Bab 1

133 3 0
                                    

Kisah ini terinspirasi dan dibuat berdasarkan cerita dongeng terkenal "The Beauty and The Beast".

Dibuat karena penulis sedang nganggur dan tidak tahu mau ngapain.

CAUTION: Penulis gak jago nulis jd hati-hati banyak bahasa rancu.
...

"Anak-anakku yg cantikk bapak mau berangkat pergi dulu yaa". Seorang pria paru baya sedang berdiri di pekarangan, tersenyum ketika mendengar suara deru kaki anak-anak gadisnya yg segera menghampirinya satu-persatu.

"Ayah tidak sarapan dulu? Nanti masuk angin lho",si anak sulung yg terlihat keluar duluan langsung lompat memeluk ayahnya,disusul anak keduanya."Ga usah sayang nanti ayah telat naik kapalnya". "Ayah sudah mau berangkat yaa?", tanya anak keduanya sedih. Ayahnya mengangguk pelan. Kekhawatiran anaknya membuat sang ayah menjadi semakin enggan untuk meninggalkan sarangnya. Dia akan rindu pada anak-anaknya ini.

"AYAH PAGI BUTA BEGINI SUDAH BERISIK NANTI TETANGGA BANGUN GIMANA", teriak si bungsu yg segera menyusul setelah anak keduanya. Matanya masih setengah terpejam tapi entah kakinya bisa kuat turun tangga sambil menggebu-gebu begitu. Setengah ngantuk setengah sadar dia langsung berlari ke arah ayahnya. Ayahnya hanya bisa geleng2 kepala kalau sama anaknya yg ini.

"Vivi kamu lupa ya rumahnya tetangga kita jaraknya berapa kilometer?", anak bungsunya masih setengah sadar segera memeluk ayahnya. "Tetangga kita kan ga cuma manusia yah,ada semut, ada kecoa, dll gitoh", si anak bungsu nyengir.

Betapa sayangnya sang ayah pada ketiga anaknya ini. Tak hanya sayang tapi juga bangga. Anak sulungnya Jeanne Villeneuve sangat cantik dan memiliki pesona anggun,seperti ibunya. Anak keduanya Marie Villeneuve sangat pintar dan rajin, juga agak kutu buku dan suka masak. Anak ketiganya Vivianne Villeneuve, emmm, berbeda dengan kedua saudarinya sangat buas dan jago berkelahi. Ada saja yg dia perbuat. Tapi sifat berani dan pantang menyerahnya itu bisa diacung jempol, jika saja dia tidak keras kepala dan pemarah seperti ayahnya. Sang ayah memeluk ketiga anaknya dengan erat.

Tak satupun dari anaknya pernah mengeluh sejak usaha bisnis pria tersebut hancur. Tak pernah dia menyangka rekan bisnisnya akan menipu dia. Karena rekannya itu, dia harus berhutang sangat banyak sehingga akhirnya dia terpaksa menjual hampir semua properti yang dia miliki. Rekannya itu juga tiba-tiba menghilang tanpa jejak. Tak hanya bangkrut, pada saat yang sama, tiba-tiba istrinya jatuh sakit dan akhirnya meninggal. Yang dia hanya miliki sekarang hanyalah rumah peternakan kecil di pinggiran kota, dan ketiga gadis kesayangannya.

Hidup mereka baik-baik saja sampai sang ayah mendapatkan surat yang berisi bahwa salah satu kapal dagangannya yg diduga menghilang ditemukan di kerajaan lain. Kapal yang berisi harapan bahwa dia dapat memperbaiki hidup anak-anaknya walau diduga tak begitu banyak. Karena itu dia akan berangkat menumpang kapal kesana untuk mengurusnya.

"Ayah sudah mau berangkat kalian mau oleh-oleh apa disana?", ketiga anaknya yang sudah melepas pelukannya masing-masing langsung berpikir. "Ayah pulang dengan selamat sudah cukup kok buat kami",ucap ketiga anaknya bersama.

"Aduh kalian ini minta saja, ayah tak apa kok",ucap si pria itu dengan senyum lebar. "Kalo buat Jeanne anggap aja hadiah buat selamatan pertunangan kamu",si sulung yang terkejut langsung tersipu-sipu malu. Si sulung memang sudah dilamar oleh pacarnya dan tinggal cari tanggal saja. Pacarnya juga terlihat seperti orang yang baik. Bahkan terkadang dia mampir membawa oleh-oleh untuk mereka.

"Ihh ayah, gak usah dibelikan juga tak apa, tapi kalo boleh aku minta carikan... gaun pengantin.. atau paketan honeymoon..", si sulung Jeanne langsung cekikikan sendiri. Muka ayahnya cemberut. "Enak saja, kalau itu cari sendiri sana sama tunanganmu. Gaun biasa saja kalau gitu buat kamu", ucapan ayahnya membuat si sulung gantian cemberut.

"Kalo gitu aku juga mau minta... pacar baru boleh yah?", si anak tengah Marie langsung senyum-senyum malu. Ayahnya cemberut lagi. "Buat kamu perhiasan saja", sekarang gantian anak keduanya itu yang cemberut.

Ayahnya lalu menoleh ke arah anak bungsunya. "Kamu jangan minta yang aneh-aneh juga kayak kakak-kakakmu ini", si bungsu hanya cekikikan mendengar itu. "Ga aneh kok yah, aku cuma minta sekuntum mawar merah saja", mendengar itu ayahnya lega. Tapi rasa leganya langsung hilang. Emang ada mawar merah yang tumbuh di musim dingin begini? Pikir ayahnya. Anak bungsunya tertawa.

"Kamu ini, mana ada yang jual mawar di musim dingin begini?", nyengir jahil terlihat di muka anaknya. "Siapa tahu ada kan tak ada yang mustahil,ato ayah merasa ga bisa dapet yaa?", mendengar itu ayahnya mengangkat kepala tak terima.

"Enak saja ayahmu ini bisa melakukan apa saja tahu!", si bungsu hanya mengangkat bahu. "Kalau ga bisa ga apa kok yahh".

"Kita lihat saja nanti",ucap ayahnya walau ragu dapat menemukannya. Tapi setidaknya dia akan mencoba untuk mencari. Karena dia tak suka dianggap remeh,apalagi sama anak bungsunya ini.

Menaiki bagian kusir di kereta kudanya, mereka saling mengucapkan salam perpisahan. "Hati-hati di jalan yaa!", mendengar itu ayahnya membalas dengan senyuman. Lalu dia memulai perjalanannya.

"Jangan lupa sama paketan honeymoonnya yaa!".
"Jangan lupa bawa pulang lelaki tampan!".
"Jangan lupa mawarnya! Kalau gak bisa gapapa kok!".

"PASTI KETEMU KOK DAN JANGAN ANEH-ANEH KALIAN SEMUA YAA".

Dalam perjalanannya, dia membayangkan apa saja yang akan dialaminya. Dia hanya berharap dia dapat memperoleh keberuntungannya kembali.

Dia tak pernah menyangka, apa yang akan dialaminya akan mengubah hidup anaknya.

...

Silahkan comment pendapat ;v;
Kritik dan saran diterima

Chap berikutnya diusahakan secepatnya ;v;

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 02, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Cerita Lain dari; The Beauty and The BeastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang