grow apart. He turned my world upside down.

Kamu tahu rasanya ketika seseorang yang sangat berarti tiba-tiba pergi dari hidupmu? Kecewa, sedih. Kamu tahu ketika orang itu pergi dan kita berusaha melupakannya namun seketika dia hadir lagi? sulit. Dia selalu begitu, detik ini dia datang, detik berikutnya ia pergi. Tapi aku tidak peduli. Aku masih disini, menunggunya

Enam bulan setelahnya, dia benar-benar pergi. Dia mendapatkan seseorang, namun orang itu bukanlah aku. Sedih? Sudah pasti. Namun rasa sayangku masih lebih kuat untuknya,terlalu naïf memang. Tapi aku merasa dia yang terbaik untukku,dia akan kembali padaku, mungkin tidak saat ini tapi dia pasti kembali padaku.Sugesti-sugesti seperti itu yang selalu aku terapkan, namun kenyataan nyaseperti memusuhiku. Memang benar terkadang apa yang kita harapkan tidak sesuai dengan kenyaataan. Lalu aku sampai pada titik lelah. Mengetahui kenyataan bahwa ia takkan kembali.

Aku terlalu bodoh karena tidak bisa melihat kebahagiaan dalam sisi yang lain. Karena selama ini yang aku tahu,kebahagiaan ku adalah dia. terkadang Tuhan membanting kita jatuh untuk menyadarkan kita bahwa apa yang kita pertahankan selama ini salah. Aku sayang dia,tapi bagaimana dengannya? Dan aku pun sadar bahwa titik puncak tertinggi cinta itu merelakan kepergiannya.

By: http://achandise.blogspot.co.id

Cakka menghempaskan napasnya kesal.Sudah satu jam, nomor sivia tidak bisa dihubungi. Bbm nggak deliv. Sms apalagi.

"dia sebenernya kemana sih,ag?"tanya cakka sambil mengoper bola basketnya pada agni.

Agni mendribble bola tersebut dan lay up. Dan sempurna, three point untuk agni. Agni pun berbalik pada cakka yang sudah lebih dulu duduk di pinggir lapangan.

"Lo udah coba hubungin telfon rumahnya belum?"

Cakka menggeleng. "Selama dia belum di bolehin pacaran, mana berani gue telfon rumahnya! Gila aja,bisa di putusin gue. Lo tau sendiri kan gimana sayangnya gue sama sivia?"

Agni tersenyum, perih. Dengan terpaksa ia mengangguk. "Tau kka, tau banget." Jawabnya penuh arti

Cakka lagi lagi menghempaskan napasnya, kali ini lebih berat dari pada sebelumnya. "kalo sivia selingkuh,gimana? Kalo anceman Alvin sewaktu seminggu abis gue balik dari rumah sakit kejadian, gimana? Gue belum siap kehilangan sivia, ag..."

'dan gue belum siap nangis di depan lo sekarang, cakka...' batin agni pedih. Melihat cakka yang frustasi gara-gara satu gadis bernama Sivia itu sudah mampu membuat batin agni bergejolak menyala-nyala terbakar api cemburu. Apalagi mendengar dari mulut cakka sendiri betapa ia menyayangi Sivia. Rasanya, hati agni tercabik-cabik.

"udah ah kka, lo nggak boleh suudzon gitu ke sivia. Lo tau sendiri kan,sivia tuh kapten cheers. Lo harus tau kesibukan dia.mungkin hapenya lowbatt dan dia lagi latihan cheers. Udah sekarang kita seneng-seneng aja. Lagian, kita udah kelas tiga. Waktu luang buat basketan berdua kaya dulu tuh nggak dateng seminggu sekali, bisa sebulan sekali,atau dua bulan sekali. Kita nikmati aja yang ada,kka. Biarin semuanya mengalir..."

Cakka menyenderkan kepalanya pada bahu agni. Membuat jantung agni seperti melompat keluar karena aksi spontan cakka. seperti disengat listrik,tubuh agni pun beraksi cepat. Namun sepertinya,cakka tak mempedulikan itu.

"Lo ngomong apaan sih ag? Kok jadinya ngelantur kemana-mana" gumam cakka sambil memejamkan matanya.

