Cerita ini udah di-edit. Dan banyak yang berubah. Sambil baca, silahkan di play yang ada di mulmed : )
Hope you like it, Guys!
Happy reading! XX
***
Hari ini, hari pertama Alyssa menginjakkan kakinya di hotel yang letakkan tak jauh dari keramaian pusat kota Bandung.
Alyssa akan menginap selama tiga hari untuk keperluan launching novel ketiganya yang baru saja terbit. Sudah tiga kota yang ia kunjungi untuk launching novelnya, dan banyak penggemar-penggemar yang dengan senang hati menunggu kedatangan Alyssa.
Senang, tentu saja. Bangga, itu pasti.
Tapi terkadang muncul beberapa pertanyaan di otak Alyssa yang sebenarnya sudah ia ketahui jawabannya, seperti; bagaimana ia memulai merangkai kata-kata di kepalanya dan dapat membuat semua itu menjadi sebuah bentuk yang nyata? Dari mana ia mendapatkan semua bayangan-bayangan atau skenario untuk novelnya?
Jawabannya hanya satu. Dia.
Saat SMA dulu, dia selalu percaya kalau Alyssa dapat menjadi sesuatu. Tapi dia lebih memilih pergi ke Australia untuk melanjutkan sekolahnya.
Awalnya Alyssa berpikir kalau dia terlalu egois karena telah meninggalkan Alyssa sendiri di Jakarta. Dhea, sahabat Alyssa pun juga pindah ke Bandung karena ia diterima di salah satu universitas di kota Bandung ini.
Dia yang dulu berjanji akan kembali. Dia yang dulu mengatakan kalau tidak saling berhubungan adalah hal yang terbaik. Dia yang dapat melakukan segalanya untuk orang yang disayanginya.
Enam tahun tidak bertemu dan hanya satu kali saling memberi kabar saat kuliahnya baru berjalan satu tahun membuat Alyssa sempat berpikir untuk melupakannya.
Banyak cara yang sudah Alyssa lakukan untuk hal itu. Salah satunya menyibukkan diri dengan membuat tulisan-tulisan di laptopnya. Juga dengan cara berkenalan dan berteman dengan banyak lelaki. Tapi tetap saja tidak ada yang bisa membuat Alyssa lupa akan dia.
Bunyi alarm ponsel Alyssa membuat dirinya tersadar dari lamunan anehnya.
Layar ponselnya berkedip. Ada tulisan "JANGAN LUPA KETEMU DHEA DI KAFE SEBRANG HOTEL MALEM INI JAM SETENGAH TUJUH" disana. Jam di ponselnya menunjukkan sudah pukul 17.45 dan Alyssa langsung beranjak dari kasurnya lalu mematikan televisi yang sedari tadi menyala hanya untuk mengusir hening di kamarnya.
***
"Alyssaaa oh my God! I really really miss you soo bad you knoww." Kalimat pertama si suara cempreng yang tidak berubah sejak dulu langsung mengalihkan fokus semua orang yang ada di ruangan berbentuk persegi yang memiliki banyak hiasan dinding dan cat kuning cerah menandakan keceriaan yang ada. Semua mata pengunjung langsung tertuju pada si pemilik suara dan si perempuan berambut panjang kecoklatan yang duduk dengan tenang menunggu dari tadi--sebelum yang ditunggu datang.
"Nggak usah lebay." Balas Alyssa sambil mengedarkan pandangan ke sekelilingnya untuk memastikan apakah pandangan para pengunjung sudah teralihkan atau belum.
"Gue kangen, tai." Kata si pemilik suara cempreng sembari menarik kursi dan duduk di hadapan Alyssa.
"Dhea lo nggak berubah."
"Iya dongg. Eh btw besok gue nggak bisa dateng ke launching lo, nih. Tadi tiba-tiba bos gue ngasih tau besok ada rapat pas jam makan siang, maaf ya sayang."
"Mendadak banget nih? Padahal gue pengen lo dateng."
"Ih jangan gitu dong, jadi merasa bersalah gue," Dhea menyeruput coklat panas yang sebenarnya sudah tidak terlalu panas, lalu melanjutkan, "gini aja. Lo di sini tiga hari kan? Berarti masih ada satu hari lagi buat hang out atau sekedar ngobrol-ngobrol cantik sama gue di hotel lo. Asik nggak tuh."
KAMU SEDANG MEMBACA
Golden Leaves
Short Story[1/1] Dulu setiap hari, setiap waktu, setiap jam, setiap menit, setiap detik, Alyssa tidak bisa mengalihkan pandangannya dari dia. Dia, orang yang selalu mengisi hari-hari Alyssa dulu. Dia, orang yang mempunyai sifat berbanding terbalik dengan Alyss...