Happy reading :)
------------------✂
Tepat pada tanggal 14 April 1998 aku terlahir ke Alam Allah yang indah ini, aku terlahir dari rahim ibu yang begitu menyayangi ku, kakak-kakakku pun sudah menunggu ke datangan ku di antara mereka. Ayahku atau yang sering aku panggil dengan sebutan Abah, juga sangat sangat menyayangiku.
Abah begitu hebat, beliau berhasil mendidik anaknya menjadi anak-anak yang Soleh dan Sholihah, tapi pada dasarnya kita semua manusia yang ditakdirkan menjadi tempatnya lupa dan salah. Begitu pula aku, aku tidak luput dari dosa.
---------------✂
Januari, 2013
"Qum! Qum! Tahajud awalan!" suara yang sangat aku kenal itu membuat aku segera membuka mata dan bangun dari ranjang yang sama sekali tidak empuk. Itu lebih baik, dari pada aku harus meninggalkan waktu Shalat tahajudku untuk tertidur lelap di atas kasur yang empuk.
"Sal, ambil wudhu bareng ya," ajak Khanza yang tengah bersiap siap memakai mukena untuk menyusulku. Aku mengangguk sebagai jawaban dari ajakanya.
Salsabila Yusron itu namaku, banyak orang yang mengetahui namaku tanpa mengetahui wajahku. Yusron, itu nama Abahku selaku pemilik pondok pesantren ini yang sudah hampir 20 tahun berdiri.
Aku ikut mengantri berwudhu sama seperti santri yang lainnya, dalam posisi yang masih mengantuk, aku terus menahannya. "Ning, duluan aja wudhunya." ucap salah satu santri di depanku, sebenarnya aku tidak suka di panggil dengan sebutan 'Ning'. Walaupun aku memang anak Kiyai, tapi aku tidak suka itu, karna dalam posisi belajar semua di sini sama.
"Laa basaa, anti awalan," (*gak papa, kamu duluan) ucapku padanya. Lagi pula kita harus membudidayakan mengantri kan?!
Sekarang giliranku untuk mengambil wudhu, aku mulai dengan niat dan terakhir mencuci kedua kakiku dan membaca doa setelah wudhu. Aku dan Khanza melangkahkan kaki menuju Masjid, disana aku, Khanza dan santri lainya mendirikan Shalat tahajud sebelum istighosah -berdzikir- pagi dimulai.
Bismilahirahmannirahim..
Hasbunallah wa nik'mal wakil..
Istigosahpun sudah dimulai, yang dipimpin oleh salah satu santri putra. Beberapa anggota pengurus pondok juga berdiri untuk mengontrol jalannya istighosah ini, agar semua ikut membaca dan tidak ada yang tidur.
Ya latifu ya latif ya latifu ya latif..
Kantuk meyelimuti mataku, dengan sekuat tenaga aku menahannya, aku terdakang mengubah posisi dudukku agar tidak mengantuk, namun mataku justru merapat dan menutup pandanganku. "Kamu aja yang bangunin yu, aku ga berani diakan anaknya Kiyai." suara itu terdengar samar di telingaku, aku gak sepenuhnya tidur, masa iya tidur duduk?
"Sama, aku juga ga berani," suara itu akhirnya membuat aku memaksakan membuka mataku dan kembali ikut membaca istighosah.
"Khanza, cubit aku dong, aku ngantuk banget nih," pintaku, Khanza langsung mengambil alih lengan ku dan mencubitnya keras.
"Udah, gak ngantuk?" tanyanya di sela rintihanku, sakit banget Za! Aku mengangguk dan melanjutkan membaca istighosah pagi ini.
"Ya mubdi ya khalik ya mubdi ya khalik-" aku mengencangkan suaraku agar mengusir rasa ngantuk yang menjalar di mataku.
---------------✂
February,2013
Aku segera pergi ke rumahku yang masih ada di dalam lingkungan pondok pesantren saat mendengar Mba Fitri pulang dari Jakarta. Aku sudah kelewat kangen dengan Mba Fitri, apa lagi kegiatan begadang malam dengannya.
YOU ARE READING
Deretan Ma'rifat
SpiritualAku khusus? Jujur, aku tidak suka di beda bedakan dengan yang lain hanya karna aku anak Abah Kiyai di pondok tempat aku menimba ilmu. Pada dasarnya semua sama, manusia itu di angaap baik karena Adab bukan Nasab! Jadi aku harap, kalian juga mengerti...