BAGIAN SATU

484 89 7
                                    


Naruto(c)Masashi Kishimoto

Pair : U. Sasuke X H. Hinata

Warn : Alur lambat, OOC, AU, Typo(s) etc

A/N :  Hanya sekedar drabble

HAPPY READING! :)

.

.

Hinata tahu tak akan ada yang spesial. Malam kali ini akan sama membosankan seperti sebelum-sebelumnya. Seperti minggu lalu saat dirinya mencoba datang lebih awal dari kesepakatan semula dengan pria itu.

Kecewa? Rasanya Hinata tak perlu mengalami hal yang demikian. Sekali pandang pun ia paham pemuda Uchiha itu bertabiat demikian.

Dua minggu ke belakang pada pertemuan pertama. Pria itu telat satu jam lebih. Tentu dengan beragam alasan.

Ya, Tuhan! Bolehkah ia pulang sekarang juga?

Hinata bosan duduk sendirian di bangku taman. Pantatnya keburu panas saking terlalu banyak bergeser menyamankan posisi.

Andai malam ini hujan turun dengan deras. Mungkin tubuhnya lekas berkarat. Korosi.

Menunggu bukan keahliannya. Layak patung dengan penuh kesabaran berdiam diri menjemput jiwa yang dijanjikan oleh sang Dewa.

Jelas, ia tak menganggap kondisi saat ini serupa demikian.

Ini tentu lebih signifikan. Lebih rumit hingga ia berbekal kesabaran yang tipis sudi menanti.

"Maaf-" Hinata hampir memutuskan beranjak pergi lima detik sebelum audio bariton menyambangi. Gagal- ia pastikan tak akan memberi kemudahan bagi pria yang baru saja memposisikan diri di sebelahnya. "Kau pasti lama menunggu.."

Hinata tanpa sungkan melontarkan cercaannya. Berusaha mencibir sepedas yang ia bisa.

"Owh, ku kira tuan muda Uchiha telah berubah perangai-" Matanya melirik sekilas. Kilatan kekesalan sama sekali tak bermaksud ditutupi."Ternyata toh sama saja. Membuat seorang gadis menunggu terlalu lama itu tak baik, Uchiha-san."

Uchiha Sasuke tertawa remeh. Bukan mengejek. Namun lebih pada takjub. Ia kira perempuan ini tak akan merengek sedemikian menggemaskannya. Perkiraannya meleset jauh. "Ah, ya, aku sudah minta maaf."

Hinata berdecih. Maaf?

Dipikirnya ia sudi berbelas kasih pada Uciha satu ini.

"Aku ingin mengajukan beberapa persyaratan." Hinata tak menatap Sasuke ketika menyuarakan pertimbangannya.

Sedang si pemuda Uchiha? Hei, pikir saja bagaimana ia bisa menolak kesempatan langka ini. "Apa?"

Sasuke menyamankan posisi. Sedikit menyender pada punggung kuris ketika si gadis Hyuuga memilih untuk berdiam menanti pertanyaan selanjutnya. "Apa yang kau ajukan, hn?"

Memutar bola mata bosan. Hinata bukan gadis remaja lagi yang akan merona bahkan ketika Sasuke dengan santai melingkarkan lengan dipundak Hinata. Demi apapun gadis itu tidak sudi!

"Berikan." Hinata menatap lurus. Pada Sasuke. Pada pria yang mengkerut bingung karena ucapannya. Oh, sejak kapan pula seorang Uchiha tak menaruh rasa curiga?

Mata Sasuke membulat. Tuhan benarkah praduganya. Pemuda itu lantas menggeram marah. "Jangan bilang ini tentang-"

"Ya!" Hinata Hyuuga dengan lancar memotong perkataan Sasuke Uchiha. Ah, tentu saja. Sekilas ia lihat raut keterpanaan di wajah maskulin itu. Mungkin juga rasa kaget berlebihan.

Menyadari keadaan Hinata menyeringai. Inilah saatnya! Inilah saat ia mempermainkan sang pewaris Uchiha! Segera gadis itu memulainya.

Bibir ranumnya mendekat, meniup sebelah telinga pria yang masih dia mematung. "Jadi.."

"Bolehkah aku memiliki setengah saham milik Uchiha?"

Sial!

Betapa gadis itu materealistis! Oh, jangan sebut dialah Sasuke Uchiha jika dengan mudah terjerat oleh prasyarat memuakkan Hinata.

Sang pewaris tahta pasti akan mendapatkan semuanya. Termasuk sang heiress Hyuuga.

Memilih mendekatkan wajah hingga ujung hidung keduanya hampir-hampir bergesekan. Ketika dengan mudahnya Sasuke menghembuskan nafas berat.

Untuk apa?

Tak ada yang lebih menyenangkan ketimbang menggoda seorang gadis keras kepala.

Sasuke memejamkan mata, mengangkat sudut bibirnya. Dari tatapan Hinata yang sempat ditangkapnya jelas keterjutan menyebar di wajah ayu itu. Mungkin rencananya telah terbaca.

"Baiklah."

Gantian Hinata membulatkan matanya. Apa maksud persetujan itu tentang-

"Siap-siap besok terikat janji denganku jika aku berhasil memenuhi keinginanmu, Hinata.." Pria itu kembali membuka mata ketika Hinata hampir saja membuka mulut hendak melayangkan protes.

"Ssst-" Telunjuknya tepat mendarat di bibir yang tak pantas melontarkan pembantahan. Itu salahnya. Salah ia yang mengajukan permohonan yang terlalu mudah diwujudkan manusia-manusia Uchiha. "..dan bersiap kehilangan ciuman pertama di depan wajah-wajah kerabatmu , sepertinya."

Tawa menggelegar menggema. Seolah saksi-saksi benda mati ikut berupaya menmantulkan suara.

Sasuke Uchiha tersenyum puas bahkan ketika ia mendapati wajah murung calon istrinya.

Hinata tak berucap sepatah kata pun. Sungguh lamaran jauh dari kata romantis!

"AKU TAK SERIUS MENGAJUKANNYA?!"

Hinata sebal luar biasa, yang benar saja pernikahannya bulan depan dipercepat keterlaluan.

Esok hari?

Bahkan ia yakin acara kantornya akan sangat padat ketimbang hari-hari sebelumnya.

"Siapa suruh mempermainkanku, hn?"

Dasar Sasuke sialan!

Bagi Hinata itu hanya candaan, tak lebih.

Tapi bagaimana bisa ia lupa? Uchiha tak mengenal kata main-main.

'Oh, Tuhan! Kenapa begini jadinya!"

Hinata terjebak oleh ulahnya sendiri.

�L��O

BAD LUCKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang