2.

73 4 0
                                    

2. Perkenalan

**************************************************

Hujan deras yang mengguyur sore ini membuat beberapa murid akhirnya memilih diam di sekolah daripada pulang ke rumah. Sama halnya denganku yang memilih duduk di depan ruang guru. Kebetulan di depan ruangan itu ada sebuah kursi panjang dan juga, letak ruang guru yang langsung menghadap ke gerbang menjadikan tempat ini cukup strategis untuk aku tempati.

Bel sudah berbunyi sejak dua puluh menit yang lalu. Kei sudah pulang karena ia selalu dijemput entah itu oleh supir atau oleh Tante Mira, Mamanya. Beberapa anak kelasku pun memilih untuk pulang dengan hujan-hujanan daripada diam di sekolah menunggu hujan reda.

Huft. Kalau saja Bu Irma tidak memberi sedikit wejangan pada kami tadi, mungkin sekarang aku pun sudah diam di rumah, bergelung di dalam selimut atau menikmati sebuah cokelat panas sambil menonton drama korea. Sayangnya, beliau menceramahi kelasku karena katanya nilai biologi kami terjelek satu angkatan.

Ponselku tiba-tiba bergetar, ada telfon masuk dari Lovana.

"Hallo, Lov?"

"Mi, dimana lo?"

Seperti biasa, suara Lovana yang cempreng dan ga suka basa-basi.

"Aku di sekolah, masih kejebak hujan. Kamu dimana?"

"Gue di jalan. Kata anak-anak lo belum dateng. Mau gue jemput?"

"Lova bawa mobil?" tanyaku. Setauku, akibat kecelakaan yang dialami sahabatku itu, Lovana dilarang keras membawa mobil oleh Mami. Makanya paling Lovana naik angkutan macam taksi atau busway.

"Gue sama Sydney. Mau dijemput ga, sih?"

Seperti biasa, suara Lova yang ngegas kalau udah kesel.

"Oh, Sydney pulang, Lov?"

"Elkimi!!" Lova memanggilku dengan nada gemas. Aku hendak bertanya apa, namun suara gadis itu susah memotong terlebih dulu, "Ga penting nanya-nanyain Sydney. Jadinya lo mau dijemput apa engga?"

"Boleh, kalo ga ngerepotin tapi ya."

"Idih, kayak ke siapa aja lo."

Dan sambungan telfon pun terputus sepihak, tanpa ada kata-kata perpisahan. Aku memandang ponselku sejenak sebelum memasukannya kembali pada saku.

"Udah mau pulang, ya?"

Suara berat itu membuatku hampir terlonjak. Menoleh horror aku menemukan sosok si anak baru yang tengah berdiri dengan posisi yang menghadapku.

"Eh, iya. Kamu mau pulang juga?" tanyaku.

Dia mengangguk, kemudian ikut duduk disampingku sebelum aku hendak bangkit berdiri untuk keluar dari area sekolah. Yah, mau ninggalin dia jadi ga enak kalau gini. Masa dia duduk, aku malah pergi.

Ngobrol sebentar ga akan gimana-mana, kan? Lovana juga mungkin masih jauh.

"Iya, mau pulang, tapi hujan," jawabnya memandang langit yang terlihat gelap. Kemudian tiba-tiba ia menoleh padaku, yang membuat aku gelagapan karena ketahuan tengah memandanginya, "Eh, kita belum kenalan, ya?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 28, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

[2] SideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang