Hujan turun dengan deras guntur dan petir bergantian bergemuruh di angkasa memecah kesunyian malam. Seisi rumah itu terdiam dalam permainan pikiran masing- masing. Suasana mencekam semua terdiam hanya suara Tania istriku yang sesekali terdengar mengerang diiringi suara serak sang dukun.
Di kamar kecil ukuran 4 kali 7 itu suasana sangat mencekam. Mami kelihatan tegang kabut ketakutan bermain di wajahnya. wanita paruh baya dia biasa kupanggil mami sejak Setahun lalu ketika aku menginjakkan kaki di rumah ini bersama istriku tercinta Tania. Mami adalah sosok yang sangat lembut dan penyayang dengan kelembutan dan kesopanan layaknya wanita solo pada umumnya. Mami menikah dengan papi seorang lelaki perantauan dari manado.
Menanti detik-detik kelahiran bayi kami adalah hal yang paling menyiksa dan menegangkan.
"Bagaimana mbah....apa sudah ada tanda bahwa bayi tania akan lahir?"
"Sabar kira- kira setengah jam lagi...biarkan dia mengumpulkan tenaganya..untuk mendorong bayinya keluar"
Mami terdiam mencerna jawaban dari mbah Uta dukun bayi itu. Perkiraan dokter sebenarnya seminggu lagi makanya kami tidak terlalu siap untuk ke rumah sakit. Dan saat itu hujan sangat deras diiringi petir makanya kami tidak mengurus tania untuk melahirkan di rumah sakit. Menurut mbah Uta posisi bayi dan kondisinya sehat jadi tidak masalah jika dia melahirkan bayinya di rumah.
Mbah uta adalah dukun kampung yang berpengalaman bahkan konon mami ketika melahirkan anak pertamanya mas Bagus yang membantunya dalam proses persalianan adalah mbah uta juga.
Dan yang lebih hebat lagi bahkan ketika istri mas Bagus Mba Ayu melahirkan bayinya mbah uta juga yang membantu. Inilah yang menguatkan aku untuk mengisinkan istriku melahirkan bayi pertama kami di rumah, walau ada rasa was- was juga karena konon kabarnya wanita melahirkan anak pertama itu sangat susah. Akan tetapi mengingat usia istriku saat itu masih 21 tahun dan setiap bulan kami rajin konsultasi kesehatan bahkan bayi kami telah di USG dan kelaminnya adalah bayi lelaki. Menurut dokter ibu dan bayi kami sehat seminggu lagi akan lahir. Akan tetapi kehendak Tuhan lain dokter hanya prediksi dan saat ini dalam kondisi cuaca yang sangat buruk istriku sedang mengerang menanti kelahiran bayi kami.
Dan sungguh menyedihkan dengan uang pas-pasan karena seminggu yang lalu uang kami hampir dihabiskan untuk membeli segala peralatan dan perlengkapan bayi. Dan dana untuk persalinan istriku baru kuajukan kepada temanku katanya nanti hari senin dia bisa membantuku. Dan hari ini adalah sabtu tentu saja masih dua hari lagi. Dan jalan keluar demi menghemat uang adalah memanggil mbah Uta dukun beranak di kampung ini.
Hujan semakin deras petir masih bergemuruh suasana tegang masih tegang menyelimuti tiap wajah kami.Tiba- tiba suara mbah Uta setengah memerintah
" Ayo....mas Pras didorong lebih kuat lagi bayimu sedikit lagi akan lahir..dia sudah di pintu"
Saat itu aku diminta mbah Uta untuk memegang perut istriku dan membantu mendorong bayi kami keluar. Aku sangat tegang seakan suara nafaskupun tak terdengar.
Istriku tersenyum dalam lelahnya peluh membasahi wajah dan tubuhnya. Sungguh perjuangan seorang wanita adalah perjuangan yang tiada duanya adalah ketika ia berjuang untuk melahirkan bayinya. masya Allah ini adalah pertamakali dalam hidupku aku menyaksikan hal tersebut.
Aku menggenggam tangan tania untuk memberikan kekuatan dan keberanian.
" Ayo sayang...semangat sedikit lagi bayi kita akan lahir...ayo sayang dorong lebih kuat"
Dan beberapa menit kemudian terdengar tangia bayi kami, bayi yang begitu tampan dan sehat telah lahir ke dunia melengkapi kebahagian kami. Aku meneteskan air mata begitupula istriku menangis bahagia di pelukanku setelah beberapa jam berjuang antara hidup dan mati untuk menghadirkan bayi kami ke dunia ini.
Beberapa saat sebelum kelahiran bayi kami kudengar lantunan kidung rohani dari Papi dia adalah seorang
Penganut kristiani yang taat dan mami adalah penganut islam . Tetapi cinta telah mempersatukan mereka sehingga tidak nampak perbedaan dan kedua anak mereka diajarkan untuk saling menghormati. Karena kedua anak merekapun berbeda keyakinan mas bagus mengikuti agama papi kristen sedangkan mba ayura mengikuti mami islam.
Dan di sudut kamar itu kudengar mami baru saja menutup surah yaasin yang sedang dibacanya seiring dengan suara tangis anakku yang berusaha memecah derasnya hujan yang jatuh di atas atap suara gemuruh petir dan guntur.
Setelah anak dan istriku bersih dan berganti pakaian . kemudian aku mengadzaninya agar kelak ia menjadi anak yang shaleh. Dan setelah itu
istriku mencoba memberikan ASI pertama untuk bayi kami. Dan merekapun tertidur tak lama kemudian hujan reda dan adzan shubuhpun terdengar dari masjid terdekat. Kembali aku bersujud syukur atas segala pergumulan hidup yang dilalui istriku hari ini.
Suara kokok ayam membangunkan aku, rupanya aku tertidur setelah shalat tadi karena kelelahan. Untung hari ini hari minggu jadi aku tidak perlu repot-repot dikejar waktu untuk ke kantor. Akupun melaksanakan tugasku sebagai ayah mempersiapkan segalanya untuk persiapan mandi bayi dan istriku. Sungguh melelahkan tapi sangat membahagiakan.
Tak terasa sudah sebulan umur bayi kami dan aku beri dia nama Anugerah dzaki putra ptasetyo nama yang sangat indah dan penuh doa. Ternyata seminggu setelah kelahiran anakku aku mendapatkan kabar yang sangat bagus setelah hampir lima tahun menjadi karyawan biasa akupun diberikan jabatan sebagai kepala bagian produksi. Dan kami diberikan pasilitas rumah dan kendaraan.
Hari ini adalah saat yang sangat menyedihkan karena aku akan membawa bayi dan istriku pindah ke rumah baru. Aku menatap kamar ini kamar yang penuh kenangan setelah setahun kami menempati kamar ini. Dan di dinding itu masih ada tulisan tanganku ketika kutuliskan jam dan hari kelahiran anakku.
"Mami kami pamit ya ...terima kasih atas segalanya"
" iya nak... Jaga baik- baik anak dan istrimu"
Saat itu mami sedang ikut duduk menemaniku membereskan semua barang- barang kami.
Dan akhirnya semua barang kami telah siap . tiba- tiba mami berkata
" pras...kamar ini adalah kamar penuh kabut dan duka..tapi setelah kehadiran kalian kamar ini berubah menjadi pelangi di rumah ini"
"Lho..kok mami berkata begitu...?"
"Nak...beberapa tahun lalu mas Bagus..anak mami yang pertama telah menempati kamar ini sampai istrinya hamil anak pertama dan cucu pertama keluarga ini"
Mami terdiam sejenak dan menyeka air matanya
"Sembilan bulan lalu anak mereka lahir di kamar ini..dibantu oleh mbah uta, persalianannya sangat sulit tetapi akhirnya seorang bayi perempuan yang sangat mungil dan cantikpun lahir"
Aku terdiam menanti kelanjutan cerita tersebut
" tetapi takdir tuhan berkata lain, cucuku hanya bertahan hidup beberapa jam dua jam kemudian tiba- tiba dia batuk dan sesak nafas dan akhirnya tangis dan nafasnyapun terhenti"
" mami Sabar ya... Kami akan mengunjungi mami setiap sabtu"
" yakinlah mi....pelangi itu akan selalu ada di rumah ini...di kamar inilah Anugerah dilahirkan, maka ia akan selalu kembali ke sini"
"Nak....rasa trauma itu telah hilang nak...aku berharap suatu hari akan terdengar tangis bayi sekali lagi dari kamar ini"
Aku memeluk mami dan kamipun keluar dari kamar itu. Setelah mengunci pintunya entah kapan akan dibuka kembali.
Mami membawaku ke sisi taman tepat di bawa jendela aku tertegun menatap kuburan kecil yang telah ditanami bunga- bunga yang indah. Dan di sana ada nisan yang mungil pula yang disana tertulis berbaring damai anak/cucu kami "Angela".
Akhirnya taksi yang menjemput kami telah menunggu dengan linanga air mata mami dan papi mengantar kami dan aku yakin suatu hari nanti Tuhan akan menghiasi dengan pelangi yang indah di rumah mami Tuhan akan memberikan cucu sekali lagi yang selamanya akan menjadi milik mereka. Walaupun mami dan papi hanya orang tua kost tapi kasih sayang mereka akan selalu teringat di sepanjang hidup kami. Anugerah anakku suatu hari nanti akan mendengar kisah kelahirannya di rumah ini. Langit cerah mentari tersenyum seiring langkah kami menjalani hari baru di rumah baru.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelangi Di Hati Mami
Short StoryMami wanita paruh baya itu kupanggil mami. Dia bukanlah ibu yang melahirkanku tapi kasihsayangnya menerima aku dan memperlakukan aku dan istriku membuatku begitu menghormatinya. Dan menganggapnya seperti orang tuaku sendiri Di rumah ini di rumah mam...