PART 1 – Camilla Carter
"Bukankah kau sudah tinggal bersama?" aku menghela napas panjang sedikit terganggu. "Itu betul, aku menjaga jarak."
Kembali terngiang di otakku ketika aku selalu berusaha untuk menjaga jarak darinya, begitupun dia, walau terkadang dia masih peduli padaku namun dia masih berusaha menahan diri untuk tidak berlebihan, batasan-batasan kecil itu begitu terasa.
"Kauingin bertemu?" Aku mengangguk walau teman mengobrolku sekarang tidak dapatmelihatnya. "Ya, kutunggu kau di Hogan's Deep-Fried Diner. Aku akan bersiap-siap." Aku mematikan sambungan telfon lalu bangkit dari ranjang single bed ini dan segera bersiap diri. Aku keluar kamar dan melihat Justin─entah aku harus menyebut dia siapa─sedang duduk menonton teve. Dia menoleh lalu kembali memperhatikan benda bercahaya di depannya.
"Kau ingin kemana?"
"Kenapa?"
"Kau selalu berpakaian rapi seperti itu jika kau ingin pergi."
Oh! "Bertemu dengan Helena, aku pergi."
Tidak ada jawaban darinya, dulu dia selalu menyempatkan diri untuk mengantarku kemana saja termasuk menjemputku, kendati aku tidak ingin direpotkan namun dia bersikeras untuk tetap menjemputku. Jika dia benar-benar tidak bisa mengantarku, dia akan datang memberikan kecupan singkat lalu berkata "Hati-hati di jalan, telfon aku jika sudah sampai."
Bodoh! Tidak seharusnya aku terus seperti ini, membayangkan kejadian-kejadian manis bersamanya akan membuatku sulit untuk melupakannya. Aku butuh ketenangan. Aku segera melenggang keluar dari rumah, mencoba menyalakan mesin mobilku namun tidak juga bisa menyala. "Brengsek! Ada apa lagi dengan mobilku?" jika seperti ini ceritanya, aku harus meminjam mobil Justin. Aku menghampirinya yang kini sedang meminum tehnya, aku berdeham kecil. Dia mendongak dan menatapku bingung, mungkin dia bingung mengapa aku belum juga berangkat.
"Aku pinjam mobilmu," ucapku tanpa basa-basi.
"Ada apa dengan mobilmu?"
"Aku tidak tahu."
"Ya, pakai saja. Akan kutelfon Chris kemari untuk memperbaiki mobilmu."
Dia masih peduli. "Terima kasih."
Dia hanya mengangguk, aku segera masuk ke dalam mobilnya. Dia memang pria yang perfeksionis, mobilnya sangat bersih dan rapi. Tidak sepertiku, bahkan mobilku sudah seperti lemari keduaku. Wangi mobil Justin sangat khas dan aku sangat suka ini, dia selalu memberikan pewangi mobil tiap seminggu sekali. Aku melihat foto yang tergantung di kaca spionnya, fotoku dengannya saat sedang berada di karnaval. Saat itu dia terlihat sangat senang bisa menemaniku berkeliling seperti bocah 7 tahun. Di foto itu, kami terlihat sangat bahagia. Mengapa rasanya hatiku tertohok melihat foto itu, juga mengapa dia masih menyimpannya disini? Aku sedikit terguncang mengingat pertengkaran kami malam itu.
***
Sepertinya Helena belum sampai, oh jelas saja. Rumahnya lumayan jauh dari sini, aku sengaja mengambil tempat ini karena tidak jauh dari rumahku–dan Justin. Tempat makan disini terasa sangat nyaman, tema tahun 80-an sangat terasa. Peraturan tempat makan ini adalah ... jangan menggunakan ponselmu jika tidak perlu.
"Hey!"
Aku mendongak dan bernapas lega karena akhirnya Helena datang, dia duduk tanpa kusuruh. Senyumnya selalu terukir bagus diwajahnya, aku bingung kenapa dia selalu terlihat ceria dan bahagia? Aku curiga, mungkin dulu Justin tertarik padanya karena senyum Helena ini. Ah! Cerita yang sangat panjang. Kenapa aku harus memikirkan dia terus menerus, ini bisa membuatku gila.
KAMU SEDANG MEMBACA
PERSPECTIVE
Fanfiction"Rasa itu akan tetap selalu sama hingga kapanpun, namun aku tidak akan pernah menolak sebuah keputusan terbaikmu. Karena aku hanya ingin kau bahagia atas pilihanmu." -Justin Bieber "Aku tidak mengerti mengapa sekat tak berwujud ini semakin lama sema...