Agni menghembuskan napas gelisah.'cakka, sampai kapan lo nggak bisa ngeliat gue? Apa perasaan gue begitu buram,sampe lo nggak bisa membacanya?'

.

.

.

.

.

Agni sibuk bermain hape blackberry putih nya tiba- tiba ia mendengar suatu percakapan di sebuah ruangan dan seperti nya ia sudah tidak asing lagi mendengar suara itu. Astaga ternyata benar itu suara Sivia dan Cakka sedang bertengkar.

"Kamu itu pacar aku apa bukan, sih? Aku tuh udah berusaha ngertiin kamu! Kamu nggak pernah ngertiin aku! Aku kurang apa,sih vi?? apa aku belum sempurna juga di mata kamu? Apa malah,aku nggak ada artinya?"

"Usaha kamu yang kurang, kka! Kamu bilang,kamu berusaha ngertiin aku? Mana,kka? Mana? Sampe sekarang aku nggak pernah tau kamu 'berusaha ngertiin aku'. Oke, aku terima kamu sahabatan sama agni! Tapi,nggak dengan kamu jalan berdua tiap weekend kan?"

Telinga dan mata agni melebar ketika mendengar pertengkaran yang berada di ruang Pecinta Alam yang sepi karena letaknya di ujung koridor kelas X, yang jauh dari gerbang. Bahkan terletak dibelakang sekolah.

Agni pun memberanikan diri untuk mendekatkan telinga pada salah satu jendela yang sedikit terbuka. Mengintip sosok cakka yang jakung menggunakan sweeter putih-biru kebanggaanya,dan sivia yang masih dalam balutan seragam cheers.

"kenapa jadi bawa-bawa agni?!"

"Aku cemburu, cakka! aku nggak suka kamu sering jalan sama agni..."

"aku sering jalan sama agni karena kamu nggak pernah ada waktu buat aku. Asal kamu tau aja"

"tapi tetep aja,kka. Aku tuh cemburu. Awalnya fine fine aja. Aku juga tau sedeket apa kamu sama agni.Tapi,nggak dengan anak-anak yang lain kan? Sakit, kka, saat ada orang lain yang bilang 'siv cowok lo jalan sama cewek lain tuh. kok nggak lo marahin sih? Lo nggak cemburu?'."

Dengan tangis yang mulai mengucur,sivia melanjutkan penjealsan nya. "awalnya aku abaiin semua kata kata anak-anak,kka. Tapi makin lama mereka tuh makin gencar ngasih aku info. Soal kamu sama agni. Aku pengen nggak percaya,kka. Tapi banyak banget yang tau.Semua orang nuduh kamu sleingkuh. Padahal aku tau maksud kamu nggak gitu."

"tapi aku tetep punya batas, kka.Karna aku cewek. Aku...jujur...juga sakit banget. Tapi mau gimana lagi..."

"kita kan bisa ngomongin ini baik-baik, via. Nggak perlu maen kucing kucingan gini. Aku tuh bingung harus nyari kamu kemana. Nomer kamu jarang aktif kalo pulang sekolah. temen-temen kamu bilangnya juga nggak tau mulu. Kalo aku telfon rumah kamu, nggak mungkin juga,kan?"

Isakan sivia makin keras,menggema didalam ruangan tersebut. Cakka selangkah lebih maju dan dengan sekali kedipan mata,agni melihat cakka sudah merengkuh sivia.

Padahal disini, badan agni telah bergetar. Menyaksikan adegan Cuma Cuma yang dipertontonkan takdir untuknya,secara langsung. Dan mendengar kata demi kata yang terucap dari kedua insan didalam ruangan itu.

"aku janji,nggak bakal deket deket agni lagi. tapi,kamu jangan matiin hape kamu lagi ya.."

Telak. Setelah mendengar ucapan lirih cakka tersebut,agni langsung berlari dari sana. Menumpahkan segala tangisnya di danau yang tak jauh dari sekolah mereka. Tak peduli tatapan penuh tanya orang-orang yang ada disekitar danau tersebut. Yang ia inginkan hanya sendiri. menangis. Hingga lega.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 09, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PickedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang